PAHAM JABARIAH DAN QADARIAH

PAHAM JABARIAH DAN QADARIAH

 

BAB I PENDAHULUAN  

A.    Latar belakang Pembahsan ilmu kalam sebagai hasil pengembangan masalah keyakinan agama belum muncul di zaman Nabi. Umat di masa itu menerima sepenuhnya penyampaian nabi. Mereka tidak mempertanyakan secara filosofis apa yang diterima itu. Kalau terdapat kesamaran pemahaman, mereka langsung bertanya kepada nabi dan umat pun merasa puas dan tenteram. Hal itu berubah setelah Nabi wafat. Pada waktu itu pengetahuan dan budaya umat semakin berkembang pesat karena terjadi persentuhan dengan berbagai umat dan budaya yang lebih maju. Penganut Islam sudah

beragam dan sebagiannya telah menganut agama lain dan memiliki kebudayaan lama. Hal-hal yang diterima secara imani mulai dipertanyakan dan dianalisa. Al-syahrastani menyebutkan beberapa prinsip yang merupakan dasar bagi pembagian aliran teologi dalam Islam. Diantara prinsip fundamental yang dibahas dalam ilmu al-kalam yakni berkenaan dengan qadar dan keadilan Tuhan. Ketika ulama kalam membicarakan masalah qada’ dan qadar, hal itu mendorong mereka untuk membicarakan asas taklif, pahala dan siksa, mereka pun berselisih dalam menentukan fungsi perbuatan manusia.

Tuhan adalah pencipta segala sesuatu, pencipta alam semesta termasuk di dalamnya perbuatan manusia itu sendiri. Tuhan juga bersifat Maha Kuasa dan memiliki kehendak yang bersifat mutlak dan absolut. Dari sinilah banyak timbul pertanyaan sampai di manakah manusia sebagai ciptaan Tuhan bergantung pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan dalam menentukan perjalanan hidupnya? Apakah Tuhan memberi kebebasan terhadap manusia untuk mengatur hidupnya? Ataukah manusia terikat seluruhnya pada kehendak dan kekuasaaan Tuhan yang Absolut?

Menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut maka muncullah dua paham yang saling bertolak belakang berkaitan dengan perbuatan manusia. Kedua paham tersebut dikenal dengan istilah Jabariyah dan Qadariyah. Golongan Qadariyah menekankan pada otoritas kehendak dan perbuatan manusia. Kedua paham tersebut dikenal dengan istilah Jabariyah dan Qadariyah. Golongan Qadariyah menekankan pada otoritas kehendak dan perbuatan manusia. Mereka memandang bahwa manusia itu berkehendak dan melakukan perbuatannya secara bebas. Sedangkan Golongan jabariyah adalah antitesa dari pemahaman Qadariyah yang menekankan pada otoritas Tuhan. Mereka berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya.

Di samping itu, berbagai ayat Al-quran menampakkan kedua aliran itu secara nyata. Berbagai ayat menunjukkan manusia melakukan perbuatannya. Setiap manusia dibebani tanggung jawab atas segala tingkah lakunya. Karenanya mereka berhak memperoleh pahala atau menerima siksa, dipuji atau dicela. Demikian pula banyak ayat lain dalam Al-quran yang mengisyaratkan bahwa manusia itu dikuasai sepenuhnya oleh Tuhan. Dengan kata lain manusia tidak memiliki kebebasan. Para ahli agama dan filosof dalam berbagai kurun waktu aktif membahas apakah manusia bebas berbuat sesuatu dengan kehendaknya atau kehendaknya disebabkan oleh sesuatu yang diluar dirinya.
Baca juga pemikiran ilmu kalam yang lain diantaranya:
a. Paham Ahlussunnah wal Jamaah
b. Paham Al-Asy’ariyah
c. Paham Al-Maturidiyah
d. Paham Mu’tazilah
e. Paham Khawarij
f. Paham Murji’ah
g. Paham Syiah

  1. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

  1. Apakah hakikat dan makna kaum Jabariyah dan Qadariyah?
  2. Bagaimana ajaran-ajaran kaum Jabariyah dan Qadariyah ?
  3. Bagaimana sekte-sekte dan doktrin-doktrin  kaum Jabariyah dan Qadariyah ?
  4. Tujuan

       Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk:

  1. Mendiskripsikan hakikat dan makna kaum Jabariyah dan Qadariyah
  2. Menjelaskan ajaran-ajaran kaum Jabariyah dan Qadariya
  3. Menjelaskan sekte-sekte dan doktrin-doktrin kaum Jabariyah dan Qadariyah

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Hakikat dan makna kaum Jabariyah dan Qadariyah

Kata Jabariyah berasal dari kata Jabara yang berarti memaksa. Didalam Al-Mujid dijelaskan nama Jabariyah berasal dari kata Jabara yang berarti memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu. Kalau dikatakan Allah memiliki sifat al jabbar(dalam bentuk mubalaghah), itu artinya Allah maha memaksa. Ungkapan Al-Insan Majbur (bentuk isim maf’ul) mempunyai arti manusia dipaksa atau terpaksa. Selanjutnya kata jabara (bentuk pertama), setelah ditarik menjadi jabariyah (dengan menambah ya nisbah), memiliki arti suatu kelompok atau aliran (isme). Lebih lanjut Asy-Syahratsan menegaskan bahwa paham Al-Jabar berarti menghilangkan perbuatan manusia dalam arti yang sesngguhnya dan menyandarkan kepada Allah. Dengan kata lain manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Dalam bahasa inggris jabariyah disebut Fatalism atau Predestination, yaitu paham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qadha dan qadar Tuhan.

Paham Jabariyah ini berpendapat bahwa qada dan qadar Tuhan yang berlaku bagi segenap alam semesta ini, tidaklah memberi ruang atau peluang bagi adanya kebebasan manusia untuk berkehendak dan berbuat menurut kehendaknya. Paham ini menganggap semua takdir itu dari Allah. Oleh karena itu menurut mereka, seseorang menjadi kafir atau muslim adalah atas kehendak Allah.

Paham Al-Jabbar pertama kali diperkenalkan oleh Ja’d Bin Dirham kemudian disebarkan oleh Jahm Bin Shafwan dari Khurasan. Dalam sejarah teologi islam, Jahm tercatat sebagai seorang tokoh yang mendirikan aliran Jahmiyah dalam kalangan Murji’ah. Ia adalah sekretaris Suraih Bin Al-Haris dan selalu menemaninya dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayah. Namun dalam perkembangannya paham al jabar juga dikembangkan oleh tokoh lainnya diantaranya Al-Husain Bin Muhammad An-Najjar dan Ja’d Bin Dirrar.

Munculnya paham Al-Jabar para ahli sejarah meggambarkan bahwa kehidupan yang dikungkung oleh gurun pasir sahara berpengaruh besar dalam cara pandang hidup mereka. Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasai demikian bangsaarab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling mereka sesuai dengan keinginan mereka.mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup. Akhirnya mereka banyak bergantung pada alam yang disebut sikap fatalism.

Benih-benih paham sudah muncul dalam peristiwa sejarah berikut ini.

  1. Suatu ketika nabi menjumpai sahabat yang bertengkar masalah takdir Tuhan. Nabi melarang mereka untuk memperdebatkan persoalan tersebut, agar terhundar dari kekeliruan dalam penafsiran ayat- ayat Tuhan mengenai takdir.
  2. Khalifah Umar Bin Khattab pernah menagkap seseorang yang ketahuan mencuri ketika diintrogasi pencuri itu berkata “Tuhan telah menentuka aku mencuri” mendengr ucapan itu, Umar marah dan mengagap orang itu berdusta pada Tuhan oleh kerena itu umar memberikan dua hukuman kepada pencuri itu, pertama potong tangan karna mencuri dan hukuman dera karena menggunakan dalil takdir Tuhan
  3. Khalifah Ali Bin Abi Talib seusai perang Shiffin ditanya oleh seorang tua tentang qadar Tuhan dalam kaitannya dalam pahala dan siksa. Ornag itu bertanya” bila perjalanan (menuju perang shiffin) itu terjadi dengan qadha dan qadar Tuhan, tak ada pahala sebagai balasannya”ali menjelaskan bahwa qadha dan qadar bukan paksaan Tuhan. Ada pahala dan siksa sebagai balasan amal perbuatan manusia. Seandainya qadha dan qadar itu merupakan paksaan, batAllah pahala dan siksa, gugur pulalah makna janji dan ancaman Tuhan serta tidak ada celaan Allah atas pelaku dosa dan pujianNya terhadap orang-orang baik.

Berkaitan dengan hal itu ada yang mengatakan kemunculan aliran jabariyah akibat pengaruh pemikiran asing, yaitu pengaruh agama yahudi bermazhab Qurra dan agama Kristen bermazhab Yacobit. Namun tanpa pengaruh asing itu, paham aljabar akan muncul juga dikalangan umat islam dalam alquran sendiri terdapat ayat-ayat yang dapat menimbulkan paham ini

Sedangkan pengertian Qodariyah secara etimologi, berasal dari kata qadara yang bermakna kemampuan dan kekuatan, adapun secara terminologi istilah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diinversi oleh Allah. Aliran-aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Aliran-aliran ini lebih menekankan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya, Harun Nasution menegaskan bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.

Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Dr. Hadariansyah, orang-orang yang berpaham qadariyah adalah mereka yang mengatakan bahwa manusia memiliki kebebasan berkehendak dan memiliki kemampuan dalam melakukan perbuatan. Manusia mampu melakukan perbuatan, mencakup semua perbuatan, yakni baik dan buruk.

Tak dapat diketahui dengan pasti kapan Qadariayah ini timbul dalam sejarah perkembangan teologi Islam. Tetapi menurut keterangan ahli-ahli teologi Islam, bahwa golongan ini dimunculkan pertama kali dalam Islam oleh Ma’bad al-Juhany di Basrah. Dikatakan bahwa yang pertama kali berbicara dan berdebat masalah qadar adalah seorang Nasrani yang masuk Islam di Irak. Kemudian darinyalah paham ini diambil oleh Ma’bad al-Juhany dan temannya Ghailan al-Dimasyqi. Ma’bad termasuk tabi’in atau generasi kedua setelah Nabi. Tetapi memasuki lapangan politik dan memihak Abd al-Rahman ibn al-Asy’as, gubernur Sajistan, dalam menentang kekuasaan Bani Umayyah. Ma’bad al-Juhany akhirnya mati terbunuh dalam pertempuran melawan al-Hajaj tahun 80H.

Paham Qadariyah muncul sekitar tahun 70H (680M) ini memiliki ajaran yang sama dengan Mu’tazilah. Yaitu bahwa manusia mampu mewujudkan tindakan atau perbuatannya sendiri. Tuhan tidak campur tangan dalam perbuatan manusia itu, dan mereka menolak segala sesuatau terjadi karena qada dan qadar. Ma’bad al-Juhany sebagai tokoh utama paham Qadariyah yang menyebarkan paham Qadariyah di Irak ini juga berguru dengan Hasan al-Bashri yang juga merupakan guru Washil bin Atha’ pendiri aliran Mu’tazilah.

Dari segi politik, Qadariyah merupakan tantangan bagi dinasti Bani Umayyah, sebab dengan paham yang disebarluaskannya dapat membangkitkan pemberontakan. Dengan paham itu maka setiap tindakan bani Umayyah yang negatif, akan mendapat reaki keras dari masyarakat. Karena kehadiran Qadariyah merupakan isyarat penentangan terhadap politik pemerintahan Bani Umayyah, walaupun ditekan terus oleh pemerintahan tetapi ia tetap berkembang. Paham ini tertampung dalam madzhab Mu’tazilah.

2.Ajaran-ajaran kaum Jabariyah dan Qadariyah

  1. Ajaran-ajaran kaum Jabariyah

Berkaitan dengan kemunculan aliran Jabariyah, ada yang mengatakan bahwa kemunculannya diakibatkan oleh pengaruh pemikiran asing, yaitu pengaruh agama Yahudi bermazhab Qurra dan agama Kristen bermazhab Yacobit. Namun tanpa pengaruh asing itu, paham aljabar akan muncul juga dikalangan umat islam dalam alquran sendiri terdapat ayat-ayat yang dapat menimbulkan paham ini, misalnya:

والله خلقكم وما تعملون

Artinya:

 Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat. ( Q.S. Ash-shaffat :96)

ما كانوا ليؤمنوآ الا أن يشاء الله

Artinya:

Mereka sebenarnya tidak percaya sekiranya Allah tidak menghendaki (Q.S. al-An’am :111)

وما رميت اذ رميت ولكن الله رمى

Artinya:

Bukanlah engkau yang melontar ketika melontar (musuh), tetapi Allahlah yang melontar mereka (Q.S. Al-Anfal : 17)

وما تشاءون إلا أن يشاء الله

Artinya:

Kamu tidak menghendaki, kecuali Allah menghendakinya ( Q.S. Al-Insan :30)

Hal seperti yang diatas merupakan ajaran aliran Jabariyah menurut dalil naqli, adapun ajarannya menurut dalil Aqliy sebagai berikut:

  Makhluk tidak boleh mempunyai sifat  sama dengan sifat Tuhan, dan kalau itu terjadi, berarti menyamakan Tuhan dengan makhluknya. Mereka menolak keadaan Allah  Maha Hidup dan Maha Mengetahui, namun ia mengakui keadaan Allah Yang Maha Kuasa. Allahlah yang berbuat dan menciptakan, oleh karena itu, makhluk tidak mempunyai kekuasaan.

  Manusia tidak memiliki kekuasaan sedikitpun, manusia tidak dapat dikatakan mempunyai kemampuan (Istitha`ah). Perbuatan yang tampaknya lahir dari manusia  bukan dari perbuatan manusia  karena manusia tidak mempunyai kekuasaan, tidak mempunyai keinginan dan tidak mempunyai pilihan antara memperbuat atau tidak memperbuat. Semua perbuatan yang terjadi pada makhluk adalah perbuatan Allah dan perbuatan itu disandarkan kepada makhluk hanya penyandaran majazi. Sama seperti kata pohon berbuah, air mengalir, batu bergerak, matahari terbit dan tenggelam dan biji-bijian tumbuh dan sebagainya

  1. Ajaran-ajaran kaum Qadariyah

Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang ajaran Qadariyah bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbutannya. Manusia sendirilah yang melakukan baik atas kehendak dan kekuasaan sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan-perbutan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri. Tokoh an-Nazzam menyatakan bahwa manusia hidup mempunyai daya, dan dengan daya itu ia dapat berkuasa atas segala perbuatannya.

Dengan demikian bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya. Ganjaran kebaikan di sini disamakan dengan balasan surga kelak di akherat dan ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak di akhirat, itu didasarkan atas pilihan pribadinya sendiri, bukan oleh takdir Tuhan. Karena itu sangat pantas, orang yang berbuat akan mendapatkan balasannya sesuai dengan tindakannya.

فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر

a.QS al-Kahfi: 29

“Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”.

 

b.QS Ali Imran: 165

Dan Mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu Telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

c.QS ar-Ra’d:11

Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri.

d.QS. An-Nisa: 111

Barangsiapa yang mengerjakan dosa, Maka Sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri.

Adapun ciri-ciri paham Qadariyah adalah:

  1. Manusia berkuasa penuh untuk menentukan nasib dan perbuatannya, maka perbuatan dan nasib manusia itu dilakukan dan terjadi atas kehendak dirinya sendiri, tanpa ada campur tangan Allah SWT.
  2. Iman adalah pengetahuan dan pemahaman, sedang amal perbuatan tidak mempengaruhi iman. Artinya, orang berbuat dosa besar tidak mempengaruhi keimanannya.
  3. Orang yang sudah beriman tidak perlu tergesa-gesa menjalankan ibadah dan amal-amal kebijakan lainnya.
  1. Sekte-sekte beserta doktrin kaum Jabariyah dan Qadariyah
  2. sekte-sekte beserta doktrin kaum Jabariyah

   Dalam aliran ini ajarannya dibedakan menjadi dua aliran, yaitu: Jabariyah ekstrim dan moderat.

Pertama, aliran ekstrim. Di antara tokoh adalah Jahm bin Shofwan dengan pendapatnya, bahwa manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan. Pendapat Jahm tentang keterpaksaan ini lebih dikenal dibandingkan dengan pendapatnya tentang surga dan neraka, konsep iman, kalam Tuhan, meniadakan sifat Tuhan, dan melihat Tuhan di akherat. Surga dan neraka tidak kekal, dan yang kekal hanya Allah. Sedangkan iman dalam pengertianya adalah ma’rifat atau membenarkan dengan hati, dan hal ini sama dengan konsep yang dikemukakan oleh kaum Murjiah. Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah tidak mempunyai keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar, dan melihat, dan Tuhan juga tidak dapat dilihat dengan indera mata di akhirat kelak. Aliran ini dikenal juga dengan nama al-Jahmiyyah atau Jabariyah Khalisah.

Ja’ad bin Dirham, menjelaskan tentang ajaran pokok dari Jabariyah adalah Al-quran dan Al-quran merupakan makhluk dan sesuatu yang baru dan tidak dapat disifatkan kepada Allah. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti berbicara, melihat dan mendengar. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala hal.

Dengan demikian ajaran Jabariyah yang ekstrim mengatakan bahwa manusia lemah, tidak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimiliki oleh paham Qadariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak boleh lepas dari skenario dan kehendak Allah. Segala akibat, baik dan buruk yang diterima oleh manusia dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah.

Kedua, ajaran Jabariyah yang moderat adalah Tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik itu positif atau negatif, tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Manusia juga tidak dipaksa, tidak seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan tuhan. Tokoh yang berpaham seperti ini adalah Husain bin Muhammad an-Najjar yang mengatakan bahwa Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu dan Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat. Akan tetapi, An-najar menyatakan bahwa Tuhan dapat saja memindahkan potensi hati (ma’rifat) pada mata sehingga manusia dapat melihat Tuhan. Sedangkan adh-Dhirar (tokoh jabariayah moderat lainnya) berpendapat:

  1. Satu perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan, artinya perbuatan manusia tidak hanya ditimbukan oleh Tuhan tetapi juga oleh manusia itu sendiri.
  2. Mengenai ru’yat Tuhan di akhirat Dhirar mengatakan Tuhan dapat dilihat melalui indra keenam, ia juga brpendapat bahwa hujjah yang dapat diterima setelah nabi adalah ijtihad.

Tokoh-tokoh aliran jabariah yaitu:

  1. Tokoh-tokoh yang ekstrem 
  2. Jahm ibn Shufwan

Ia dikenal sebagai seorang budak yang telah dimerdekakan dari Khurasan dan bermukim di Kuffah ( Irak ). Jahm terkenal sebagai seorang yang pintar berbicara sehingga pendapatnya mudah diterima oleh orang lain. Perlu dicatat bahwa Jahm juga mempunyai hubungan kerja dengan al-Harits ibn Suriah yakni sebagai sekretaris yang menentang kepemimpinan Bani Umayyah di Khurasan . Perlawanan Harits dapat dipatahkan dan akhirnya ia dijatuhi hukuman mati pada tahun 128 H / 745 M. Sementara Jahm diperlakukan sebagai tawanan  yang pada akhirnya juga dibunuh. Pembunuhannya kurang lebih dua tahun setelah kematian Harits yakni pada tahun747 M yang pada saat itu memerintah adalah khalifah Marwan ibn Muhammad ( 744-750 M ).

Pendapat beliau mengenai teologi, yakni :

1)  Manusia tidak mampu berbuat apa-apa

2)  Surga dan neraka tidak kekal

3)  Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati

4)  Kalam Tuhan adalah makhluk

  1.  Ja’ad ibn Dirham

Doktrin pokok Ja’ad secara umum sama dengan pikiran Jahm,  Al-Ghuraby menjelaskannya sebagai berikut:

1)  Al-Quran itu adalah makhluk.

2)  Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk.

3)  Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

  1. Tokoh-tokoh yang moderat
  2. a)An-Najjar

Di antara pendapatnya, yaitu :

1) Tuhan menciptakan segala segala perbuatan manusia, tetapi manusia bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu.

2) Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat.

  1. b)  Adh-Dhirrar

Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan An-Najjar. Mengenai rukyat Tuhan di akhirat, Dirrar mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat di akhirat melalui indera keenam.

  1. Doktrin aliran Qadariyahdan tokoh-tokohnya

Segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatannya. Seseorang diberi ganjaran baik dengan balasan surga kelak di akhirat dan diberi ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak di akhirat, itu berdasarkan pilihan pribadinya sendiri, bukan akhir Tuhan. Sungguh tidak pantas, manusia menerima siksaan atau tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri.

Faham takdir dalam pandang Qadariyah bukanlah dalam pengertian takdir yang umum di pakai bangsa Arab ketika itu, yaitu faham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah di tentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatan-perbuatannya, manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah di tentukan sejak azali terhadap dirinya. Dalam faham Qadariyah, takdir itu ketentuan Allah yang di ciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya, sejak azali, yaitu hukum yang dalam istilah Al-quran adalah sunatullah.

Secara alamiah, sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang tidak dapat diubah. Manusia dalam dimensi fisiknya tidak dapat berubah lain, kecuali mengikuti hukum alam. Misalnya, manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak mempunyai sirip atau ikan yang mampu berenang dilautan lepas. Demikian juga manusia tidak mempunyai kekuatan. Seperti gajah yang mampu membawa barang beratus kilogram, akan tetapi manusia ditakdirkan mempunyai daya pikir yang kreatif.

Demikian pula anggota tubuh lainnya yang dapat berlatih sehingga dapat tampil membuat sesuatu, dengan daya pikir yang kreatif dan anggota tubuh yang dapat dilatih terampil. Manusia dapat meniru apa yang dimiliki ikan. Sehingga ia juga dapat berenang di laut lepas. Demikian juga manusia yang dapat membuat benda lain yang bisa membantunya membawa barang seberat barang yang dibawa gajah. Bahkan lebih dari itu, disinilah terlihat semakin besar wilayah kebebasan yang dimiliki manusia.

Adapun tokoh-tokohnya,yaitu :

1)      Ma’bad Al-Juhani

Ia merupakan tokoh yang pertama kali memunculkan paham Qadariyah dalam islam bersama temannya Ghailan Al-Dimasyqi . Ma’bad Al-Juhani adalah seorang tabi’in yang pernah belajar kepada Washil bin Atha’, pendiri Mu’tazilah. Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa sebenarnya yang mengembangkan ajaran itu bukan Ma’bad Al-Juhani. Ada  seorang penduduk negeri Irak yang mulanya beragama Kristen, kemudian masuk Islam. Setelah itu, ia kembali ke Kristen lagi . Dari orang inilah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan Al-Dimasyqi  mengambil pemikirannya.

2)      Ghailan ibn Muslim Al-Dimasyqi 

Pada masa muda, ia pernah menjadi pengikut al-Haris ibn Sa’id yang dikenal sebagai pendusta. Ia pernah taubat terhadap pengertian pahamnya dihadapan khalifah Umar bin Abdul Aziz,namun  setelah khalifah Umar bin Abdul Aziz wafat, ia kembali lagi terang-terangan dengan madzhabnya.

Ghailan merupakan penduduk kota Damaskus yang menyebarkan ajarannya secara terang-terangan pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Bani Umayyah. Dia mengirim sebuah pernyataan tentang taqdir kepada khalifah dan sewaktu dihadapkan kepada khalifah, ia dengan nada menantang meminta khalifah mendatangkan ahli debat. jika ia kalah maka ia siap dibunuh, kemudian khalifah mengirim Al-Auza’iy. Karena ia tidak dapat menjawab tiga pertanyaan yang dilontarkan oleh Al-Auza’iy , jadi ia dibunuh oleh Hisyam bin Abdul Malik.

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Solusi terhadap pandangan aliran Jabariyah dan Qadariyah yaitu bahwa manusia benar-benar memiliki kebebasan berkehendak dan karenanya ia akan dimintai pertanggungjawaban atas keputusannya, meskipun demikian keputusan tersebut pada dasarnya merupakan pemenuhan takdir yang telah ditentukan. Dengan kata lain, kebebasan berkehendak manusia tidak dapat tercapai tanpa campur tangan Allah, seperti seseorang yang ingin membuat meja, kursi atau jendela tidak akan tercapai tanpa adanya kayu sementara kayu tersebut yang membuat adalah Allah SWT. Dalam masalah Iman dan Kufur ajaran Jabariyah yang begitu lemah tetap bisa diberlakukan seecara temporal, terutama dalam langkah awal menyampaikan dakwah Islam sehingga dapat merangkul berbagai golongan Islam yang masih memerlukan pengayoman. Disamping itu pendapat-pendapat Jabariyah sebenarnya didasarkan karena kuatnya iman terhadap qudrat dan iradat Allah SWT ditambah pula dengan sifat wahdaniyat-Nya.

Sementara bagi Qadariyah manusia adalah pelaku kebaikan dan juga keburukan, keimanan, kekufuran, ketaatan, dan juga ketidaktaatan.

Sebagai penutup dalam makalah ini, kedua aliran, baik Jabariyah maupun Qadariyah nampaknya memperlihatkan paham yang saling bertentangan sekalipun mereka sma-sama berpegang pada Al-quran. Hal ini menunjukkan betapa terbukanya kemungkinan perbedaan pendapat dalam Islam.

  1. Saran

Dalam penyusunan karya tulis ini tentu terdapat berbagai kekeliruan dan kekurangan sebagaimana fitrah kami sebagai manusia, tempat salah dan lupa.

Oleh karena itu, dengan setulus hati kami mengharapkan apresiasi pembaca sekalian untuk menyampaikan saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

A.Nasir, Sahilun. 1991.Pengantar Ilmu Kalam. Jakarta : Rajawali Hartati. Ilmu Kalam 

Anwar, Rosihun, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2006

Daudy, Ahmad, Kuliah Ilmu Kalam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997

Hadar [1]http://latenrilawa-transendent.blogspot.com/2010/04/silabi-ilmu-kalam-qadariyah-dan.html

Halim, Arief. Aliran-aliran Ilmu Kalam dan Kontemporer (Sejarah Pemikiran Perkembangan). UMI Makassar: 2008

http://motipasi.wordpress.com/2009/12/07/mazhab-khawarij-murjiah-jabariah-dan-qadariyah-dalam-ilmu-kalam/

http://www.surgamakalah.com/2011/10/dalil-naqli-dan-aqli-landasan-jabariyah.html

http://farida90.blogspot.com/2009/10/jabariyah-dan-qadariah.html

iansyah, AB, pemikiran-pemikiran Teologi dalam Sejarah Peikiran Islam, Banjarmasin: Antasari Press, 2008

Nassution, Harun, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI Press, 2008

Razaq, Abdul dan Rasihan Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka setia, 2007

Ja’far Syamsuddin, Muhammad.1977Dirasat fil ‘Aqidatil-Islamiyyah.Darul-Kutub-al-Lubnaniy-Darul-Kutub-al-Mishriy.

Kamal, Tamrin.2008. Teologi Islam : Mengawali Studi Ilmu Kalam Dengan Pemahaman Tauhid. Padang :Hayfa Press

RESEP SHALAT KHUSYU` AL HABIB UMAR BIN HAFIDZ

” Resep Agar Shalat Kita Bisa Khusyu’ ”

Seorang bertanya pada Sayyidil Habib Umar bin Hafidz, “Bagaimana agar kita bisa khusyu’?”

Sayyidil Habib Umar bin Hafidz menjawab : ” Seseorang di katakan khusyu’ jika memenuhi 6 kriteria, yaitu :

1. (Hudurul Qolb) Hadirnya hati.

Hadirnya hati harus di latih terus-menerus, bila hati kemana-mana paksa untuk kembali lagi, Insya Allah , hati akan terbiasa hudhur

2. (Tafahhumul Ma’ani).

Memahami arti atas apa yang kita katakan dan kita sedang lakukan

3. (Al ijlal watta’dzhim )

Adanya rasa mengagungkan dan memulyakan kepada Allah SWT. Terkadang kita hadir hati, mengetahui arti, tapi tanpa pengagungan hal ini seperti seseorang yang memahami perkataan anak kecil yaitu tidak terlalu menghiraukannya

4. (Al ijlal watta’dzhim ma’al Haibah).

Hendaknya rasa memulyakan dan pengagungan tadi di iringi dengan rasa haibah (kewibawaan).

Haibah : Rasa takut yang timbul karena rasa mengagungkan. Takut sholat kita tidak di terima oleh Allah

5. ar-Roja’ .

Kuatnya harapan bahwa sholat kita di terima oleh Allah juga menjadi sebab dekatnya kita pada allah serta mengharapkan mendapat balasan yang agung

6. Haya’.

Adanya rasa malu bahwasannya kita tidak menunaikan hak Allah dengan semestinya.

Kemudian Habib Umar mengatakan, “Jika enam kriteria ini terdapat padamu maka sholatmu bisa di katakan sholat yang khusyu’.”

Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq kepada kita sehingga bisa mengamalkan resep yang ada di atas ini.

Mudah-mudahan Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikan kita termasuk orang-orang yang khusyu’ dalam sholat.. Aamiin

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Artinya : “Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya (HR.Muslim).

Salam Mahabbah..

Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa

Yang membatalkan puasa terbagi kepada dua pembagian :

  1. Membatalkan puasa yang mewajibkan qadha saja, yaitu :
  2. Makan dan minum secara sengaja.

Firman Allah :

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ

Artinya : Makan dan minumlah kamu sehingga sampai kelihatan benang yang putih dari benang yang hitam, yaitu fajar. (Q.S. al-Baqarah : 187)

Sabda Nabi SAW :

من نَسِيّ ـ وهو صائم ـ فأكل أو شرب ، فليُتم صومه ، فإنما أطعمه الله وسقاه

Artinya : Barangsiapa yang lupa bahwa dia berpuasa, kemudian dia makan atau minum, maka hendaklah disempurnakan puasanya, sesungguhnya Allah yang memberinya makan dan minum (H.R. Bukhari dan Muslim)[1]

  1. Muntah dengan sengaja

Sabda Nabi SAW :

من ذرَعه القيء فليس عليه قضاء ، ومن استقاء عمداً فَلْيَقض

Artinya : Barangsiapa terpaksa muntah tidaklah wajib mengqadha puasanya dan barangsiapa yang muntah dengan sengaja, maka hendaklah dia mengqadha puasanya. (Hadits hasan riwayat al-Darimy, Sunan yang empat dan Ibnu Hibban)[2]

  1. Haid dan nifas

Dari Mu’azah berkata :

سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ: مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِي الصَّوْمَ، وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ. فَقَالَتْ : أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ؟ قُلْتُ: لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ، وَلَكِنِّي أَسْأَلُ. قَالَتْ: كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ، فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ، وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ

Artinya : Saya bertanya kepada Aisyah seraya berkata, ‘Kenapa gerangan wanita yang haid mengqadha’ puasa dan tidak mengqadha’ shalat? ‘ Maka Aisyah menjawab, ‘Apakah kamu dari golongan Haruriyah? ‘ Aku menjawab, ‘Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.’ Dia menjawab, ‘Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha’ shalat (H.R. Muslim)[3]

Nifas diqiyaskan kepada haid.

  1. Memasukkan sesuatu benda dalam rongga terbuka.

Sabda Nabi SAW :

وبَالغْ فِي الاسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أنْ تكونَ صَائِمًا

Artinya : Lakukanlah istinsyaq (memasukkan air dalam hidung pada waktu berwudhu’) dengan kuat kecuali kamu dalam keadaan berpuasa.(Hadits shahih riwayat imam-iman hadits, al-Turmidzi mengatakan hadits hasan shahih dan al-Hakim mengatakan, hadits shahih)[4]

Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW melarang istinsyaq dengan kuat seseorang yang sedang berpuasa karena dikuatirkan dapat masuk air dalam dalam hidung. Hal itu adalah karena dapat membatalkan puasa. Maka rongga-rongga terbuka lainnya seperti telinga juga sama hukumnya dengan hidung.

Tidak batal puasa dengan memasukkan sesuatu dalam bukan rongga terbuka seperti memasukkan obat cair melalui suntikan.

  1. Onani

Onani adalah mengeluarkan mani dengan tangan. Ini membatalkan puasa. Argumentasinya, kalau bersetubuh tanpa mengeluarkan mani dapat membatalkan puasa, maka onani yang termasuk dalam kelompok mengeluarkan mani dengan jenis syahwat, tentu lebih patut dapat membatalkan puasa. Alasan lain, karena onani mengeluarkan mani dengan jalan mubasyarah (menyentuh), maka ia sama dengan mengeluarkan mani dengan jalan mencium (qublah).

  1. Keluar mani dengan bersentuhan dan ciuman, karena ini termasuk dalam katagori mengeluarkan mani dengan jalan mubasyarah (menyentuh). Tidak membatal puasa keluar mani dengan sebab menghayal, karena ia sama dengan keluar mani dengan sebab mimpi basah. Demikian juga tidak membatalkan puasa hanya dengan sebab ciuman tanpa mengeluarkan mani, karena ia sama dengan berkumur-kumur. Berkumur-kumur tidak membatalkan puasa meskipun kadang-kadang mengakibatkan batal puasa dengan sebab tertelan air, maka demikian juga ciuman tanpa keluar mani juga tidak membatalkan puasa meskipun ciuman kadang-kadang dapat mendatang hasrat bersetubuh yang membatalkan puasa. Pengkiasan ini dapat disimak darihadits riwayat Umar bin Khatab, beliau berkata :

هششت يوما فقبلت وأنا صائم فأتيت النبي صلى الله عليه و سلم فقلت صنعت اليوم أمرا عظيما فقبلت وأنا صائم فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم أرأيت لو تمضمضت بماء وأنت صائم قلت لا بأس بذلك فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ففيم

Artinya : Pada suatu hari aku terpesona, lalu aku mencium isteriku, padahal aku dalam keadaan berpuasa. Kemudian aku menghadap Nabi SAW, terus bertanya : “Hari ini aku telah melakukan perkara yang besar, yakni aku mencium isteriku, padahal aku berpuasa.” Lalu Rasulullah SAW bersabda : “Bagaimana pendapatmu andai kata kamu berkumur-kumur, padahal kamu berpuasa ?” “Hal itu tidak mengapa,” sahutku. Maka kenapa (kamu menanyakannya) ? jawab Rasulullah SAW lebih lanjut. (H.R. Ahmad )[5]

Al-Hakim juga meriwayatkan hadits ini dalam al-Mustadrak, kemudian beliau berkata :

“Hadits ini shahih atas syarat syaikhaini, tetapi keduanya tidak mentakhrijnya.”[6]

  1. Gila dan murtad, karena tidak sah niat pada keduanya.
  2. Memalingkan atau memutuskan niat puasa.
  1. Membatalkan puasa yang mewajibkan qadha dan kafarat, yaitu bersetubuh, meskipun tidak mengeluarkan mani karena ijmak ulama.

Hadits riwayat Abu Hurairah :

أَن رجلا جَاءَ إِلَى النَّبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ فَقَالَ: هَلَكت. قَالَ: مَا شَأْنك؟ قَالَ: واقعت امْرَأَتي فِي رَمَضَان. قَالَ: تَسْتَطِيع تعْتق رَقَبَة؟ قَالَ: لَا. قَالَ: فَهَل تَسْتَطِيع أَن تَصُوم شَهْرَيْن مُتَتَابعين؟ قَالَ: لَا. قَالَ: فَهَل تَسْتَطِيع أَن تطعم سِتِّينَ مِسْكينا؟ قَالَ: لَا. قَالَ: فاجلس. فَأتي النَّبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم بعرق فِيهِ تمر فَقَالَ: خُذ هَذَا فَتصدق بِهِ. قَالَ: عَلَى أفقر منا؟ فَضَحِك النَّبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ حَتَّى بَدَت نَوَاجِذه، وَقَالَ: أطْعمهُ عِيَالك

Artinya : Seorang laki-laki datang menghadap Nabi SAW dan berkata, “Celaka diriku wahai Rasulullah.” Beliau bertanya: “Apa yang telah mencelakakanmu?” Laki-laki itu menjawab, “Saya telah menggauli isteriku di siang hari pada bulan Ramadlan.” Beliau bertanya: “Sanggupkah kamu untuk memerdekakan budak?” Ia menjawab, “Tidak.” Beliau bertanya lagi: “Sanggupkan kamu berpuasa dua bulan berturut-turut?” “Tidak.” jawabnya, Beliau bertanya lagi: “Sanggupkah kamu memberi makan kepada enam puluh orang miskin?” Ia menjawab, “Tidak.” Abu Hurairah berkata; Kemudian laki-laki itu pun duduk, sementara Nabi SAW diberi satu keranjang berisi kurma. Maka beliau pun bersabda: “Bersedekahlah dengan kurma ini.” Laki-laki itu pun berkata, “Adakah orang yang lebih fakir dari kami. Karena tidak ada penduduk di sekitar sini yang lebih membutuhkannya daripada kami.” Mendengar ucapan itu, Nabi SAW tertawa hingga gigi taringnya terlihat. Akhirnya beliau bersabda: “Pulanglah dan berilah makan keluargamu dengannya.(H.R. Bukhari dan Muslim[7]

[1] Ibnu Mulaqqan, Badrul Munir, Maktabah Syamilah, Juz. V, Hal. 680, No. Hadits : 19

[2] Ibnu Mulaqqan, Badrul Munir, Maktabah Syamilah, Juz. V, Hal. 659, No. Hadits : 11

[3] Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 265, No. Hadits : 335

[4] Ibnu Mulaqqan, Badrul Munir, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 126-127, No. Hadits : 29

[5]. Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 21, No. Hadits : 138

[6]. Al-Hakim, al-Mustadrak, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 431, No. Hadits : 1572

[7] Ibnu Mulaqqan, Badrul Munir, Maktabah Syamilah, Juz. V, Hal. 725, No. Hadits : 52

AKIDAH MENURUT AJARAN NABI

AKIDAH MENURUT AJARAN NABI

 

– Tentang Penulis & Penyusun

A- Akidah Menurut Ajaran Nabi

B- Pengertian Ilmu Tauhid

C- Sifat Bagi Allah

D- Sifat 20 Bagi Allah

E- Nabi & Rasul

F- Sam’iyyat

G- Peribadi Nabi

H- Mukjizat Nabi

I- Manusia Termulia

J- Cinta Nabi

K- Hal Setelah Kematian

AKIDAH MENURUT AJARAN NABI

MUKADIMAH KITAB

Oleh: Hasan Husen Assagaf

Syarah kitab: Al-Aqa’id Ad-Diniyyah

Karya: Habib Abdurahman bin Saggaf Assagaf Al-‘Alawi Al-Husaini Al-Syafi’i Al-Asy’ari

ISBN NO. 978-979-99462-4-9

Sumber : https://hasanassaggaf.wordpress.com

Dengan nama Allah yang Pengasih lagi Penyayang.

Segala puji bagi Allah yang wujud-Nya disaksikan oleh makhluk, Keesaan-Nya dituturkan oleh langit dan bumi, mengetahui segala yang terkandung dalam hati, melihat semua yang tersembunyi, Maha Suci Allah dari segala yang menyerupai, membantu, dan mendampingi, tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Shalat dan salam tercurah kepada penuntup para rasul dan nabi, yang diutus sebagai rahmat bagi alam semesta, sayyidinah Muhammad saw, keluarganya perahu penyelamat, dan sahabatnya yang berbakti. Berilah salam, Ya Allah, atas mereka sebanyak banyaknya salam.

SYARAH

Saudaraku yang dicintai Allah! Setiap mukadimah khuthbah atau kitab pasti diawali  dengan ucapan puji dan dan syukur kepada Allah, kemudan setelah itu ucapan shalawat dan salam kepada Rasulallah saw, keluaraga dan para sahabat beliau.

Sekarang timbul pertanyaan kenapa kita perlu mengucapkan sealawat kepada Nabi saw sedangkan beliau adalah orang termulia, tersuci, dan terpilih di muka bumi dan dijamain masuk surga? Tentu jawaban yang tepat karena shalawat merupakan ajuran yang dianjurkan Allah kepada hamba-Nya setelah Allah menganjurkan terlebih dahulu kepada diri-Nya sendiri dan para malaikat untuk berselawat kepada Nabi saw.

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّ يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيماً

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (al-Ahzab, 56).

Kalau Allah dan malaikat bershalawat kepada Nabi saw, maka sudah selayaknya kita sebagai umatnya untuk bershalawat pula kepada beliau.

Sholat dalam bahasa artinya do’a. Jadi shalawat kepada Nabi saw, keluarga dan sahabat beliau berarti medoakan mereka agar Allah senantiasa memberikan rahmat dan salam Nya kepada mereka yang tidak terputus putus. Bahkan bershalawat kepada Nabi saw dan keluarga beliau merupakan hal yang wajib dilakukukan dalam setiap sholat. Tidak sah sholat seseorang tanpa bershalawat kepada Nabi saw dan keluarganya.

Di lain fihak ada lagi yang mengatakan bahwa shalawat kepada Nabi saw berarti kita sedang menyambung hubungan atau ikatan cinta dengan beliau. Semakin banyak kita bershalawat kepada Nabi saw semakin kuat hubungan dan ikatan cinta kita kepada beliau, dan semakin banyak pula rahmat dan barokah dari Allah akan turun kepada kita. Maka dari itu kita diajurkan disaat bershalawat jangan hanya sekedar mengucapkan, tapi kita harus tanamkan di diri kita hubungan pendekatan kecintaan kita kepada Nabi saw agar berkat shalawat semua keinginan kita bisa dikabulkan.

Begitu pula jika kita ingin mengadakan hubungan dengan Allah, harus dengan shalawat. Yang dimaksudkan disini bukan membaca shalawat kepada Allah tapi melakukan shalawat atau mendirikan shalat shalat yang diwajibkan dan yang disunahkan. Semakin banyak kita shalat, semakin kuat hubungan dan ikatan kita dengan Allah dan semakin banyak rahmat dan berkat turun dari Allah. Sholat atau doa kita akan didengar. Karena dalam shalat berarti kita berada dalam posisi berhadapan muka secara langsung dan berbicara dengan Allah.

Sudah barang tentu dalam mengucapkan shalawat kepada Nabi saw harus disertai pula  dengan bershalawat kepada keluarga dan para sahabatnya. Yang dimaksud keluarganya adalah mereka yang mempunyai tali hubungan karabat dengan beliau. Dan sahabat Nabi saw adalah orang-orang yang pernah melihat Nabi saw, beriman dengan ajaran yang dibawa Nabi saw dan wafat tetap dalam keadaan keimanan.

Sahabat Nabi saw adalah orang-orang yang mencintai dan dicintai Nabi saw, orang orang mulia, patuh mengikuti jejak Nabi saw dan ta’at dengan segala perintahnya. Mereka tidak ma’shum. Mereka adalah manusia manusia yang tidak terlepas dari kesalahan dan perbuatan dosa. Namun mereka adalah orang-orang yang memiliki keimanan yang kokoh, rela mengorbankan harta dan nyawa demi agama, taat beribadah kepada Allah dengan setulus hati. Bahkan diantara mereka ada yang dijamain masuk surga yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Zubair bin ’Awwam, Thalhah, Abdurahman bin ’Auf, Saad bin Abi Waqqash, Abu ’Ubaidah bin Jarrah, dan Said bin Zed ra. Karena jasa jasa mereka yang begitu besar, Allah telah memberikan ridha-Nya kepada mereka dan menjanjikan balasan surga di akhirat.

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَآ أَبَداً ذلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (al-Taubah : 100).

Kalau Allah telah memberi Ridho-Nya kepada para sahabat, maka sudah seharusnya kita sebagai muslim menghormati mereka dan mendoakan mereka, bukan menyalahkan mereka apalagi melaknat dan mengkafirkan mereka (al-’iyadhu billah).

 

PELAJARAN PERTAMA: ILMU TAUHID

SYARAH:

Tauhid dalam bahasa artinya menjadikan sesuatu esa. Yang dimaksud disini adalah mempercayai bahwa Allah itu esa. Sedangkan secara istilah ilmu Tauhid ialah ilmu yang membahas segala kepercayaan-kepercayaan yang diambil dari dalil dalil keyakinan dan hukum-hukum di dalam Islam termasuk hukum mempercayakan Allah itu esa.

Seandainya ada orang tidak mempercayai keesaan Allah atau mengingkari perkara-perkara yang menjadi dasar ilmu tauhid, maka orang itu dikatagorikan bukan muslim dan digelari kafir. Begitu pula halnya, seandainya seorang muslim menukar kepercayaannya dari mempercayai keesaan Allah, maka kedudukannya juga sama adalah kafir.

Perkara dasar yang wajib dipercayai dalam ilmu tauhid ialah perkara yang dalilnya atau buktinya cukup terang dan kuat yang terdapat di dalam Al Quran atau Hadis yang shahih. Perkara ini tidak boleh dita’wil atau ditukar maknanya yang asli dengan makna yang lain.

Tujuan mempelajari ilmu tauhid adalah mengenal Allah dan rasul-Nya dengan dalil dalil yang pasti dan menetapkan sesuatu yang wajib bagi Allah dari sifat sifat yang sempurna dan mensucikan Allah dari tanda tanda kekurangan dan membenarkan semua rasul rasul Nya.

Adapun perkara yang dibicarakan dalam ilmu tauhid adalah dzat Allah dan dzat para rasul Nya dilihat dari segi apa yang wajib (harus) bagi Allah dan Rasul Nya, apa yang mustahil dan apa yang jaiz (boleh atau tidak boleh)

Jelasnya, ilmu Tauhid terbagi dalam tiga bagian:

  1. Wajib
  2. Mustahil
  3. Jaiz (Mungkin)

1- WAJIB

Wajib dalam ilmu Tauhid berarti menentukan suatu hukum dengan mempergunakan akal bahwa sesuatu itu wajib atau tidak boleh tidak harus demikian hukumnya. Hukum wajib dalam ilmu tauhid ini ditentukan oleh akal tanpa lebih dahulu memerlukan penyelidikan atau menggunakan dalil.

Contoh yang ringan, uang seribu 1000 rupiah adalah lebih banyak dari 500 rupiah. Artinya akal atau logika kita dapat mengetahui atau menghukum bahwa 1000 rupiah itu lebih banyak dari 500 rupiah. Tidak boleh tidak, harus demikian hukumnya. Contoh lainnya, seorang ayah usianya harus lebih tua dari usia anaknya. Artinya secara akal bahwa si ayah wajib atau harus lebih tua dari si anak

Ada lagi hukum wajib yang dapat ditentukan bukan dengan akal tapi harus memerlukan penyelidikan yang rapi dan cukup cermat. Contohnya, Bumi itu bulat.  Sebelum akal dapat menentukan bahwa bumi itu bulat, maka wajib atau harus diadakan dahulu penyelidikan dan mencari bukti bahwa bumi itu betul betul bulat. Jadi akal tidak bisa menerima begitu saja tanpa penyelidikan lebih dahulu. Contoh lainnya, sebelum akal menghukum dan menentukan bahwa ”Allah wajib atau harus ada”, maka harus diadakan dahulu penyelidikan yang rapi yang menunjukkan kewujudan atau keberadaan bahwa Allah itu wajib ada. Tentu hal ini perlu dibantu dengan dalil-dalil yang bersumber dari Al Quran.

2- MUSTAHIL

Mustahil dalam ilmu tauhid adalah kebalikan dari wajib. Mustahil dalam ilmu tauhid berarti akal mustahil bisa menentukan dan mustahil bisa menghukum bahwa sesuatu itu harus demikian.

Hukum mustahil dalam ilmu tauhid ini bisa ditentukan oleh akal tanpa lebih dahulu memerlukan penyelidikan atau menggunakan dalil. Contohnya , uang 500 rupiah mustahil lebih banyak dari 1000 rupiah. Artinya akal atau logika kita dapat mengetahui atau menghukum bahwa 500 rupiah itu mustahil akan lebih banyak dari1000 rupiah. Contoh lainnya,  usia seorang anak mustahil lebih tua dari ayahnya. Artinya secara akal bahwa seorang anak mustahil lebih tua dari ayahnya.

Sebagaimana hukum wajib dalam Ilmu Tauhid, hukum mustahil juga ada yang ditentukan dengan memerlukan penyelidikan yang rapi dan cukup cermat. Contohnya: Mustahil bumi ini berbentuk tiga segi. Jadi sebelum akal dapat menghukum bahwa mustahil bumi ini berbentuk segi tiga, perkara tersebut harus diselidik dengan cermat yang bersenderkan kepada dalil kuat. Contoh lainnya: Mustahil Allah boleh mati. Jadi sebelum akal dapat menghukum bahwa mustahil Allah boleh mati atau dibunuh, maka perkara tersebut hendaklah diselidiki lebih dahulu dengan bersenderkan kepada dalil yang kuat.

3- JAIZ (MUNGKIN):

Apa arti Jaiz (mungkin) dalam ilmu Tauhid? Jaiz (mungkin) dalam ilmu tauhid ialah akal kita dapat menentukan atau menghukum bahwa sesuatu benda atau sesuatu dzat itu boleh demikian keadaannya atau boleh juga tidak demikian. Atau dalam arti lainya mungkin demikian atau mungkin tidak. Contohnya: penyakit seseorang itu mungkin bisa sembuh atau mungkin saja tidak bisa sembuh. Seseorang adalah dzat dan sembuh atau tidaknya adalah hukum jaiz (mungkin). Hukum jaiz (Mungkin) disini, tidak memerlukan hujjah atau dalil.

Contoh lainya: bila langit mendung, mungkin akan turun hujan lebat, mungkin turun hujan rintik rintik, atau mungkin tidak turun hujan sama sekali. Langit mendung dan hujan adalah dzat, sementara lebat, rintik rintik atau tidak turun hujan adalah Hukum jaiz (Mungkin).

Seperti hukum wajib dan mustahil, hukum jaiz (mungkin) juga kadang kandang memerlukan bukti atau dalil. Contohnya manusia mungkin bisa hidup ratusan tahun tanpa makan dan minum seperti terjadi pada kisah Ashabul Kahfi yang tertera dalam surat al-Kahfi. Kejadian manusia bisa hidup ratusan tahun tanpa makan dan minum mungkin terjadi tapi kita memerlukan dalil yang kuat diambil dari al-Qur’an..

Contoh lainnya: rumah seseorang dari di satu tempat mungkin bisa berpindah dengan sekejap mata ke tempat yang lain yang jaraknya ribuan kilometer dari tempat asalnya seperti terjadi dalam kisah nabi Sulaiman as telah memindahkan istana Ratu Balqis dari Yaman ke negara Palestina yang jaraknya ribuan kilo meter. Kisah ini sudah barang tentu memerlukan dalil yang diambil dari al-Qu’ran.

 

Pendiri Ilmu Tauhid

PENDIRI ILMU TAUHID

Orang yang pertama tama mendirikan atau menyusun ilmu tauhid ialah Abu Hasan Al-Asyari dan Abu Manshur al-Maturidi dan pengikut pengikut mereka. Tentu kita jangan hanya mengetahui nama nama mereka sebagai pendiri pendiri ilmu Tauhid tapi sekurang kurangnya harus mengetahui siapa mereka itu? Di bawah ini terlampir ringkasan sejarah mereka:

1- ABU AL-HASAN AL-ASY’ARI

Nama lengkapnya Abu Al-Hasan Ali bin Isma’il bin Abi Bisyr Ishaq al-Asy’ari al-Yamani al-Bashri. Al-Asy’ari kabilah yang berasal dari Yaman, tapi beliau lahir dan besar di Bashrah – Iraq.

Abu al-Hasan Al-Asy’ari lahir di Basra tahun 260 H, namun sebagian besar hidupnya di Baghdad sampai beliau wafat tahun 324H. Beliau adalah seorang pemikir muslim pendiri paham Asy’ari. Sebelum mendirikan faham Asy’ari, beliau sempat berguru pada seorang Mu’tazilah terkenal, yaitu Abi Ali al-Jubba’i, namun pada tahun 299 H dia mengumumkan keluar dari faham Mu’tazilah, dan mendirikan faham baru yaitu faham atau thariqah Ahli Sunnah Wal Jamaah yang kemudian dikenal sebagai thariqah Asy’ariah. Banyak tokoh pemikir islam yang mendukung pemikiran-pemikiran beliau, salah satunya yang terkenal adalah Imam besar Al-Ghazali, terutama di bidang ilmu Kalam, Tauhid dan Ushuludin.

Walaupun banyak juga ulama yang menentang pamikirannya, tetapi banyak masyarakat muslim yang mengikuti pemikirannya. Orang-orang yang mengikuti dan mendukung pendapat dan faham beliau dinamakan pengikut “Asy’ariyyah”, bahkan tidak sedikit nama nama mereka dinisbatkan kepada nama imamnya (Al-Asy’ari). Diantaranya pengarang kitab ini ”Al’Aqaid Ad-Diniyyah”, Habib Abdurahman bin Saggaf Assagaf sangat menyenangi jika namanya dinisbatkan kepada nama Abu Hasan Al-Asy’ari

Di Asia mayoritas penduduknya muslim banyak yang mengikuti faham imam Abu Hasan Al-Asy’ari, yang diserasikan dengan faham ilmu Tauhid yang dikembangkan oleh Imam Abu Manshur Al-Maturidi terutama pelajaran yang menyangkut pengenalan sifat-sifat Allah yang terkenal dengan nama “sifat 20”. Pelajaran ini banyak diajarkan di pesantren-pesantren di seluruh Indoneisa, dan di sekolah-sekolah formal pada umumnya seperti Jamiat Khair (dahulu) yang dipelopori oleh Habib Utsman bin Yahya dan Habib Ali Al-Habsyi.

2- ABU MANSHUR AL-MATURIDI

Abu Manshur Muhammad bin Muhammad al-Maturidi As-Samarqandi berasal diri daerah Maturid di Samarqand- Uzbekistan. Tidak diketahui dengan jelas tahun kelahiranya, tapi bisa dikatakan bahwa beliau lahir pada masa pemerintahan khalifah Al-Mutawakil Al-Abbasi, dan diperkirakan beliau lebih muda dari Abu al-Hasan Al-Asy’ari 20 tahunan  

Abu Manshur al-Maturidi sama dengan Abu al-Hasan Al-Asy’ari adalah pemikir muslim dan pendiri faham Ahli Sunnah Wal Jama’ah dengan dalil dalil yang diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw dan juga bersendarkan kepada dalil Aqli. sehingga dia diberi julukan “Imam Al-Huda” atau “Imam al-Mutakalimin”. Abu Mansur al-Maturidi dan Abu al-Hasan merupakan tokoh tokoh pertama yang mendirikan faham Ahli Sunnah Wal Jama’ah terutama dalam ilmu yang bersangkutan dengan Aqidah dan mengenal Allah.

Pemikiran Abu Manshur berkisar sekitar ilmu Ta’wil al-Qur’an, Usul Fiqih, Ilmu Kalam, Tauhid dll. Setelah beliau menerapkan pemikirannya kepada masyarakat, beliau mulai mencatatnya dan meluncurlah setelah itu beberapa buku beliau terutama tentang ilmu Akidah diantara kitab kitab beliau yang terkenal adalah “at-Tauhid”, “Ar-Rad ‘Ala Al-Qaramithah”, “Bayan Wahmi al-Mu’tazilah” dan masih banyak lagi kitab kitab beliau yang bertujuan untuk mempertahankan akidah Ahli Sunnah Wal Jama’ah.

Telah disebut dalam beberapa marja’ bahwa Abu Manshur Al-Maturidi wafat pada tahun 332H di Samarqand dan kuburannya sangat dikenal masyarakat setempat. Wallahu’alam

 

Hukum Mempelajari Tauhid

HUKUM MEMPELAJARI ILMU TAUHID

Hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardu ’ain atau wajib bagi setiap mukallaf (orang yang akil dan baliqh), laki laki dan perempuan. Jadi mempelajari ilmu tauhid adalah wajib atau satu keharusan bagi setiap orang baik laki laki atau perempuan yang memiliki akal sehat dan telah memasuki umur dewasa sebelum ia mempelajari ilmu ilmu agama lainnya. Karena ilmu ini bersangkutan dengan keimanan dan  keberadaan Allah dan para rasul rasul-Nya.

Jelasnya mempelajari ilmu tauhid adalah wajib bagi setiap mukallaf dan muslim, karena hal ini bisa membawanya untuk mempercayai bahwa terdapat beberapa sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah dan mempercayai akan sifat wajib Allah yang dua puluh dan harus diketahui juga sifat mustahil bagi Allah.

 

Hukum (Syar’i, ‘Adi Dan Akli)

PELAJARAN KEDUA: HUKUM

SYARAH

Hukum artinya adalah sekumpulan peraturan yang menetapkan suatu perbuatan dan melarang suatu perbuatan. Jika seseorang telah melanggar salah satu dari hukum peraturan tersebut, maka ia akan dikenakan sanksi, atau diambil tindakan oleh undang-undang yang tertera dan tercatat di dalam peraturan itu sendiri.

Hukum yang dibicarakan di sini terbagi atas tiga bagian:

  1. Hukum Syar’i (Syari’at / Fiqih) :

Hukum yang berkaitan dengan perintah dan larangan Allah.

  1. Hukum ‘Adi (Adat/Kebiasaan) :

Hukum yang berkaitan dengan adat atau kebiasaan manusia.

  1. Hukum ‘Akali:

Hukum yang berkaitan dengan akal manusia.

1- HUKUM SYAR’I

Hukum Syar’i adalah hukum yang berkaitan dengan perintah dan larangan Allah terhadap manusia. Hukum syar’i tentu bidangnya lebih lengkap dan luas. Kelengkapan ini timbul karena hukum syar’i tidak dibuat oleh manusia dan tidak dipengaruhi oleh perbuatan manusia, murni dari Allah. Hukum ini dibuat dan ditentukan oleh syara’ atau agama. Maka tidak ada suatu apapun dari kehidupan manusia yang tidak diatur oleh agama Islam.

Hukum Syar’i ialah hukum-hukum Islam yang merupakan perintah dan larangan Allah dan setiap muslim mukallaf yakni yang sudah akil baligh dan ber’akal sehat wajib baginya untuk mengetahui hukum-hukum tersebut.

PEMBAGIAN HUKUM SYAR’I

Hukum Syar’i dibagai menjadi 5 bagian:

a- Wajib / Fardhu

b- Haram

c- Mandub / Sunnah

d- Makhruh

e-  Mubah

A- WAJIB (FARDHU)

Wajib merupakan suatu hal yang wajib atau harus dilakukan atas diri setiap muslim mukallaf (akil dan baligh) baik laki-laki atau perempuan. Wajib atau Fardhu ialah suatu hukum yang apabila dilakukan mendapat pahala atau balasan baik dari Allah dan jika ditinggalkan maka akan berdosa dan mendapat ganjaran siksaan di akhirat.

Wajib ada dua macam:

1- WAJIB/FARDHU ’AIN

Wajib ‘Ain atau Fardhu ‘Ain: ialah wajib yang harus dilakukan atas diri setiap muslim mukalaf (berakal sehat dan baligh) baik ia laki-laki atau perempuan. Karena ia mengandung wajib yang berat, maka harus dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan terkecuali memiliki udzur yang kuat, itupun wajib dilakukan walaupun dengan isyarat, atau menggantinya pada hari yang lain, atau membayar fidhyah. Contohnya sholat lima waktu sehari semalam. Sholat ini wajib dilakukan oleh setiap muslim akil dan baligh, laki laki atau perempuan dalam keadaan apapun sholat ini wajib dilakukan, jika memiliki udhur sholatnya wajib atau harus dilakukan, walaupun dengan isyarat hukum sholat ini wajib atau harus dilakukan. Jika sudah tidak mampu sama sekali untuk dilakukan maka wajib diganti dengan membayar fidyah. Begitu pula puasa pada bulan Ramadhan, membayar zakat setelah sampai nisabnya dan melaksanakan ibadah haji jika mampu dan lain sebagainya.

2- WAJIB/FARDHU KIFAYAH

Wajib Kifayah atau Fardhu Kifayah: yaitu pekerjaan yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim mukallaf (berakal sehat dan baligh). Tetapi jika sudah ada satu diantara sekian banyak orang yang sanggup melaksanakannya, maka terlepaslah kewajibannya untuk dilakukan. Contohnya: mendirikan sholat jenazah. Sholat ini wajib dilakukan oleh setiap muslim. Jika tidak dilakukan sholat bagi mayat maka semua muslim akan berdosa dan jika salah seorang telah melakukanya maka terlepaslah kewajiban bagi semuanya.

B- HARAM

Haram ialah suatu larangan yang apabila ditinggalkan mendapat pahala dan jika dilakukan akan berdosa. Setiap pelanggaran dari perbuatan yang dilarang itu dinamakan perbuatan ma’siat dan dosa, diantaranya: minum arak, berzina, membunuh, berjudi, berdusta, menipu, mencuri, mencaci maki dan masih banyak lagi contoh contoh lainnya. Dengan sangsi, jika seorang muslim mati dan belum sempat bertaubat, menurut hukum syara’ ia akan disiksa karena dosa-dosa yang telah diperbuatnya.

C- MANDUB (SUNNAH)

Mandub atau Sunnah ialah suatu pekerjaan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa. Sesuatu yang mandub atau sunnah akan lebih baik jika dilaksanakan karena bisa menambal sulam kekurangan ibadah kita. Mandub atau Sunnat ini sering juga disebut Mustahab yaitu sesuatu perbuatan yang dicintai Allah dan Rasul Nya.

Hukum Mandub /Sunnat terbagi 4 bagian:

1- Sunnah Hai-at atau Sunnat ‘Ain: yaitu suatu perbuatan yang dianjurkan untuk dilaksanakan oleh setiap muslim, seperti sholat sunat rawatib. (sebelum atau sesudah sholat fardhu), sholat tahajjut, sholat tasbih, sholat dhuha dan sholat-sholat yang banyak lagi.

2- Sunnah Kifayah: yaitu suatu pekerjaan yang dianjurkan untuk dilaksanakan oleh setiap muslim, namun sunnah ini cukup jika telah dilaksanakan oleh satu orang. Misalnya memberi salam, menjawab orang yang bersin dan lain-lain.

3- Sunnah Muakkadah yaitu suatu pekerjaan yang selalu dilaksanakan oleh Rasulullah saw seperti sholat Idul Fitri dan sholat Idul Adhha dan sebagainya.

4- Sunnah Ghairu Muakkadah: yaitu segala sunat yang tidak selalu dikerjakan oleh Rasulullah saw, misalnya puasa tasua’ pada tanggal 9 Muharram yang ingin dilaksanakan oleh Nabi saw namun belum sempat dilakukannya beliau keburu wafat, kemudian para sahabat melanjutkannya berpuasa pada tanggal tersebut. Dan masih banyak lagi yang kita bisa cari dalam kitab fiqih

Hikmah Dan Atsar:

Ada yang perlu diketahui bahwa di dalam Wajib ada yang terkandung Sunnah, contohnya, sebelum shalat dianjurkan untuk berwudhu’. Dan berwudhu’ itu wajib hukumnya, adapun meratakan air ke tempat anggota wudhu’ adalah sunah. Begitu pula sebaliknya di dalam Sunnah ada yang terkandung Wajib. Contohnya: jika seseorang melaksanakan sholat sunnat tanpa wudhu’, maka sudah pasti sholatnya tidak sah. Karena wudhu’ merupakan perbuatan yang wajib dilakukan oleh seseorang  sebelum melaksanakan sholat, tidak perduli apakah itu sholat sunnat atau sholat wajib. Sebagaimana wajib Berwudhu’, wajib pula menghadap kiblat, wajib pula membaca surat Fatihah dalam sholat,  wajib pula ruku’ dan sujud dan wajib pula salam. Demikian seterusnya.

D- MAKRUH

Makruh ialah sesuatu perbuatan yang dibenci didalam agama Islam, tetapi tidak berdosa jika dilakukan, dan berpahala jika ditinggalkan, misalnya memakan makanan yang membuat mulut menjadi bau seperti memakan bawang putih, jengkol dan petai, juga merokok dan lain sebagainya.

E- MUBAH

Mubah dalam Syara’ ialah sesuatu pekerjaan yang boleh dilakukan atau boleh juga ditinggalkan. Jika ditinggalkan tidak berdosa dan jika dikerjakan tidak berpahala, misalnya makan, minum, tidur, mandi dan masih banyak lagi contoh contoh lainya. Mubah dinamakan juga Halal atau Jaiz. Namun, kadang-kadang yang mubah itu, bisa menjadi sunnah. Umpamanya, kita makan tetapi diniatkan untuk menguatkan tubuh agar lebih giat beribadah kepada Allah, atau berpakaian yang bagus dengan niat untuk menambah bersihnya dalam beribadah kepada Allah, bukan untuk ria’ atau menunjukkan kesombongan dalam berpakaian, dan lain sebagainya. (lihat kitab Ad-Durusul Fiqhiyyah juz ke 4 oleh Habib Abdurahman bin Saggaf Assagaf)

2- HUKUM ’ADI (HUKUM ADAT/KEBIASAAN)

Hukum ‘Adi atau Hukum Adat/Kebiasaan ialah menetapkan sesuatu bagi sesuatu yang lain, atau menolak sesuatu karena sesuatu itu sudah ada karena kejadian yang berulang-ulang.

Misalnya api itu panas dan dapat membakar kertas. Jika orang berpegang teguh pada kebiasaan yang telah diketahui secara berulang-ulang itu, maka ditetapkan suatu hukum bahwa setiap api itu panas dan mesti dapat membakar segala macam kertas. Dan apabila dikatakan sebaliknya maka adalah muhal atau mustahil, atau hal yang aneh atau tidak bisa dipercaya dan tidak diterima oleh akal.

Kejadian diatas merupakan kepastian dari kebiasaan yang telah terbukti kepastiannya dengan berulang kali. Adapun menurut pendapat akal, kejadian itu masih harus disebut hal yang mungkin saja terjadi, dan mungkin saja tidak terjadi.

Maka dari itu, jelas bahwa hukum adat/kebiasaan tidak sama dengan hukum akal.

Menurut akal, masih perlu diselidiki apakah yang menyebabkan adanya adat atau kebiasaan itu? Apakah yang menyebabkan api itu panas dan dapat membakar? Dan apakah yang menyebabkan air mengalir ke tempat yang rendah? Dan apa yang menyebabkan tiap-tiap zat mempunyai sifat dan tabiat yang berlainan? Demikian seterusnya.

3- HUKUM AKLI (HUKUM AKAL)

Arti hukum Akal itu, adalah menetapkan sesuatu keadaan untuk adanya sesuatu. Atau mentiadakan sesuatu karena ketidakadaanya sesuatu itu.

Misalnya, tidak mungkin ada sebuah rumah jika tidak ada tukang pembuat rumah tersebut. Maka jatuhlah hukum mustahil adanya. Karena tidak mungkin rumah itu bisa membentuk dirinya sendiri. Jadi harus ada yang membentuk rumah itu. Rumah merupakan bukti nyata akan keberadaanya tukang pembuat rumah. Demikian pula kayu tidak mungkin akan bisa menjadi kursi dengan sendirinya jika tidak ada tukang kayu yang memotong kayu lalu membuatnya menjadi kursi. Jadi kursi merupakan bukti nyata akan keberadaannya tukan kayu.  Demikianlah suatu contoh pengambilan hukum akal. Dan kita bisa mengkiyaskan dengan contoh contoh yang lainya sehingga selanjutnya menjadi berkembang pengertiannya yang kemudian menjadi suatu cabang ilmu yang sangat penting bagi masyarakat.

Dari contoh contoh diatas kita bisa menggambil bukti akan keberadaan Allah. Allah itu ada karena adanya ciptaan yang diciptakan-Nya. Adanya langit, bumi dan seisi isinya merupakan bukti kuat akan keberadaan Allah. Tidak mungkin langit, bumi dan seisi isinya jadi dengan sedirinya. Sudah pasti ada yang menciptakannya.yaitu Allah.

Hikmah Dan Atsar

Ada satu kisah menarik. Seorang Arab Badui (Arab dari pegunungan) ditanya ”Dari mana kamu mengetahui bahwa Allah itu ada” . kebetulan di muka orang Badui tadi ada segunduk kotoran unta. Badui itu menjawab ”Kamu lihat kotoran unta ini! Setiap ada kotoran unta pasti ada untanya”.

Jadi yang dinamakan Akal yang sempurna ialah suatu cahaya yang gemilang dan terletak didalam hati seorang mukmin dan dengan Akal yang jernih itu kita akan bisa membagi Hukum Akal ini menjadi tiga bagian:

1- Wajib

2- Mustahil

3- Jaiz

1- WAJIB

Wajib yaitu sesuatu yang tidak dapat diterima oleh akal akan ketidakberadaanya. Wajib di sini terbagi atas dua bagian:

a- Wajib Dharuri yaitu sesuatu yang bisa dimengerti tanpa bukti, atau sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal akan ketidakberadaanya tanpa memerlukan dalil atau keterangan secara rinci. Contohnya setiap dzat yang hidup itu wajib ada nyawanya, jika tidak bernyawa maka sudah pasti ia tidak akan bisa hidup alias mati.

b- Wajib Nadhari yaitu sesuatu yang bisa dimengerti setelah menggunakan bukti, atau sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal akan ketidakberadaanya dengan bersenderkan kepada dalil atau keterangan. Misalnya Allah itu wajib ada. Hal ini memerlukan dalil dan keterangan yang kuat.

2- MUSTAHIL

Mustahil merupakan kebalikan dari wajib yaitu sesuatu yang tidak bisa diterima akal akan keberadaanya. Mustahil juga dibagai menjadi dua bagian:

a-Mustahil Dharuri yaitu sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal akan keberadaanya tanpa memerlukan dalil atau keterangan. Misalnya mustahil seorang anak melahirkan Ibunya. Mustahil keberadaan sang ibu berasal dari anaknya. Bukankah ini sesuatu yang mustahil? Sudah pasti ini merupakan hal yang mustahil terjadi tanpa menggunakan dalil atau keterangan.

b-Mustahil Nadhari yaitu suatu yang tidak bisa diterima oleh akal akan keberadanya dengan memerlukan dalil atau keterangan. Misalnya Allah itu mustahil mempunyai anak. Ini memerlukan dalil dan keterangan yang kuat.

3- JAIZ (MUNGKIN)

Jaiz yaitu sesuatu yang mungkin saja ada atau mungkin tidak adanya. Jaiz ini pula dibagi dua:

a- Jaiz Dharuri yaitu jaiz yang tidak memerlukan dalil atau keterangan, contohnya, ada seorang ibu melahirkan anak kembar sebanyak 4. Kejadian seperti ini mungkin saja bisa terjadi atau mungkin saja tidak terjadi tanpa menggunakan dalil atau keterangan lebih dahulu.

b- Jaiz Nadhari: yaitu Jaiz yang memerlukan dalil atau keterangan yang kuat. Contohnya sebuah batu mungkin bisa berobah menjadi emas. Hal ini memerlukan dalil dan keterangan yang kuat. Contoh lainya sebuah tongkat mungkin bisa berobah mejadi ular. Kemungkinan ini memerlukan dalil dan keterangan yang kuat. Tentu semua ini terjadi dengan seizin Allah tapi harus menggunakan dalil dan keterangan yang kuat.

Yang tertera diatas adalah pengambilan contoh pada Hukum Akal. Dan kita bisa mengembangkannya jauh lebih luas lagi, sehingga benar-benar bisa menjadi pelajaran yang mendalam tentang ilmu tauhid.

Hikmah Dan Atsar

jika ada orang mengatakan wajib atas tiap tiap Mukallaf (akil dan baligh) maksudnya adalah wajib menurut hukum syara’. Dan jika orang mengatakan wajib bagi Allah dan Rasul-Nya maksudnya adalah wajib menurut  hukum akal. Dan jika orang mengatakan wajib bagi makhluk Nya, maksudnya adalah wajib menurut hukum ‘adi atau hukum adat/kebiasaan, dan seterusnya. Wallahua’lam

 

Alam Adalah Hawadits

ALAM ADALAH HAWADITS

Alam disebut hadits atau baru, karena terdiri dari dzat atau sesuatu yang dahulunya tidak ada kemudian ada, kemudian tidak ada lagi, atau segala sesuatu yang dahulunya bergerak, kemudian diam, maka benda yang serupa itu namanya barang yang mungkin berobah, dan juga dinamakan barang baru atau ”hawadits”, artinya barang yang sifatnya berubah-ubah.

Dengan berubahnya sifat, dari tidak ada menjadi ada, dari diam menjadi bergerak, maka akal dapat memutuskan dengan pendapatnya, bahwa sesuatu itu adalah dzat atau barang yang mungkin berubah, bukan barang wajib atau mustahil berubah. Jika dikatakan wajib berubah, tentu akan terus keadaannya berubah. Dan jika dikatakan mustahil berubah, tentu tidak akan pernah terjadi.

Demikianlah segala alam seisinya ini, ternyata sebagai hawadits atau barang baharu, yang dahulunya tidak ada dan senantiasa berubah-ubah. Dan semua hawadits, atau barang baru yang senantiasa berubah-ubah itu, tidak akan terjadi dan berubah dengan tanpa sebab yang menyebabkan.

Sifat Wajib Dan Mustahil Bagi Allah

PELAJARAN KETIGA: SIFAT SIFAT ALLAH

SYARAH

Wajib bagi setiap muslim mukallaf yaitu yang memiliki akal yang sehat dan sudah masuk dewasa mempercayai bahwa terdapat beberapa sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah. Sifat sifat Allah itu banyak sekali dan tidak terhitung. Seandainya air laut dijadikan tinta untuk untuk menulis sifat sifat Allah tentu kita tidak akan mampu mencatatnya. Maka dari itu seorang ulama pintar bernama Abu Manshur Al-Maturidi membatasi 20 sifat yang wajib (artinya harus ada) pada Allah. Jika tidak memiliki sifat itu, berarti dia bukan Allah.

Jadi, minimal kita harus memahami dan meyakini 20 sifat tersebut agar tidak tersesat. Setelah itu kita bisa mempelajari sifat Allah lainnya yang banyak. Sebagaimana wajib dipercayai akan sifat Allah yang dua puluh maka perlu juga diketahui juga sifat yang mustahil bagi Allah. Sifat yang mustahil bagi Allah merupakan lawan dari sifat wajib.

20 Sifat-sifat Allah yang wajib diketahui oleh seorang muslim mukallaf (akil baligh) yang terkandung di dalam al-Quran termasuk juga sifat-sifat Mustahil yang wajib diketahui. Untuk mempermudah mempelajarinya terlampir dibawah ini ringkasan sifat sifat Allah yang wajib dan mustahil.

SIFAT SIFAT WAJIB DAN MUSTAHIL BAGI ALLAH

1-      Sifat Wajib: Wujud

Artinya: Ada

Sifat Mustahil: ‘Adam

Aritnya : Tidak Ada

Allah Taala itu ada. Mustahil Allah itu tiada.

2-      Sifat Wajib: Qidam

Artinya: Sedia/terdahulu/tidak ada permulaanya

Sifat Mustahil: Huduts

Artinya: Baru

Allah Taala itu sedia/terdahulu, tidak ada permulaanya. Mustahil Allah itu didahului oleh ‘Adam (ada permulaanya).

3-      Sifat Wajib: Baqa’

Artinya: Kekal

Sifat Mustahil: Fana’

Artinya: Binasa

Allah itu bersifat kekal. Mustahil Ia dikatakan fana (binasa)

4-      Sifat Wajib: Mukhalafah Lilhawaditsi

Artinya: Tidak sama dengan yang baru

Sifat Mustahil: Mumatsalah Lilhawaditsi

Artinya: Sama dengan yang baru

Allah itu tidak mempunyai sifat-sifat yang baru yakni dijadikan dan dihancurkan. Mustahil Allah bersamaan dengan yang baru.

5-      Sifat Wajib: Qiyam Binafsihi

Artinya: Berdiri dengan diri-Nya sendiri

Sifat Mustahil: Ihtiyaj Ila Mahal Wa Mukhashshash

Allah Taala itu berdiri sendiri. Mustahil tidak berdiri dengan dirinya sendiri atau berdiri pada lainnya dan berdirinya tidak memerlukan tempat tertentu

6-      Sifat Wajib: Wahdaniyah

Artinya: Esa

Sifat Mustahil: Ta’addud

Allah itu Maha Esa Dzat-Nya, Esa sifat-Nya dan esa juga perangai-Nya. Mustahil ia mempunyai Dzat, sifat dan perangai yang berbilang-bilang.

7-      Sifat Wajib: Qudrah

Artinya: Kuasa

Sifat Mustahil: ’Ajez

Artinya: Lemah

Alah Taala itu Maha Berkuasa, apapun bisa dilakukannya. Mustahil Allah itu lemah atau tidak berkuasa.

8-      Sifat Wajib: Iradah

Artinya: Menentukan

Sifat Mustahil: Karahah

Artinya: Terpaksa

Allah itu Menentukan segala-galanya, semua terjadi dengan ketentuan Allah, Mustahil Allah Taala itu terpaksa dan dipaksa menentukan segala galanya.

9-      Sifat Wajib: ’Ilim

Artinya: Mengetahui

Sifat Mustahil: Jahil

Artinya: Bodoh

Allah Taala itu amat mengetahui segala-galanya. Mustahil Allah tidak mengetahui atau bodoh.

10-    Sifat Wajib: Hayah

Artinya: Hidup

Sifat Mustahil: Maut

Artinya: Mati

Allah Taala itu sentiasa hidup yakni sentiasa ada. Mustahil Allah itu bisa mati, dianiyaya atau dibunuh.

11-    Sifat Wajib: Sama’

Artinya: Mendengar

Sifat Mustahil: Shamam

Artinya: Tuli

Allah Taala itu mendengar. Mustahil Allah tuli atau tidak mendengar.

12-    Sifat Wajib: Bashar

Artinya: Melihat

Sifat Mustahil: ’Ama

Artinya: Buta

Allah Taala itu sentiasa melihat. Mustahil Allah Taala itu buta.

13-    Sifat Wajib: Kalam

Artinya: Berkata-kata

Sifat Mustahil: Bakam

Artinya: Bisu

Allah Taala itu berkata-kata atau berbicara. Mustahil Allah Taala itu tidak berbicara atau bisu.

14-    Sifat Wajib: Kaunuhu Qodiran

Artinya: Keberadaan Allah Maha Kuasa

Sifat Mustahil: Kaunuhu ’Ajizan

Artinya: Keberadaan Allah lemah (tidak berkuasa)

Allah Taala keberadaanya amat berkuasa sifatnya. Mustahil bagi Allah memiliki sifat lemah atau tidak berkuasa.

15-    Sifat Wajib: Kaunuhu Muridan

Artinya: Menentukan

Sifat Mustahil: Kaunuhu Mukrahan

Artinya: Terpaksa

Allah Taala itu berkuasa menentukan apa yang dikehendakinya. Mustahil sifatnya terpaksa atau dipaksa

16-    Sifat Wajib: Kaunuhu ‘Aliman

Artinya: Maha Mengetahui

Sifat Mustahil:Kaunuhu Jahilan

Artinya: Bodoh

Allah Taala itu maha mengetahui. Mustahil Allah Taala itu jahil/bodoh atau tidak mengetahui.

17-    Sifat Wajib: Kaunuhu Hayyan

Artinya: Hidup

Sifat Mustahil: Kaunuhu Mayyitan

Allah Taala itu Maha Hidup dan menghidupkan alam ini. Mustahil Allah itu bisa mati atau dibunuh.

18-    Sifat Wajib: Kaunuhu Sami’an

Artinya: Mendengar

Sifat Mustahil: Kaunuhu Ashamma

Artinya: Tuli

Allah Taala itu maha mendengar. Mustahil jika Allah Taala tidak mendengar atau tuli.

19-    Sifat Wajib: Kaunuhu Bashiran

Artinya: Melihat

Sifat Mustahil: Kaunuhu A’ma

Artinya: Buta

Allah Taala itu melihat semua kejadian di muka bumi. Mustahil jika sifat Allah itu tidak melihat atau buta.

20-    Sifat Wajib: Kaunuhu Mutakalliman

Artinya: Maha Berkata-kata

Sifat Mustahil: Kaunuhu Abkama

Artinya: Bisu

Allah Taala itu berkata-kata. Mustahil jika Allah Ta’ala bisu atau tidak bisa berkata-kata.

 

Sifat Jaiz Bagi Allah

SIFAT SIFAT JAIZ BAGI ALLAH

Disamping sifat sifat wajib dan mustahil bagi allah ada lagi sifat boleh atau sifat jaiz yang dimiliki oleh Allah. Boleh atau mungkin bagi Allah menjadikan sesuatu itu ”ada” atau boleh atau mungkin membuatnya ”tidak ada”, maksudnya disini boleh melakukannya atau meninggalkannya. Allah sangat berkuasa untuk membuat sesuatu atau meninggalkannya. Contohnya, boleh atau mungkin bagi Allah menciptakan langit, bumi dan matahari dll dan dilain fihak boleh atau mungkin juga bagi Allah untuk tidak menciptakannya.

Tidak wajib bagi Allah membuat sesuatu seperti menghidupkan atau mematikan tapi Allah mempunyai hak muthlaq untuk memnghidupkan atau mematikan.

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). (al-Qashash 68)

Hikmah Dan Atsar

Tidak seorangpun dari makhluk Allah yang berhak untuk memaksa Allah untuk melaksanakan atau meninggalkan sesuatu. Karena Allah adalah Dzat yang Maha Kuasa, tidak bisa dipaksa atau dikuasai. Sedangkan usaha dan doa manusia hanya sekedar perantara untuk mengharap belas kasih Allah dalam mengabulkan apa yang diinginkan. Keputusan akhir adalah mutlak ada pada kekuasaa Allah.

وَللَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (al-Ma’idah: 17)

Jelasnya, tidak seorangpun dari makhluk Allah yang berhak untuk memaksa Allah untuk melaksanakan atau meninggalkan sesuatu. Karena Allah adalah Dzat yang Maha Kuasa. Kekuasaanya tidak bisa dipaksa. Jika bisa dipaksa berarti wajib dilakukan. Maka mustahil bagi Allah memiliki sifat itu.

 

Sifat Nafsiyyah, Salbiyah, Ma’ani,Ma’nawiyah

PEMBAGIAN SIFAT SIFAT ALLAH

Sifat Wajib dibagi 4 bagian:

I – Sifat Nafsiyyah

II – Sifat Salbiyah

III – Sifat Ma’ani

IV – Sifat Ma’nawiyah

I – SIFAT NAFSIYYAH(SIFAT KEPERIBADIAN)

Maksudnya sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal jika Allah tidak disifatkan dengan sifat ini. Atau bisa juga dikatakan sifat untuk menentukan adanya Allah, di mana Allah menjadi tidak mungkin ada tanpa adanya sifat tersebut. adapun yang tergolong sifat ini hanya satu yaitu sifat wujud.

1-      Sifat Wajib: Wujud

Artinya: Ada

Sifat Mustahil: ’Adam

Aritnya : Tidak Ada

Allah Taala itu ada. Mustahil Allah itu tiada.

II – SIFAT SALBIYAH

Maksudnya sifat yang menolak apa yang tidak layak bagi Allah. Atau dikatakan juga sifat yang digunakan untuk meniadakan sesuatu yang tidak layak bagi Allah. Sifat Salbiyah ini ada lima sifat yakni, 2- Qidam, 3-  Baqo’, 4- Mukhalafatu lil hawaditsi, 5- Qiyamuhu binafsihi, 6- Wahdaniyyah.

2-      Sifat Wajib: Qidam

Artinya: Sedia/terdahulu/tidak ada permulaanya

Sifat Mustahil: Huduts

Artinya: Baru

Allah Taala itu sedia/terdahulu, tidak ada permulaanya. Mustahil Allah itu didahului oleh ‘Adam (ada permulaanya).

3-      Sifat Wajib: Baqa’

Artinya: Kekal

Sifat Mustahil: Fana’

Artinya: Binasa

Allah itu bersifat kekal. Mustahil Ia dikatakan fana (binasa)

4-      Sifat Wajib: Mukhalafah Lilhawaditsi

Artinya: Tidak sama dengan yang baru

Sifat Mustahil: Mumatsalah Lilhawaditsi

Artinya: Sama dengan yang baru

Allah itu tidak mempunyai sifat-sifat yang baru yakni dijadikan dan dihancurkan. Mustahil bersamaan dengan yang baru.

5-      Sifat Wajib: Qiyam Binafsihi

Artinya: Berdiri dengan dirinya sendiri

Sifat Mustahil: Ihtiyaj Ila Mahal Wa Mukhashshash

Allah Taala itu berdiri sendiri. Mustahil tidak berdiri dengan dirinya sendiri atau berdiri pada lainnya dan berdirinya tidak memerlukan tempat tertentu

6-      Sifat Wajib: Wahdaniyah

Artinya: Esa

Sifat Mustahil: Ta’addud

Allah itu Maha Esa Dzat-Nya, Esa sifat-Nya dan esa juga perangai-Nya. Mustahil ia mempunyai Dzat, sifat dan perangai yang berbilang-bilang.

III – SIFAT MA’ANI

Maksudnya sifat yang diwajibkan bagi zat Allah suatu hukum atau sifat yang pasti ada pada Dzat Allah. Sifat ini terdiri dari tujuh sifat, 7- Qudrat, 8- Iradah, 9- Ilmu, 10- Hayat, 11- Sama’, 12- Bashar dan 13- Kalam.

7-      Sifat Wajib: Qudrah

Artinya: Kuasa

Sifat Mustahil: ’Ajez

Artinya: Lemah

Alah Taala itu Maha Berkuasa, apapun bisa dilakukannya. Mustahil Allah itu lemah atau tidak berkuasa.

8-      Sifat Wajib: Iradah

Artinya: Menentukan

Sifat Mustahil: Karahah

Artinya: Terpaksa

Allah itu Menentukan segala-galanya, semua terjadi dengan ketentuan Allah, Mustahil Allah Taala itu terpaksa dan dipaksa menentukan segala galanya

9-      Sifat Wajib: ’Ilim

Artinya: Mengetahui

Sifat Mustahil: Jahil

Artinya: Bodoh

Allah Taala itu amat mengetahui segala-galanya. Mustahil Allah tidak mengetahu atau bodoh.

10-    Sifat Wajib: Hayah

Artinya: Hidup

Sifat Mustahil: Maut

Artinya: Mati

Allah Taala itu sentiasa hidup yakni sentiasa ada. Mustahil Allah Taala itu bisa mati, dianiyaya atau dibunuh.

11-    Sifat Wajib: Sama’

Artinya: Mendengar

Sifat Mustahil: Shamam

Artinya: Tuli

Allah Taala itu mendengar. Mustahil Allah tuli atau tidak mendengar.

12-    Sifat Wajib: Bashar

Artinya: Melihat

Sifat Mustahil: ’Ama

Artinya: Buta

Allah Taala itu sentiasa melihat. Mustahil Allah Taala itu buta.

13-    Sifat Wajib: Kalam

Artinya: Berkata-kata

Sifat Mustahil: Bakam

Artinya: Bisu

Allah Taala itu berkata-kata atau berbicara. Mustahil Allah Taala itu tidak berbicara atau bisu.

IV – SIFAT MA’NAWIYAH

Maksudnya sifat Allah yang dilazimkan atau tidak bisa dipisahkan dengan Sifat Ma’ani. Sifat Ma’nawiyah adalah sifat yang mulazimah atau menjadi akibat dari sifat ma’ani. Sifat ini terdiri dari tujuh sifat, yakni 14- Kaunuhu Qadiran, 15- Kaunuhu Muridan, 16- Kaunuhu Aliman, 17- Kaunuhu Hayyan, 18- Kaunuhu Sami’an, 19- Kaunuhu Bashiran, 20- Kaunuhu Mutakalliman.

:

14-    Sifat Wajib: Kaunuhu Qodiran

Artinya: Keberadaan Allah Maha Kuasa

Sifat Mustahil: Kaunuhu ’Ajizan

Artinya: Keberadaan Allah lemah (tidak berkuasa)

Allah Taala keberadaanya amat berkuasa sifatnya. Mustahil bagi Allah memiliki sifat lemah atau tidak berkuasa.

15-    Sifat Wajib: Kaunuhu Muridan

Artinya: Menentukan

Sifat Mustahil: Kaunuhu Mukrahan

Artinya: Terpaksa

Allah Taala itu berkuasa menentukan apa yang dikehendakinya. Mustahil sifatnya terpaksa atau dipaksa

16-    Sifat Wajib: Kaunuhu ‘Aliman

Artinya: Maha Mengetahui

Sifat Mustahil:Kaunuhu Jahilan

Artinya: Bodoh

Allah Taala itu maha mengetahui. Mustahil Allah Taala itu jahil/bodoh atau tidak mengetahui.

17-    Sifat Wajib: Kaunuhu Hayyan

Artinya: Hidup

Sifat Mustahil: Kaunuhu Mayyitan

Allah Taala itu Maha Hidup dan menghidupkan alam ini. Mustahil Allah itu bisa mati atau dibunuh.

18-    Sifat Wajib: Kaunuhu Sami’an

Artinya: Mendengar

Sifat Mustahil: Kaunuhu Ashamma

Artinya: Tuli

Allah Taala itu maha mendengar. Mustahil jika Allah Taala tidak mendengar atau tuli.

19-    Sifat Wajib: Kaunuhu Bashiran

Artinya: Melihat

Sifat Mustahil: Kaunuhu A’ma

Artinya: Buta

Allah Taala itu melihat semua kejadian di muka bumi. Mustahil jika sifat Allah itu tidak melihat atau buta.

20-    Sifat Wajib: Kaunuhu Mutakalliman

Artinya: Maha Berkata-kata

Sifat Mustahil: Kaunuhu Abkama

Artinya: Bisu

Allah Taala itu berkata-kata. Mustahil jika Allah Ta’ala bisu atau tidak bisa berkata-kata.

 

Wujud

PELAJARAN KEEMPAT: SIFAT SIFAT WAJIB

SYARAH

1- WUJUD

Wujud (ada) adalah sifat Nafsiyyah artinya sesungguhnya Allah itu ada dan keberadaan Nya itu pasti tidak diragukan lagi. Sifat ini juga menegaskan di mana Allah menjadi tidak ada tanpa adanya sifat tersebut.

Wujud artinya ada dan sifat mustahilnya ‘Adam artinya tidak ada. Untuk membuktikan bahwa Allah itu ada bukan hal yang mudah, kecuali bagi orang-orang yang memiliki keimanan yang luhur. Memang kita tidak dapat melihat wujud Allah secara langsung, tetapi dengan menggunakan akal, kita dapat menyaksikan ciptaan-Nya. Dari mana alam semesta ini berasal? Pastilah ada yang menciptakannya. Tidak mungkin alam semesta ini jadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan.

Untuk membuktikan bahwa Allah itu ada tergantung kepada pengetahun dan cara berfikir setiap orang. Ada orang yang pengetahuan dan cara berfikirnya sederhana, dia bisa membuktikan keberadaan Allah dengan dalil yang sangat sederhana pula. Contohnya seperti yang telah dikisahkan dalam pelajaran sebelumnya, pernah seorang Badui (Arab dari pegunungan) ditanya, ”Dari mana kau mengetahui bahwa Allah itu ada?”. Kebetulan di muka orang Badui tadi ada kotoran unta. Ia menjawab ”Apakah kau lihat kotoran unta ini? Setiap ada kotoran unta pasti ada untanya. Tidak mungkin kotoran unta itu berada dengan sendirinya”

Sedangkan untuk kita yang hidup di abad serba canggih dan modern cara membuktikannya pula berbeda. Tentu kita melihat pesawat terbang, kereta api, mobil, komputer dan lain-lainnya, sesuatu yang tidak masuk akal jika semua itu terjadi dengan sendirinya. Ya sudah pasti ada pembuatnya. Bahkan sampai benda-benda yang sederhana saja seperti jarum ada yang membuatnya, tidak mungkin jarum itu jadi dengan sendirinya. Apalagi sekarang dunia sudah bertambah maju dan teknologi sudah jahuh semakin canggih.

Karena kita tidak bisa melihat Allah, bukan berarti Allah itu tidak ada. Allah ada. Mesikpun kita tidak bisa melihat-Nya, tapi kita bisa merasakan ciptaannya. Pernyataan bahwa Allah itu tidak ada hanya karena panca indera manusia yang sangat terbatas, karena Dia tidak bisa diraba dan tidak bisa dilihat, makanya kita tidak bisa mengetahui keberadaan Allah kecuali dengan bukti bukti ciptaan Nya

Tapi kalau kita pikirkan berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar manusia, kenyataannya benda itu ada? Betapa banyak benda benda di langit yang jaraknya milyaran kilo meter yang tidak pernah dilihat manusia, tapi benda itu sebenarnya ada? Berapa banyak dzat berukuran sangat kecil seperti molekul dan atom manusia tak bisa melihatnya, ternyata benda itu ada?

Jadi benda benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas, sehingga tidak mengetahui keberadaannya. Jika untuk mengetahui keberadaan ciptaan Allah saja manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi untuk mengetahui keberadaan Allah Pencipta benda benda tersebut.

Ada jutaan orang yang mengatur lalu lintas di jalan raya. Setiap kendaraan ada pengemudinya. Tapi masih ada saja terdapat kecelakaan lalu lintas. Meskipun ada yang mengatur sedemikan rupa. Sedangkan bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain yang sudah beredar di angkasa raya milyaran tahun, belum pernah terjadi tabrakan. Belum pernah kita dengar ada bumi menabrak bulan, atau bulan menabrak matahari. Padahal tidak ada polisi yang mengatur lalu lintas jalan, atau pun pengemudi yang mengendarai.

Jelasnya, tanpa ada Allah yang Maha Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi. Semua itu terjadi karena adanya Allah yang Maha Pengatur. Allah yang telah menetapkan tempat-tempat perjalanan bagi masing-masing benda tersebut. Jika kita benar benar memikirkan hal ini, tentu kita yakin bahwa Allah itu ada

إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَمَاوَاتِ وَٱلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ يُغْشِي ٱلْلَّيْلَ ٱلنَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثاً وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَ لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلأَمْرُ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَالَمِينَ

Allah berfirman: ”Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”.( Al-A’râf: 54).

 

Sifat Qidam

2- QIDAM

Qidam (dahulu) adalah sifat Salbiyyah, yaitu sifat yang digunakan untuk meniadakan sesuatu yang tidak layak bagi Allah. Sifat qidam artinya sifat yang mencabut atau menolak adanya permulaan wujud Allah. Dalam arti lain bahwa Allah itu berada tanpa adanya permulaan. Sebagai Dzat yang menciptakan seluruh alam, Allah pasti lebih dahulu sebelum ciptaan-Nya.

Kebalikannya adalah huduts (Baru) yaitu mustahil Allah itu baru dan memiliki permulaan. Allah itu dahulu tanpa awal, tidak berasal dari ”tidak ada” kemudian menjadi ”ada”.

هُوَ ٱلأَوَّلُ وَٱلآخِرُ وَٱلظَّاهِرُ وَٱلْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Allah berfirman: “ Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al Hadiid:3)

Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Allah yang menciptakan langit, bumi, serta seluruh isinya termasuk tumbuhan, binatang, dan juga manusia. Allah adalah awal. Dia sudah berada sebelum langit, bumi, tumbuhan, binatang, dan manusia lainnya ada. Tidak mungkin Allah itu baru ada atau lahir setelah makhluk lainnya ada.

Adanya Allah berbeda dengan adanya alam semesta beserta isinya. Perbedaan tsb terdapat pada kejadian dan prosesnya. Kita ambil contoh: Adanya manusia didahului oleh proses perkawinan. Terjadinya hujan karena didahului dengan proses penguapan air laut. Dan adanya seluruh alam semesta didalului oleh preses terjadinya alam tersebut. Tapi Allah berbeda dengan alam semesta ini, tidak didahului oleh sebab-sebab tertentu, karena Allah dzat yang paling awal. Allah adalah pencipta alam semesta, mustahil alam semesta lebih dulu ada dari Allah.

Hikmah & Atsar:

Seorang Atheist (kafir) datang kepada Imam Abu Hanifah lalu bertanya: “Tahun berapa Allah itu berada?

Abu Hanifah menjawab: “Allah berada sebelum adanya tahun, tidak berawal dalam wujud-Nya.”

Orang kafir itu bertanya lagi: “Berikan kepada kami contoh”

Beliau menjawab: “Angka berapa sebelum empat?

Ia berkata: “Tiga”

Abu Hanifah bertanya lagi: “Angka berapa sebelum tiga?”

Ia menjawab: “Dua”

Abu Hanifah bertanya lagi: “Angka berapa sebelum dua?”

Ia memjawab: “Satu”

Abu Hanifah betanya lagi: “Angka berapa sebelum satu?”

Ia berkata: “Tidak ada sesuatu sebelum angka satu”

Lalu Abu Hanifah berkata: “Kalau tidak ada sesuatu sebelum satu. Maka Allah itu esa tidak ada yg mengawali dalam wujudnya.”

Lalu orang kafir itu bertanya lagi pertanyaan kedua: “Kemana Allah itu berpaling?”

Abu Hanifah menjawab: “Kalau anda menyalahkan pelita di tempat yang gelap, kemana cahaya pelita itu berpaling?

Ia menjawab: “Ke setiap penjuru”

Abu Hanifah berkata: “Kalau cahaya pelita berpaling ke setiap penjur, bagaimana halnya dengan cahaya Allah, pencipta langit dan bumi.”

Lalu orang kafir itu bertanya lagi dengan pertanyaan ketiga: “Terangkan kepada kami tentang dzat Allah. Apakah Ia jamad seperti batu, atau cair seperti air, atau Ia berupa gas?”

Abu Hanifah menjawab: “Apakah anda pernah duduk di muka orang yang sedang sakarat?”

Ia menjawab: “Pernah”

Abu Hanifah bertanya: “Apakah ia bisa bercakap setelah mati?”

Ia menjawab: “Tidak bisa”

Lalu beliau bertanya lagi: “Apakah ia bisa berbicara sebelum mati?”

Ia menjawab: “Bisa”

Lalu abu Hanifah bertanya lagi: “Apa yang bisa merobahnya sehingga ia mati?”

Ia menjawab: “Keluarnya ruh dari jasadnya”

Abu Hanifah mejelaskan: “Oh kalau begitu keluarnya ruh dari jasadnya membuatnya ia tidak bisa berbicara?

Ia menjawab: “Betul”

Abu Hanifah bertanya: “Sekarang, terangkan kepada saya bagaimana sifatya ruh, apakah ia jamad seperti batu, atau cair seperti air, atau ia seperti gas?

Ia menjawab: “Kami tidak tahu sama sekali”

Abu Hanifah menjawab: “Jika ruh sebagai makhluk kamu tidak bisa mensifatkanya, bagaimana kamu ingin aku mensifatkan kepada kamu zdatnya Allah.

 

Sifat Baqa’

3- BAQA’

Baqa’ (kekal) adalah sifat Salbiyah artinya sifat yang mencabut atau menolak adanya kebinasaan wujud Allah. Dalam arti lain bahwa keberadaan Allah itu kekal, berlanjut tidak binasa atau rusak.

Allah adalah Dzat yang Maha Mengatur alam semesta. Dia selalu ada selama-lamanya dan tidak akan binasa untuk mengatur ciptaan-Nya itu. Hanya kepada-Nya seluruh kehidupan ini akan kembali. Firman Allah:

كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

”Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (al-Qashash: 88).

Adapun sifat mustahilnya Fana, artinya rusak. Semua makhluk yang ada di alam semesta ini, baik itu manusia, binatang, tumbuhan, matahari, bulan, bintang, dll, suatu saat akan mengalami kerusakan dan kehancuran. Manusia, betapa pun gagahnya, suatu saat pasti mati. Setiap orang pasti akan mati dan hancur dimakan tanah. Hukum kehancuran berlaku hanya bagi manusia, benda dan meteri. Sedangkan Allah bukan manusia, benda atau materi. Dia adalah Dzat yang  tidak terkena hukum kehancuran atau kerusakan. Dia kekal abadi untuk selama lamanya, tidak bisa wafat atau dibunuh. Jika ada Allah yang bisa wafat atau dibunuh, maka itu bukan Allah tapi manusia biasa.

Sungguh, betapa hina dan lemahnya manusia ini di hadapan Allah. Makanya tidak pantas jika ia berbangga diri atau sombong dengan kehebatannya, karena segala kehebatan itu pada akhirnya akan berlalu, yang tersisa hanyalah amal kebaikan.

 

Mukhalafah Lilhawaditsi

4- MUKHALAFAH LILHAWADITSI

Mukhalafah Lilhawaditsi (Tidak sama dengan yang baru) adalah sifat Salbiyah artinya  sifat yang mencabut atau menolak adanya persamaan Allah dengan yang baru. Dalam arti lain bahwa Allah tidak sama dengan yang baru atau berbeda dengan makhluk ciptaa-Nya. Perbedaan Allah dengan makhluk-Nya mencakup segala hal, baik dalam dzat, sifat, dan perbuatannya. Allah berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. As-Syura : 11).

Seumpanya terlintas dalam pikiran seseorang bahwa Allah itu seperti yang ia hayalkan atau bayangkan, maka Maha Suci Allah, Dia tidak seperti apa yang dihayalkan atau di pikirkannya. Makanya jangan sekali kali memikirkan atau menghayalkan atau membahas dzat Allah karena manusia tidak akan mampu untuk melakukannya.

Adapun kebalikan dari Al-Mukhalafah Lil Hawaditsi adalah Mumatsalah lil Hawaditsi, yakni mustahil Allah sama dengan yang baru atau sama dengan makhluk-Nya. Tentu ini adalah hal yang mustahil.

Contoh yang paling gampang adalah kursi yang dibuat dari kayu. Kursi dibuat oleh tukang. Mustahil kursi itu sama dengan tukang pembuat kursi. Sifat ini menjelaskan bahwa tukang pembuat kursi berbeda dengan hasil ciptaannya. Dan masih banyak lagi contoh contoh yang lain. Apakah ada kesamaan antara pencipta dengan hasil ciptaannya? Tentu berlainan bukan? Bahkan robot yang dibuat mirip dengan manusia saja tidak akan sama dengan manusia yang membuat robot itu.

Kalau itu sesama benda, apalagi Allah yang menciptakan seluruh alam semesta, sudah pasti berbeda dengan ciptaan-Nya. Mustahil Allah itu sama dengan ciptaan-Nya. Jika  sama dengan makhluknya misalnya terbuat dari darah, daging dan tulang niscaya Allah itu bisa mati, bisa dibunuh atau bisa disalib oleh manusia. Jadi mustahil jika Allah itu dilahirkan, melahirkan, menyusui, buang air, tidur, lupa dan sebagainya. Itu semua adalah sifat manusia, bukan sifat Allah. Allah itu Maha Besar, Maha Kuasa, Maha Perkasa, Maha Hebat. Dan segala Maha-Maha yang bagus lainnya harus disifatkan kepada sifat sifat Allah.

Kita mempercayai bahwa Allah itu hidup, tapi sifat hidup Allah berbeda dengan sifat hidup makhluk Nya. Allah itu dari dulu, sekarang, dan kapan saja hidup. Tidak ada batas dalam kehidupan Allah. Sebaliknya makhluk-Nya seperti manusia dulunya tidak ada, kemudian dilahirkan, kemudian berada dan hidup setelah dilahirkan, setelah itu tidak ada lagi atau mati lalu dikubur. Jadi meskipun sekilas sama arti hidup, namun sifat hidup Allah berbeda dengan makhluk-Nya. Bukan sifah hidup saja yang berbeda tapi semua sifat sifat Allah lainnya juga berbeda dengan sifat sifat makhluk-Nya, berlainan dan tidak serupa dengan makhluk-Nya.

Hikmah dan Atsar

Kita sebagai muslim jangan sekali kali memikirkan atau menghayalkan atau membahas dzat Allah karena kita tidak akan mampu untuk melakukannya. Justru jika kita mengakui akan kelemahan kita, berarti kita telah mengenal Allah.  Sayyidina Abu Bakar Shiddiq berkata, ”Ketidakmampuan untuk mengetahui Allah adalah sebuah kemampuan sedangkan membahas dzat Allah adalah kufur dan syirik”

 

Al-Qiyam Binnafsi

5- AL-QIYAM BINNAFSI

Al-Qiyam Binnafsi (Berdiri Sendiri) adalah sifat Salbiyyah artinya sifat yang mencabut atau menolak adanya Allah berdiri dengan yang lain. Dalam arti lain bahwa Allah tidak butuh dengan sesuatu dzat yang membantu-Nya untuk berdiri. Berdirinya Allah tidak membutuhkan makhluk-Nya, tidak membutuhkan tempat, tidak membutuhkan ruang dan tidak membutuhkan segala dzat, sifat, dan perbuatan makhluk-Nya. Berbeda dengan makhluk yang selamanya membutuhkan bantuan dari luar,  Allah berfirman:

إِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

”Sesungguhnya Allah SWT benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (al-Ankabut : 6).

Sifat mustahilnya al-qiyam binnafsi adalah al-ihtiyaj lighairihi artinya berdiri dengan bantuan yang lain. Keberadaan makhluk Allah, di mana saja dan kapan saja tidak bisa lepas dari bantuan yang lain. Manusia lahir karena ada kedua orangtuanya, tumbuh dan berkembang karena dipelihara dan dirawat oleh orangtuanya. Bahkan setelah besar pun, manusia tetap tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Sedangkan Allah itu berdiri dengan sendirinya. Mustahil Allah itu berhajat atau butuh pada makhluk-Nya.

Jelasnya, Di dunia ini semua orang saling membutuhkan. Butuh bantunan, butuh dokter, butuh teman, butuh istri, butuh anak, butuh ini butuh itu dan masih banyak lagi kebutuhan. Dari mulai manusia lahir sampai wafat tidak bisa lepas dari bantuan dan kebutuhan. Saat bayi, ia butuh susu ibunya, menjelang pertumbuhan ia butuh asuhan, butuh pendidikan. Setelah menanjak dewasa ia butuh istri, butuh anak. Dan seterusnya dan seterusnya.

Sebaliknya Allah berdiri sendiri. Dia tidak butuh pada ciptaan-Nya, tidak butuh bantuannya,  tidak butuh teman, tidak butuh istri, tidak butuh anak. Dia berdiri sendiri tidak beranak dan tidak diperanakan, tidak butuh makan, tidak butuh minum, tidak butuh tidur, tidak butuh istirahat, tidak butuh pujian dari makhluk-Nya. Seandainya seluruh makhluk memuji-Nya, niscaya tidak bertambah sedikitpun kemuliaan-Nya. Sebaliknya jika seluruh makhluk menghina-Nya, tidaklah berkurang sedikitpun keluhuran-Nya. Maha Suci Allah dari segala kebutuhan dan bantuan.

 

Wahdaniyah

6- WAHDANIYAH

Wahdaniyah (Esa atau Satu) adalah sifat Salbiyyah artinya  sifat yang mencabut atau menolak keberadaan Allah lebih dari satu. Dalam arti lain bahwa Allah itu satu atau esa tidak ada Tuhan selain-Nya. Dia esa atau satu dalam Dzat, Sifat dan perbuatan-Nya.

Allah itu esa dalam dzat-Nya. Artinya, bahwa dzat Allah satu, tidak tersusun dari unsur unsur atau anggota badan dan tidak ada satupun dzat yang menyamai dzat Allah. Allah itu satu dalam sifat-Nya artinya bahwa sifat Allah tidak terdiri dari dua sifat yang sama, dan tidak ada sesuatupun yang menyamai sifat Allah. Allah itu satu dalam fi’il atau perbuatan artinya bahwa hanya Allah yang memiliki perbuatan. Dan tidak satupun yang dapat menyamai perbuatan Allah.

Sedangkan sifat mustahilnya wahdaniyah bagi Allah yaitu “Ta’addud”  artinya banyak atau bilangan-Nya lebih dari satu, maka mustahil Allah lebih dari satu. Firman Allah:

لَوْ كَانَ فِيهِمَا ءَالِهَةٌ إِلاَّ اللهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ

“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ’Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (al-Anbiya’: 22).

Keesaan Allah itu mutlak. Artinya keesaan Allah meliputi dzat, sifat, maupun perbuatan-Nya. Meyakini keesaan Allah merupakan mabda’ atau prinsip, sehingga seseorang dianggap muslim atau tidak, tergantung pada pengakuan tentang keesaan Allah. Makanya untuk pertama seseorang menjadi muslim, ia harus bersaksi terhadap keesaan Allah, yaitu dengan membaca syahadat yang berbunyi ”Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah”.

Meyakini keesaan Allah juga merupakan inti ajaran para nabi, sejak nabi Adam as hingga nabi Muhammad saw. Jika keyakinan ini sudah diterapkan dari dahulu maka mustahil Allah itu lebih dari satu. Mustahil Allah itu banyak (Ta’addud) seperti dua, tiga, empat dan seterusnya. Allah itu Maha Kuasa. Jika ada Allah lebih dari satu, dan bekerjasama, berarti mereka itu lemah dan tidak berkuasa. Dan jika mereka berselisihan maka terjadi sengketa antara mereka. Jadi mustahil Allah itu lebih dari satu. Kalau lebih dari satu maka Dia bukan yang Maha Kuasa lagi.

”Sekiranya ada di langit dan di bumi ilah-ilah selain ALLAH, tentulah keduanya itu sudah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (Al-Anbiya: 22)

Dengan menghayati sifat wahdaniyyah ini, kita insyallah akan terhindar dari berbagai faham yang bisa menyesatkan tentang keesaan Allah.

 

Qudrat

Pelajaran Kelima: Sifat Ma’ani

Sarah:

Telah diterangkan sebelumnya bahwa Sifat Ma’ani Maksudnya sifat keberadaan yang berdiri pada dzat Allah atau sifat yang pasti ada pada dzat-Nya dan diwajibkan baginya suatu hukum. Sifat ini terdiri dari tujuh sifat yaitu: 7- Qudrat, 8- Iradah, 9- Ilmu, 10- Hayat, 11- Sama’, 12- Bashar dan 13- Kalam.

7- Qudrat  

Qudrat (Kuasa) adalah sifat pasti ada pada dzat Alllah yang mungkin dengan kekuasaan-Nya, Dia berkehendak mewujudkan atau meniadakan segala sesuatu. Kekuasaan-Nya yang tidak terbatas. Kekuasaan-Nya meliputi terhadap segala sesuatu. Dia kuasa untuk mewujudkan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya atau Dia juga kuasa untuk meniadakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya.

Sudah menjadi hal yang pasti bahwa kekuasaan Allah berbeda dengan kekuasaan manusia yang mempunyai kelemahan dan keterbatasan. Kekuasan Allah tidak ada yang bisa menghalangi-Nya. Jika Allah telah berkehendak melakukan atau tidak melakukan sesuatu, maka tidak ada suatu pun makhluk yang bisa mencegah-Nya atau memberi saran kepada-Nya.

Jelasnya, Allah memiliki sifat Qudrat (Kuasa) yaitu sifat yang mungkin dengan kekuasaan-Nya, Dia berkehendak mewujudkan atau meniadakan segala sesuatu. Dia kuasa untuk memberikan hal hal yang baik, kesuksesan, kesehatan dan sebaliknya dia juga berkuasa untuk mendiadakannya, berkuasa merobah kenikmatan menjadi malapetaka, kesehatan menjadi penyakit, kemudahan mejadi kesulitan, dan kesuksesan menjadi kegagalan. Dia berkuasa atas segala sesuatu yang dikehendaki-Nya.

Allah berfirman dalam surat al-‘Imran ayat 26-27 yang berbunyi:

”Katakanlah: Ya Allah yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engaku cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatau. Engkau masukkan malam kedalam siang dan Engkau masukan siang kedalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tampa batas ”

Makanya tidak patut bagi manusia bersifat sombong, angkuh dan bangga dengan kekuasaan yang dimilikinya, karena sebesar apa pun kehebatan kekuasaan manusia, tetap kekuasaan Allah pasti lebih besar dan lebih hebat. Bahkan jika Allah berkehendak menghilangkan kekuasaan manusia, maka dalam sekejap mata saja kekuasaanya bisa hilang dan ia tidak berdaya untuk mempertahankannya.

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِن شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلاَ فِي الأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيماً قَدِيراً

”Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (al-Fatir: 44)

Adapun kebalikan dari sifat kuasa yaitu sifat al-’Ajzu (tidak kuasa atau lemah), tentu Ia tidak akan kuasa meciptakan alam raya yang sangat menakjubkan ini. Karena itu, mustahil bagi Allah memiliki sifat lemah.

Hikmah & Atsar

Seorang ayah yang bijaksana, sukses dan shalih hidup bersama keluarganya dengan bahagia. Setelah usianya 65 tahun ia terkena serangan jantung yg mengharuskannya menjalani operasi, Setelah 2 kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus mengalami kenyataan pahit, ia kena virus jahat melalui tranfusi darah yg ia terima. Ia harus menerima kenyataan yang ada. Ia akan segera meninggal.

Melihat keadaan sang ayah yang sudah tidak berdaya, wajah yang pucat dan rambutnya yang habis rontok, Anaknya yang duduk disamingnya di rumah sakit berkata: “Mengapa Allah memilih ayah untuk menderita penyakit itu?”

Ayahnya menjawab dengan lembut: Ketika aku berhasil aku tidak pernah bertanya kepada Allah “mengapa aku berhasil”. Begitu pula ketika aku sehat aku tidak pernah bertanya kepada Allah “mengapa aku sehat”. Jadi ketika aku dalam kesakitan, tidak seharusnya juga aku bertanya kepada Allah “Mengapa aku menderita penyakit?”.

Dalam hidup ini kadang kadang kita merasa hanya pantas menerima hal hal yang baik, kesuksesan yg mulus, kesehatan dll. Ketika kita menghadapi hal yang sebaliknya, penyakit, kesulitan, kegagalan, kita menganggap Allah tidak adil. Sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Nya.

Maka, bersyukurlah dengan apa yang telah diberikan Allah kepada kita, baik atau buruk, kesehatan atau penyakit, keberhasilan atau kegagalan. Manusia itu lemah dan memiliki keterbatasan, sedang Allah Maha Kuasa memiliki segala kehendak yang tidak terbatas.

Iradat

8- IRADAH

Iradah (Berkehendak) adalah Sifat Ma’ani yang artinya Allah berdiri dengan dzat-Nya dan menentukan sesuatu dengan kemungkinan-Nya. Dalam arti lain bahwa Allah mungkin (boleh atau tidak boleh) berkehendak untuk bertindak atau menentukan segala sesuatu sesuai keinginan-Nya. Allah memiliki kehendak yang sangat luas. Dia mungkin berkendak memberikan kekayaan kepada orang yang Dia kehendaki dan Dia bisa pula mencabut kekayaannya. Dia mungkin berkehendak memberi kemuliaan kepada orang yang Dia kehendaki dan pula Dia mungkin mencabut kemuliaannya. Di tangan Allah segala kehendak. Allah maha kuasa atas segala sesuatau yang Dia kehendaki, tidak seorangpun yang mampu menahan kehendak-Nya. Dan segala yang terjadi di dunia berjalan sesuai dengan keinginan dan kehendak Allah.

إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَآ أَرَدْنَاهُ أَن نَّقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

” Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Kun (jadilah)”, maka jadilah ia.” (an-Nahl: 40).

Adapun lawan dari sifat Iradah adalah Karahah yang mempunyai makna terpaksa, maksudnya mustahil Allah berbuat sesuatu karena dengan paksaan atau terpaksa atau tidak dengan keinginan dan kehendak-Nya sendiri. Allah memiliki sifat selalu berkeinginan atau berkehendak. Keinginan dan kehendak Allah sesuai dengan kemauan-Nya sendiri, tak ada rasa terpaksa atau dipaksa oleh pihak lain, tidak ada tekanan atau mengharap imbalan. Kehendak Allah juga tidak dipengaruhi oleh pihak lain,  kehendak-Nya tidak terbatas, dan dapat melakukan apa saja tanpa memberi kuasa kepada yang lain. Begitu pula Allah mungkin mencegah kehendak-Nya dengan kehendak-Nya sendiri, tidak ada satu makhlukpun yang bisa mencegah kehendak-Nya.

Manusia juga berkehendak, tapi kehendak manusia adalah terbatas pada kemampuannya sendiri. Manusia boleh berkehendak, namun Allah juga yang menentukan hasilnya. Berapa banyak seseorang berkehendak menginginkan sesuatu tapi ia tidak memperolehnya karena Allah berkehendak yang lain. Bercita cita adalah suatu hal yang baik tapi keberhasilan cita cita itu berada pada kehendak Allah. Di atas kehendak manusia masih ada kehendak Allah.

Uraian di atas menunjukkan bahwa manusia itu lemah dan memiliki keterbatasan, sedang Allah Maha Kuasa memiliki segala kehendak yang tidak terbatas. Meskipun demikian, Allah menyukai manusia yang berusaha dan berkehendak, namun semua kembali kepada kehendak Allah dan kita harus menerima apapun hasilnya.

 

Ilmu

9- ILMU

Ilmu (Mengetahui) adalah Sifat Ma’ani artinya sifat Allah yang qadim (dahulu) dan berdiri dengan dzat-Nya, dimana sesuatu bisa diketahui oleh Allah dengan nyata tanpa tertutup oleh apapun. Dalam arti lain Allah adalah dzat yang Maha Menciptakan, Ia sudah pasti mengetahui segala sesuatu yang diciptakan-Nya secara terperinci. Allah mengetahui dengan jelas semua perkara yang bersangkutan dengan ciptaan-Nya tanpa ada perbedaan apakah itu nampak, apakah itu tersembunyi atau apakah itu samar samar. Semua diketahui-Nya. Allah SWT berfirman:

وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

“Dan Allah memiliki kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” [Al An’aam:59]

Segala yang ada di alam raya ini, baik yang besar maupun yang kecil, yang terlihat maupun yang tersembunyi, pasti diketahui Allah. Ilmu Allah maha luas, begitu luasnya sehingga jika seluruh air di lautan ini dijadikan tinta untuk menulis ilmu Allah maka ia tidak akan mampu menulisnya.

Kita sering kagum atas ilmu yang dimiliki manusia di dunia ini. Kita sering ta’ajub akan kecanggihan teknologi yang diciptakan manusia. Tapi kadang kadang kita tidak sadar, bahwa ilmu yang kita saksikan itu hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah pada manusia.

Hikmah Dan Atsar

Alkisah, nabi Musa as pernah mengikuti nabi Khidhir as. Konon ceritanya mereka duduk bersama sama di tepi pantai menunggu perahu nelayan yang akan datang membawa mereka ke tempat yang tidak diketahui. Disaat duduk nabi Khidir as melihat seekor burung kecil terbang hilir mudik di atas permukaan air laut. Lalu burung itu turun ke permukaan laut dan mematuk air. Pada saat itu Khidir as berkata kepada nabi Musa as “Kamu lihat air laut yang tersisa di patuk burung kecil itu? Itulah ibarat ilmu manusia dibanding dengan ilmu Allah, semumpama setetes air dibanding lautan yang luas”.

Sungguh, ilmu Allah jauh melampaui semua ilmu ilmu manusia, begitu tingginya ilmu Allah sehingga terkadang kita tak mampu untuk mengikuti dan memahaminya.

Semoga dengan memahami sifat ilmu Allah, kita akan terdorong untuk terus mencari ilmu, karena semakin ilmu kita bertambah, semakin kita rasakan kebodohan kita, semakin banyak pula kekurangan dan kelemahan kita, karena masih lebih banyak lagi ilmu Allah yang belum kita ketahui. Betapa hebatnya ilmu Allah, betapa tinggi ilmu Allah. Dan betapa ilmu yang kita miliki ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ilmu Allah.

Adapun kebalikan sifat al-’ilmu adalah al-jahlu, yang berarti bodoh. Mustahil bahwa Allah itu bodoh atau tidak mengetahui atas apa yang diciptakan. Allah Maha Mengetahui karena Dialah yang menciptakan segala sesuatu. Sedangkan manusia hanya bisa melihat, mendengar dan mengamati. Itu pun terbatas pengetahuannya sehingga manusia tetap saja tidak mampu menciptakan meskipun hanya seekor semut.

Hayat

  1. HAYAT

Hayat (Hidup) adalah Sifat Ma’ni artinya sifat wujud Allah yang qadim (dahulu), berdiri pada dzat-Nya. Allah Maha Hidup, dan hidup Allah adalah kehidupan abadi, tidak pernah musnah dan tidak akan mati. Dia memiliki tujuh sifat yang teratur yaitu sifat Qudrat, Iradat, Ilmu,  Sama’, Bashar dan Kalam yang berlangsung terus, abadi dan tidak musnah.

اللَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَآءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (al-Baqarah: 255)

Adapun sifat mustahil al-hayatu adalah al-mautu, artinya mati. Hidupnya Allah berbeda dengan hidupnya manusia. Perbedaan itu antara lain dapat kita lihat bahwa Allah hidup tanpa ada yang menghidupkan. Sedangkan manusia dan makhluk hidup lainnya hidup karena ada yang menghidupan. Mereka dihidupkan oleh Allah.

Allah hidup tidak bergantung dengan yang lain, sedang manusia hidupnya sangat bergantung dengan yang lain.

Sifat Allah adalah hidup selama-lamanya, tidak mati, tidak dibunuh, atau disalib. Kalau bisa mati, dibunuh atau disalib berarti bukan Allah, berarti manusia. Allah yang Hidup kekal lagi terus menerus ini mengurus semua makhluk-Nya; tidak pernah ngantuk dan tidak pernah tidur apalagi mati.

Maka dari itu kita harus selalu berhati-hati dalam segala tindakan, karena gerak-gerik yang kita lakukan selalu diawasi dan dicatat oleh Allah, tak ada yang terlewatkan. Kelak di akhirat seluruh amalan yang kita lakukan akan dipersoalkan.

Hikmah Dan Atsar

Konon alkisah di zaman khalifah Umar bin Khattab ada seorang gadis shalihah dengan ibunya menjual susu. Suatu saat ibunya menyuruh putrinya untuk mencampur susu dagangannya dengan air, agar mendapatkan untung yang lebih banyak. Namun putrinya menolak. Lalu ibunya berkata: “Bukankah Khalifah Umar tidak melihat apa yang kita lakukan?”. putrinya pun menjawab: “ Betul bu! Khalifah Umar tidak mengetahui apa yang kita lakukan, tapi Tuhannya Umar yang hidup tidak tidur pasti mengetahui”. Tak disangka percakapan itu didengar oleh Khalifah Umar bin Khattab ra yang sedang berjalan di tengah malam mengontrol rakyatnya. Beliau terharu dengan perkataan sang gadis sampai sampai beliau menangis. Lalu Khalifah Umar memerintahkan putranya Ashim untuk meminang gadis tadi. Dan dari wanita shalihah ini, akhirnya menurunkan seorang cucu yang menjadi pemimpin besar dalam sejarah Islam yaitu Umar Bin Abdul ‘Aziz

11- Sama’

11- SAMA’

Sama’ (Mendengar) adalah sifat Ma’ani artinya sifat wujud Allah yang qadim (dahulu), berdiri pada dzat-Nya. Allah Maha Mendengar. Namun pendengaran Allah tidak sama dengan pendengaran manusia yang dibatasi ruang dan waktu. Manusia mendengar dengan mengunakan telinga dan harus dari jarak dekat. Tapi Allah mendengar tanpa mengunakan alat pendengaran dan tidak terhalang oleh jarak. Allah mendengar dengan jelas semua yang diucapkan hamba-Nya baik secara dhahir dan bathin, yang diucapkan dengan lisan atau yang tertera di lubuk hati, semua didengar oleh Allah. Firman Allah:

قَالَ لاَ تَخَافَآ إِنَّنِي مَعَكُمَآ أَسْمَعُ وَأَرَى

Allah berfirman: “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat”. (Thaha: 46)

Kebalikan dari sifat ini adalah al-shamamu yang berarti tuli. Yakni bahwa mustahil Allah itu tuli. Allah Maha Mendengar. Pendengaran Allah tidak terbatas dan tidak terhalang oleh jarak, ruang, dan waktu. Selemah apa pun suara, dan dimana saja Allah pasti mendengarnya. Berbeda dengan manusia, pendengarannya sangat terbatas dan harus dengan mempergunakan alat pendengaran yaitu telinga. Tanpa alat pendengaran mustahil manusia bisa mendengar. Pendengaran manusia juga mengalami penurunan. Semakin tua usia manusia semakin kurang pendengaranya. Manusia bisa mendengar suara jarak jauh, namun jangkauannya tetap masih terbatas. Suara bisikan, suara hati, suara yang terhalang oleh benda-benda tertentu, tetap tidak bisa didengar.

Tapi pendengaran Allah berbeda dengan pendengaran manusia. Pasti  tidak demikian halnya. Allah bisa mendengar suara yang sehalus apapun tanpa memerlukan alat pendengaran apapun. Pendengaran Allah tidak terbatas oleh apapun. Pendengaran Allah kekal tidak akan melemah sampai kapanpun.

Dengan menyadari sifat Allah ini, seharusnya kita berbicara dengan bahasa yang santun dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik lagi bermanfaat. Karena Allah selalu mendengar segala perkataan manusia, baik yang diucapkan dengan lisan atau tertera dalam selubuk hati.

12- Bashor

12- BASHOR

Bashor (Melihat) adalah sifat Ma’ani artinya sifat wujud Allah yang qadim (dahulu), berdiri pada dzat-Nya. Allah Maha melihat segala sesuatu yang ada, baik yang nampak jelas, yang tersembunyi ataupun yang samar. Pengliatan Allah tanpa hijab, tanpa batas, tanpa menggunakan alat, tanpa menggunakan mata atau kelopak mata. Semuanya dilihat oleh Allah, kecil atau besar, dekat atau jauh, semuanya menjadi jelas bagi Allah. Bahkan andaikata ada semut yang sangat hitam berjalan di atas sebuah batu hitam di tengah malam yang kelam, Allah dapat melihatnya dengan jelas.

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (as-Syura: 11).

Kebalikan sifat ini adalah al-‘ama yang berarti buta, yakni bahwa mustahil Allah itu buta. Mustahil Allah buta, karena Allah Maha sempurna, termasuk sempurna penglihatan-Nya. Penglihatan Allah bersifat mutlak, tidak terhalang oleh apa pun. Allah melihat segala sesuatu, baik yang besar dan kecil, yang nampak dan tersembunyi. Penglihatan Allah bersifat terus-menerus, Allah tidak pernah lalai walau sedetik pun dari melihat segala perbuatan kita.

Dengan memahami sifat bashar Allah ini, hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat. Kita sadar bahwa kita tidak bisa membohongi atau menyembunyikan kebohongan apa pun di hadapan Allah. Kepada manusia kita bisa berbohong, tapi tidak mungkin bisa berbohong terhadap Allah, karena Allah melihat segala perbuatan kita. Kelak di kemudian hari akan ditampakkan segala perbuatan dan kebohongan yang kita sembunyikan. Oleh sebab itu berhati hatilah selalu, supaya kita tidak perlu merasa takut dan cemas jika suatu saat seluruh perbuatan kita akan disaksikan dan dimintakan pertanggujawabannya.

13- Kalam

13- KALAM

Kalam (Berbicara) adalah sifat Ma’ani artinya sifat wujud Allah yang qadim (dahulu), berdiri pada dzat-Nya. Allah berbicara tanpa menggunakan huruf atau suara. Maha Suci Allah dari sifat sifat yang baru. Adanya kalam Allah yang tertera dalam kitab kibab suci, dibaca dengan lisan, dan terpelihara dalam hati merupakan bukti nyata bagi kita bahwa Allah memperhatikan kita sebagai hamba-Nya. Dengan perantara Nabi dan Rasul-Nya, Allah membimbing manusia untuk melakukan amal saleh sesuai yang diajarkan dalam kitab Allah. Dengan kalam Allah juga, kita dapat mengetahui sejarah dan kisah umat-umat terdahulu, sehingga kita dapat mengambil hikmah, mengikuti yang benar dan meninggalkan yang bathil

Adapun sifat mustahilnya Bukmum, artinya bisu. Jika Allah bisu maka Dia memiliki sifat kekurangan. dan kekurangan adalah hal yang mustahil bagi Allah. Bukti Allah bersifat kalam dapat kita lihat dari kitab-kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Al-Quran yang sering kita baca dan kita lafadzkan setiap hari, adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Rasulallah saw.

وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيماً

”…Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung”. (An-Nisâ: 164)

Demikianlah sifat-sifat Allah yang penting yang wajib kita ketahui . Jika sifat-sifat Allah itu kita pahami dan yakini, niscaya kita tidak akan menyembah selain Allah yang hidup dan tidak mati atau  yang kuat dan tidak lemah dan sebagainya. Kita hanya mau menyembah Allah yang memiliki sifat-sifat di atas dengan sempurna.

Sifat Ma’nawiyah

PELAJARAN KEENAM: SIFAT MA’NAWIYAH

SYARAH

Telah diterangkan sebelumnya bahwa sifat Ma’nawiyah adalah adalah sifat yang mulazimah atau menjadi akibat dari sifat ma’ani, Sifat ini sesungguhnya merupakan bentuk fa’il atau pelaku dari sifat sifat Ma’ani yakni: 14- Kaunuhu Qodiron (Allah Maha Berkuasa ), 15- Kaunuhu Muridan (Allah Maha Berkehendak), 16- Kaunuhu Aliman (Allah Maha Mengetahui), 17- Kaunuhu Hayyan (Allah Maha Hidup), 18-Kaunuhu Sami’an (Allah Maha Mendengar), 19- Kaunuhu Bashiron (Allah Maha Melihat), dan 20- Kaunuhu Mutakalliman (Allah Maha Berbicara).

14- KAUNUHU QADIRAN

Kaunuhu Qadiran artinya keberadaan Allah itu harus berkuasa atas segala sesuatu. Sifat ini dikatakan juga sifat yang qadim (dahulu) yang berdiri pada dzat-Nya, mulaziamah atau dilazimkan memiliki sifat al-Qudrah (kuasa). Sifat ini juga merupakan bentuk fa’il atau pelaku dari Sifat Ma’ani – kuasa. Dan untuk selanjutnya, kita bisa mengambil perumpamaan dan contoh dari sifat Kudrah –  Kuasa. Lihat pelajaran sebelumnya tentang sifat Kudrah.

15- KAUNUHU MURIDAN

Kaunuhu Muridan artinya keberadaan Allah itu harus berkehendak atas segala sesuatu. Sifat ini dikatakan juga sifat qadim (Dahulu) yang berdiri pada dzat-Nya dan dilazimkan memiliki sifat Iradat (berkehendak) dan merupakan bentuk fa’il atau pelaku dari sifat Ma’nai – Iradah (berkehedak). Dan untuk selanjutnya kita bisa mengambil perumpamaan atau contoh dari isfat Iradat dalam pelajaran sebelumnya.

16- KAUNUHU ’ALIMAN

Kaunuhu ’Aliman artinya keberadaan Allah itu harus Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Sifat ini dikatakan juga sifat Ilmu (Mengetahui) yang berdiri pada dzat-Nya dan dilazimkan memiliki sifat ini. Sifat ini juga merupakan merupakan bentuk fa’il atau pelaku dari sifat Ma’nai – Ilmu (mengetahui). Dan untuk selanjutnya kita bisa mengambil perumpamaan atau contoh dari isfat Ilmu. Lihat pelajaran sebelumnya.

17- KAUNUHU HAYYAN

Kaunuhu Hayyan artinya keberadaan Allah itu harus Maha Hidup tidak mati. Sifat ini dikatakan juga sifat Al-hayatu (Hidup) yang berdiri pada dzat-Nya dan dilazimkan memiliki sifat ini. Sifat ini juga merupakan merupakan bentuk fa’il atau pelaku dari sifat Ma’nai – al-Hayatu (Hidup). Dan untuk selanjutnya kita bisa mengambil perumpamaan atau contoh dari isfat Hayat. Lihat pelajaran sebelumnya.

18- KAUNUHU SAMI’AN

Kaunuhu Sami’an artinya keberadaan Allah itu harus Maha Mendengar segala sesuatu. Sifat ini dikatakan juga sifat Assam’u (Mendegar) yang berdiri pada dzat-Nya dan dilazimkan memiliki sifat ini. Sifat ini juga merupakan merupakan bentuk fa’il atau pelaku dari sifat Ma’nai – Assam’u (Mendengar). Dan untuk selanjutnya kita bisa mengambil perumpamaan atau contoh dari isfat Assam’u.

19- KAUNUHU BASHIRAN

Kaunuhu Bashiran artinya keberadaan Allah itu harus Maha Melihat segala sesuatu. Sifat ini dikatakan juga sifat Al-Basharu (Melihat) yang berdiri pada dzat-Nya dan dilazimkan memiliki sifat ini. Sifat ini juga merupakan bentuk fa’il atau pelaku dari sifat Ma’nai – Al-bashar (melihat). Dan untuk selanjutnya kita bisa mengambil perumpamaan atau contoh dari isfat Al-Basharu.

20- KAUNUHU MUTAKALLIMAN

Kaunuhu Mutakalliman artinya keberadaan Allah itu harus Maha Berbicara dengan pembicaraan yang tidak menyerupai ciptaan-Nya. Sifat ini dikatakan juga sifat Al-Kalamu (Berbicara) yang berdiri pada dzat-Nya dan dilazimkan memiliki sifat ini. Sifat ini juga merupakan merupakan bentuk fa’il atau pelaku dari sifat Ma’nai – Al-Kalam (Berbicara). Dan untuk selanjutnya kita bisa mengambil perumpamaan atau contoh dari isfat al-Kalam.

Perbedaan Nabi & Rasul

PELAJARAN KETUJUH: PARA RASUL

SYARAH

Allah mengutus para nabi dan rasul untuk menyampaikan risalah serta menyebarkan ajaran Islam ke muka bumi.

RASUL

Rasul adalah seorang laki laki merdeka yang menerima risalah atau wahyu dari Allah dan ia juga diperintahkan baginya untuk menyampaikannya kepada kaumnya.  Jadi boleh dikatakan juga bahwa setiap rasul pasti nabi tapi tidak semua nabi itu adalah rasul.

يَـأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ

Allah berfirman ”Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.” (al-Maidah: 67)

NABI

Nabi adalah seorang laki laki merdeka yang diturunkan kepadanya risalah atau wahyu dari Allah untuk diamalkan, namun tidak diperintahkan baginya untuk menyampaikannya kepada kaumnya.

Kenabian lebih umum karena semua rasul adalah nabi tetapi tidak semua nabi adalah rasul. Jadi orang yang bukan nabi berarti bukan rasul, dengan kata lain, untuk bisa menjadi rasul dia harus menjadi nabi. Rasul diutus untuk membawa risalah kepada manusia, untuk membawa syariat Allah dan agama yang harus disampaikan lagi kepada manusia, sedangkan Nabi saw diutus dengan dakwah dan syariat namun tidak diperintahkan untuk menyampaikanya kepada manusia.

Kenabian adalah pemberian Allah semata. Tidak semua orang bisa menjadi nabi atau julukan nabi. Kenabian tidak bisa diraih dengan cara mendekatkan diri kepada Allah. Manusia tidak mungkin mendapatkan gelar nabi dengan usaha, karena ia bukan gelar yang mungkin diraih dengan jerih payah. Kenabian adalah derajat tinggi dan kedudukan mulia yang Allah berikan kepada orang yang Dia kehendaki. Orang yang dikehendaki sebagai nabi itu telah disiapkan oleh Allah sedemikian rupa untuk memikul kenabian tersebut. Tentu sebelum jadi nabi, Allah menjaganya dari perbuatan yang buruk dan melindunginya dari segala maksiat serta menganugerahkan kepadanya akhlak yang luhur.

Jelasnya, bahwa kenabian tidak diperoleh dengan usaha tertentu, namun kenabian itu anugrah dari Allah diberikan kepada hamba-Nya yang terpilih dan tertentu. Kenabian bukan diberikan kepada orang yang mengharapkan dan memohon menjadi nabi.

Dan kita sebagai muslim, diwajibkan meyakini bahwa Allah mengutus para rasul untuk masing-masing umat yang menyeru mereka kepada tauhid. Beriman kepada seluruh rasul dan nabi adalah wajib dan merupakan rukun iman tanpa membedakan beriman kepada sebagian dan kufur kepada sebagian yang lain sebab hal tersebut sama dengan tidak beriman kepada semuanya. ”(Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya”,” (Al-Baqarah, 285).

 

Mukjizat

MUKJIZAT

Kata mukjizat berasal dari bahasa Arab a’jaza – yu’jizu yang artinya melemahkan atau menjadikan tidak mampu. kemudian diartikan sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang diberikan kepada seorang nabi, sebagai bukti kenabiannya yang tidak mampu ditantang atau dilawan oleh manusia biasa. Mukjizat merupakan khariqul ’adat atau sesuatu yang melanggar kebiasaaan.

Jelasnya, mukjizat merupakan sesuatu khariqul ‘adat artinya sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan dan tidak bisa diterima oleh akal manusia hanya bisa dirasakan oleh keimanan. Berapa banyak mukjizat turun kepada para nabi tapi tidak diimani oleh orang kafir. Mereka bukan tidak mempercayainya tapi karena sifat adat kejahiliyan, kesombongan dan kedengkian justru mereka menolaknya. Berapa banyak hal yang mereka tuntut supaya nabi yang mereka tantang itu mampu menunjukkan kejadian-kejadian aneh diluar kebiasaan manusia, tapi setelah terbukti tetap mereka tolaknya.

Masing masing nabi diberikan mukjizat yang berbeda beda satu sama lain. Mukjizat ini hanya diberikan untuk menguatkan kenabiannya dan bahwa agama yang dibawanya bukanlah bikinannya sendiri tetapi benar-benar dari Allah. Contohnya mukjizat nabi Musa as, tongkat yang diberikan kepadanya dapat menelan semua ular yang didatangkan tukang-tukang sihir dan dapat membelah laut. Dan mukjizat nabi Isa as dapat menghidupkan orang mati dan menyembuhkan orang sakit dan sebagainya. Rasulallah saw berisra’ Mi’raj merupakan mukjizat. Rasulallah saw membelah bulan juga mukjizat, Rasullah saw berbicara dengan Allah secara langsung merupakan mukjizat. Dan Mukjizat Rasulallah saw yang paling besar dan masih terbukti sampai sekarang ini adalah Al-Qur’an, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam besar Bukhari dan Muslim dan Abu Hurairah, beliau bersabda: “Tiap-tiap nabi itu diberi mukjizat yang dapat menjadikan manusia beriman kepadanya. Tapi aku (Muhammad)  hanya diberi wahyu yang diwahyukan Allah kepadaku, maka aku mengaharap semoga pengikutku paling banyak di hari kiamat nanti.”

 

Irhash

IRHASH

Irhash ialah kejadian luar biasa pada diri Nabi saw sebelum diangkat menjadi Rasul, khariqul ’adat atau sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal manusia hanya bisa dirasakan oleh keimanan, seperti:

–       awan memayungi Nabi saw di saat beliau berjalan di panas terik

–       jatuhnya kerajaan Kisra terjadi pada saat saat kelahiran Nabi saw

–       padamnya api di Persia (api yang dijadikan sesembahan atau Tuhan bagi orang orang Majusi yang tidak pernah padam) terjadi pada saat saat kelahiran Nabi saw.

–       dada Nabi saw  dibedah tatkala berumur 4 tahun oleh Jibril as dan dikeluarkan dari hati beliau segumpal darah dan dicucinya dengan air zamzam. Semua dilakukan Jibril as tanpa merasa sakit.

–       saat melahirkan Nabi saw, ibu beliau tidak merasa sakit seperti wanita sewajarnya

–       Halimah binti Abi-Dhua’ib, ibu susu Nabi saw dapat menyusui kembali setelah dinyatakan sebelumnya susunya telah kering.

–       Beliau dilahirkan dalam keadaan sudah berkhitan.

–       Pendeta Bahira menuturkan bahwa ia melihat tanda-tanda kenabian pada diri Nabi saw. Saat itu beliau berusia 12 tahun sedang beristirahat di wilayah Bushra dari perjalannya untuk berdagang bersama pamannya Abu Thalib ke Syiria. Pendeta Bahira menceritakan bahwa kedatangan Nabi saw saat itu diiringi dengan gumpalan awan yang menutupinya dari cahaya matahari. Ia juga sempat berdialog dengan Nabi saw dan menyaksikan adanya sebuah “stempel kenabian” (tanda kenabian) di kulit punggungnya.

Dan masih banyak lagi tanda tanda kenabian lainnya sebelum datangnya risalah. Ini semua merupakan Irhashat atau tanda tanda luar biasa, khariqul ’adat atau sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan dan tidak bisa diterima oleh akal manusia hanya bisa dirasakan oleh keimanan. Semua ini diberikan kepada diri Nabi saw sebelum beliau diutus menjadi rasul.

Karamat & Wali

KARAMAT

Karamat berasal dari bahasa Arab ”karuma – yakrumu – karamatan” artinya mulia, murah hati atau dermawan. Menurut ajaran Islam karamat ialah kejadian luar biasa atau sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan dan tidak bisa diterima oleh akal manusia hanya bisa dirasakan oleh keimanan. Semua ini diberikan kepada diri diri seorang wali.

WALI

Wali berasal dari bahasa Arab “waliya – yali”, artinya orang amat dekat atau mengikutinya tanpa batas.  Makna Wali adalah seorang mukmin, saleh, bertakwa, taat kepada perintah Allah yang ketaatannya terus menerus, tanpa diselang-selingi oleh perbuatan maksiat.

إِنْ أَوْلِيَآؤُهُ إِلاَّ ٱلْمُتَّقُونَ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ

Orang-orang yang berhak menguasainya (para wali), hanyalah orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (al-Anfal, 34)

Adapun Wali menurut Yusuf bin Ismail An- Nabhani dalam kitabnya “Jaami’u Karaamatil Aulia”, dari segi bahasa artinya “dekat” maksudnya apabila seseorang dekat kepada Allah, disebabkan ketaatan, istiqamah dan keikhlasannya maka Allah pun akan dekat kepadanya dengan melimpahkan rahmat, kebajikan dan kurnia-Nya, dan diberikan kepadanya segala kemudahan. Pada saat itu terjadilah perwalian, yakni orang itu dinamakan “Wali” atau Allah senantiasa melindunginya, sehingga terhadap dirinya tidak perlu ada kekhawatiran. Dan Allah memberikan kepadanya berbagai kelebihan yang tidak diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang lain, berupa kejadian atau peristiwa luar biasa yang tidak masuk akal atau menyimpang dari kebiasan dan adat manusia, sebagaimana Allah memberikan mukjizat kepada para nabi dan rasul-Nya. Firman Allah:

إِنَّ أَوْلِيَآءَ اللَّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُون الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُون

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tiada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (Yunus: 62-63)

Dalam al-Qur’an banyak sekali contoh contoh ini disebut diantaranya ayat dalam surat  Al-Kahfi Allah mengisahkan peristiwa besar dan ajaib yang terjadi atas tujuh orang anak muda yang tinggal dalam gua selama lebih dari 300 tahun, tanpa makan dan minum, tetapi tubuhnya tetap sehat. Dan masih banyak lagi yang lainya. Semua peristiwa peristiwa luar biasa yang tidak masuk akal dan menyimpang dari kebiasaan manusia yang diberikan kepada diri seseorang sedangkan ia bukan nabi, inilah yang dinamakan karamat.

Jumlah Nabi & Rasul

JUMLAH PARA NABI DAN RASUL

Wajib bagi setiap muslim mengetahui bilangan para nabi dan rasul yang telah disebut dalam al-Qur’an sebanyak 25 dan wajib meyakininya secara keseluruhan bahwa Allah telah mengutus mereka sebagai nabi dan rasul yang dimulai dari nabi Adam as dan diakhiri oleh nabi Muhammad saw.

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِّن قَبْلِكَ مِنْهُم مَّن قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّن لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ

“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, diantara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan diantara mereka ada yang tidak Kami ceritakan kepadamu” (al-Ghafir, 78).

Bilangan para rasul sangat banyak, sebagian ulama mengatakan hingga mencapai 315 rasul. Sedangkan bilangan para nabi mencapai 124.000. Di antara mereka ada yang wajib diketahui dan ada yang tidak wajib. Nabi dan rasul Allah yang wajib diketahui berjumlah 25, yakni mereka yang disebutkan di dalam al-Qur’an dengan perincian sebagai berikut: Adam, Idris, Nuh, Hud, Salih, Ibrahim, Lut, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syuaib, Musa, Harun, Dhul Kifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakariya, Yahya, ’Isa, Muhammad

Inilah jumlah nama dan urutan nabi dan rasul Allah yang wajib ketahui. Dimulai dari Nabi Adam as sebagai pembuka para nabi, dan diakhiri Nabi Muhammad saw, nabi dan rasul Allah saw yang terakhir.

Penegasan bahwa Nabi Muhammad saw adalah nabi dan rasul Allah yang terakhir telah banyak ditegaskan Allah dalam al-Qur’an dan dan ditegaskan pula oleh Rasul-Nya di dalam al-hadits. Jadi kalau ada orang mengaku sebagai nabi setelah beliau, pasti dengan tegas umat Islam akan menolak keberadaanya dan tidak mempercayainya, karena Nabi Muhammad saw adalah akhir dan penutup para nabi. Keyakinan bahwa Rasulallah saw adalah nabi terakhir begitu kuat tertanam di dada para sahabat beliau, sehingga ketika ada yang mengaku sebagai nabi, pasti dengan tegas mereka menolaknya dan sekaligus menyatakan perang kepada mereka

Ringkasan Sejarah 25 Rasul

Terlampir dibawah ini ringkasan sejarah 25 Nabi dan Rasul, yang insyallah sedikitnya bisa memberi gambaran singkat tentang mereka:

1- Adam

Diperkirakan hidup tahun 5872-4942 SM di sekitar wilayah India . Konon disitulah beliau pertama kali diturunkan Allah ke muka bumi setelah melanggar perintah Allah tidak boleh memakan buah terlarang. Lalu beliau berjalan ke wilayah yang kini disebut dengan Jazirah Arabia. Menurut beberapa riwayat beliau bertemu dengan istrinya, Hawwa di Arafah yang sekarang dijadikan tempat pertemuan ummat Islam dari seluruh dunia setahun sekali saat melakukan ibadah haji. Mereka lantas menetap di sekitar Ka’bah yang memang telah dibangun sebelumnya oleh para malaikat. Beliau wafat di jazirah Arabia (tidak diketahui dimana kuburannya). Diriwayatkan bahwa beliau mempunyai 40 anak. Nama Adam disebut dalam Al-Qur’an: 25 kali.

2- Idris

Idris bin Yarid bin Mahlail dari keturunan Nabi Syits bin Adam as. Beliau dari anak keturunan Qabil yang tinggal di Babil di Iraq. Diperkirakan hidup sekitar tahun 4533-4188 SM. Nama Idris disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 2 kali

3- Nuh

Nuh bin Lamik bin Mutuisyalkh dari keturunan Idris, lalu keturunan Nabi Syits bin Adam. Diperkirakan hidup pada tahun 3993-3043 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 3650 SM. Diperkirakan beliau tinggal di wilayah yang kini disebut sebagai Iraq. Para ahli sejarah banyak menyebutkan bahwa beliau wafat di Mekkah, dan memiliki 4 anak laki-laki. Nama Nuh disebutkan sebanyak 43 kali dalam Al-Qu’ran.

Nabi Nuh as mendapat julukan ulul ’azmi karena kesabarannya yang tinggi. Nuh as adalah rasul pertama yang diutus Allah untuk meluruskan akidah dan akhlak umat yang telah menyimpang jauh dari ajaran yang benar. Nabi Nuh as digelari sebagai ulul ’azmi karena kesabarannya dalam berdakwah dan mendapat hinaan dari kaumnya. Nabi Nuh tanpa menyerah terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum, untuk kembali ke jalan yang lurus. Usianya hampir 1000 tahun dan jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan istri dan anaknya yang bernama Kan’an tidak mempercayai ajaran yang dibawanya dan menjadi musuhnya. Atas kehendak Allah umat nabi Nuh as yang membangkang ditenggelamkan dengan tsunami yang dahsyat dan semuanya mati, kecuali nabi Nuh as dan pengikutnya yang beriman.

4- Hud

Hud bin Abdullah bin Rabah bin Khulud dari keturunan Sam bin Nuh. Diperkirakan hidup pada tahun 2450-2320 SM. Diutus untuk Kaum ‘Ad yang tinggal di Al-Ahqaf-Hadramut,  Yaman. Beliau wafat di Hadramut sebelah timur, Yaman (kuburannya diziarahi sampai sekakarang). Nama beliau disebutkan sebanyak 7 kali dalam Al-Quran.

5- Shalih

Shalih bin Abid dari keturunan Sam bin Nuh. Diperkirakan beliau hidup pada tahun 2150-2080 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 2100 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Kaum Tsamud yang tinggal di Al-Hijir- Oman. Beliau wafat di Jaziratul Arab. Nama beliau disebutkan sebanyak 9 kali di dalam Al-Quran.

6- Ibrahim

Nabi Ibrahim bin Azar bin Nahur dari keturunan Sam bin Nuh. Beliau diperkirakan hidup tahun 1997-1822 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1900 SM. Beliau tinggal di Iraq. Beliau wafat di Al-Khalil, Hebron, Palestina. Nama beliau disebutkan sebanyak 69 kali dalam Al-Quran.

Nabi Ibrahim adalah nabi yang mendapat gelar ulil ’azmi karena kesabarannya yang tinggi. Dari mulai bayi nabi Ibrahim sudah diasingkan ke dalam gua disebabkan karena perintah Raja Namrudz untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir. Setelah dewasa, ia harus berhadapan dengan raja dan masyarakat penyembah berhala termasuk kedua orang tuanya yang pembuat berhala. Bahkan ia harus menerima siksaan yang pedih, yaitu dibakar hidup-hidup dan diusir dari kampung halamannya. Sudah hampir seratus tahun usia dan pernikahannya dengan Sarah, ia belum dikaruniai anak hingga istrinya meminta ia menikahi seorang budak berkulit hitam bernama Hajar untuk dijadikan istri. Akhirnya Hajar dapat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail. Allah memerintahkan Ibrahim untuk melepas istri dan anaknya yang baru lahir dan sangat dicintainya itu ke tanah gersang di Makkah. Karena kesabaran dan kepatuhannya, perintah itu dilaksanakan. Namun, perintah lebih berat diterima Ibrahim, yaitu harus mengorbankan Ismail yang baru meningkat remaja. Hal ini pun beliau laksanakan, tapi Allah akhirnya menggantikannya dengan seekor domba. selain itu ujian nabi Ibrahim as yang lain adalah membangun Ka’bah, dan menghadapi Raja Namrudz yang zalim.

  1. Luth

Luth bin Haran dari keturunan Sam bin Nuh. Diperkirakan hidup pada tahun 1950-1870 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1900 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Kaum Luth yang tinggal di negeri Sadum, Syam, Palestina. Beliau meninggal dunia di Desa Shafrah di Syam, Palestina dan meninggalkan 2 anak perempuan. Nama beliau disebutkan sebanyak 27 kali dalam Al-Quran.

8- Ismail

Nabi Ismail bin Ibrahim Azar bin Nahur dari keturunan Sam bin Nuh. Diperkirakan hidup pada tahun 1911-1774 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1850 SM. Beliau tinggal di Makkah dengan kabilah Amaliq dari Yaman. Beliau meniggal dunia di Mekkah. Meninggalkan 12 anak. Nama beliau disebutkan sebanyak 12 kali dalam Al-Quran

9- Ishaq

Ishaq Ibrahim Azar bin Nahur dari keturunan Sam bin Nuh. Diperkirakan hidup pada tahun 1897-1717 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1800 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Kan’anniyun di wilayah Al-Khalil Palestina. Beliau meninggal di Al-Khalil Hebron Palestina. Memiliki 2 anak. Nama beliau disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 17 kali

10.Ya’qub

Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Diperkirakan hidup pada tahun 1837-1690 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1750 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Syam. Beliau wafat di Alkhalil Hebron Palestina. Punya 12 anak. Nama beliau disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 16 kali.

  1. Yusuf

Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Diperkirakan hidup pada tahun 1745-1635 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1715 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil dan Heksos di Mesir. Beliau wafat di Nablus Palestina. Punya dua anak laki laki dan satu perempuan. Nama beliau disebutkan sebanyak 27 kali di dalam Al-Quran

  1. Syu’aib

Syu’aib dari keturunan Madyan bin Ibrahim. Diperkirakan hidup pada tahun 1600-1490 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1550 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada ahli Madyan dan Penduduk Aikah Madyan. Beliau wafat di Madyan. Nama beliau disebutkan sebanyak 11 kali di dalam Al-Quran.

  1. Ayyub

Ayyub dari keturunan Ishaq bin Ibrahim. Diperkirakan hidup pada tahun 1540-1420 SM. Dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1500 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Orang-orang Amoria di Huran, Syam, Palestina. Beliau wafat di Huran di Syam. Punya 26 anak. Disebutkan sebanyak 4 kali di dalam Al-Quran.

  1. Zulkifli

Zulkifli dari keturunan Ishaq bin Ibrahim. Diperkirakan hidup pada tahun 1500-1425 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1460 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada orang-orang Amoria di Damaskus. Beliau wafat di Damaskus Syiria. Punya 2 anak. Disebutkan sebanyak 1 kali di dalam Al-Quran

  1. Musa

Musa bin Imran dri keturunan Ya’qub bin Ishak. Diperkirakan hidup pada tahun 1527-1408 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1450 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Firaun Mesir dan Bani Israil di Mesir. Beliau wafat di Tanah Tih. Punya 2 anak.

Nabi Musa as adalah nabi yang paling banyak namanya disebutkan dalam al-Qur’an yaitu sebanyak 136 kali. Beliau termasuk nabi yang mendapat gelar ulul ’azmi karena kesabarannya yang tinggi dalam menghadapi dan berda’wah kepada Firaun. Selain itu, dia juga nabi yang sabar dalam memimpin kaumnya yang selalu membangkang. Ketika Musa as akan menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri menyeleweng dengan menyembah berhala emas anak sapi. Harun as yang ditugasi mengganti tugas Musa as, tidak sanggup untuk menghalangi niat mereka, bahkan ia diancam hendak dibunuh. Dengan kesabaran nabi Musa yang hebat tapi beliau pernah tidak bersabar ketika berguru kepada nabi Khidir as .

  1. Harun

Harun bin Imran dri keturunan Ya’qub bin Ishak. Diperkirakan hidup pada tahun 1531-1408 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1450 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Firaun Mesir dan Bani Israil Mesir. dan wafat di Tanah Tih. Disebutkan sebanyak 19 kali di dalam Al-Quran.

  1. Daud

Daud dari keturunan Yahudza bin Ya’qub. Diperkirakan hidup pada tahun 1041-971 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1010 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestina. Punya 1 anak dan wafat di Baitul Maqdis, Palestina. Disebutkan sebanyak 16 kali di dalam Al-Quran.

  1. Sulaiman

Sulaiman bin Daud dari keturunan Yahudza bin Ya’qub. Diperkirakan hidup pada tahun 989-931 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 970 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestina. Beliau wafat di Rahbaam Baitul Maqdis, Palestina. Disebutkan sebanyak 27 kali di dalam Al-Quran.

  1. Ilyas

Ilyas bin Yasin bin Fanhas dari keturunan Harun bin Imran. Diperkirakan hidup pada tahun 910-850 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 870 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Orang-orang Phiniq di Ba’labak di Syam. Beliau tidak wafat tapi diangkat ke sisi Allah. Disebutkan sebanyak 2 kali di dalam Al-Quran.

  1. Ilyasa’

Ilyasa’ bin Akhtub dari keturunan Ya’qub. Diperkirakan hidup pada tahun 885-795 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 830 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil dan orang-orang Amoria di Panyas, Syam. Beliau wafat di Palestina. Disebutkan sebanyak 2 kali di dalam Al-Quran.

  1. Yunus

Yunus bin Matta dari keturunan Bunyamin bin Ya’qub. Diperkirakan hidup pada tahun 820-750 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada orang Asyiria di Ninawa di Iraq. Beliau wafat di Ninawa di Iraq. Disebutkan sebanyak 6 kali di dalam Al-Quran.

  1. Zakaria

Zakaria dari keturunan Sulaiman bin Daud. Diperkirakan hidup pada tahun 91-31 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 2 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestin. Beliau wafat di Syam. Punya satu orang anak. Disebutkan sebanyak 8 kali di dalam Al-Quran.

  1. Yahya

Yahya bin Zakaria dari keturunan Sulaiman bin Daud. Diperkirakan hidup pada tahun 1SM – 31M dan diangkat menjadi nabi pada tahun 28M. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestin. Wafat di Damaskus Syiria. Disebut dalam alquran 3 kali

  1. Isa

Isa bin Maryam binti Imran dari keturunan Sulaiman bin Daud. Diperkirakan hidup pada tahun 1SM-32M dan diangkat menjadi nabi pada tahun 29M. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestin. Beliau juga tidak wafat melainkan diangkat ke sisi Allah. Nabi Isa as Disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al-Quran.

Beliau adalah nabi yang mendapat julukan ulul ’azmi karena banyak memiliki kesabaran dan keteguhan dalam menyampaikan ajaran Allah. Terutama, ketika nabi Isa as sabar menerima cobaan sebagai seorang yang miskin, pengkhianatan muridnya, menghadapi fitnah, hendak diusir dan dibunuh oleh kaum Bani Israil. Kehidupan nabi Isa as menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam beribadah.

25.Muhammad

Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib dari keturunan Ismail bin Ibrahim. Diperkirakan hidup pada tahun 571M-632M dan diangkat menjadi nabi pada tahun 610M. Beliau ditugaskan berdakwah kepada seluruh manusia dan alam semesta. Tinggal di Mekkah dan Madinah. Wafat di Madinah. Meninggalkan 7 orang anak. Rasulallah saw namanya disebutkan hanya 5 kali di dalam Al-Quran.

Beliau mendapat julukan ulul ’azmi karena sejak kecil sampai dewasa, Rasulallah saw selalu mengalami masa-masa sulit. Pada usia 6 tahun dia sudah menjadi yatim piatu. Setelah dewasa ia harus membantu meringankan beban paman yang merawatnya sejak kecil. Tantangan terberat yang dihadapi adalah setelah diangkatnya menjadi seorang rasul. Penentangan bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, pamannya sendiri. Rasulallah saw juga harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di sebuah lembah dikarenakan dakwahnya. Dan masih banyak lagi kesabaran dan masa masa sulit yang dihadapi beliau dari mulai lahir sampai beliau wafat.

Demikian ringkasan sejarah 25 nabi dan rasul (lihat Qashash al-Anbiya’ oleh ibnu Katsir, tahqiq Dr. as-Sayyid al-Jumaili dan kitab Atlas al-Quran oleh Syauqi Abu Khalil). Semoga bisa menjadi rujukan yang bermanfaat dan kebenaranya kita kembalikan kepada Allah.

Ulul ‘Azmi

ULUL ’AZMI

Dari 25 Rasul tersebut terdapat 5 Rasul yang mempunyai sifat Ulil ’Azmi diantara mereka ialah Rasulallah saw, nabi Ibrahim as, nabi Musa as, nabi Isa as dan nabi Nuh as, seperti yang telah disebut diatas.  

Mereka  yang memiliki sifat Ulil ’Azim adalah Rasul-Rasul yang mempunyai keteguhan hati sangat mengagumkan, tabah luar biasa, sabar dan kesabarannya tidak terbatas, meskipum mereka mendapatkan berbagai macam celaan,hinaan, tantangan yang menyakitkan namun mereka tetap teguh, sabar, dan senantiasa bertwakal dalam menyampaikan ajarannya kepada manusia.

1- Nabi Muhammad

Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib dari keturunan Ismail bin Ibrahim. Diperkirakan hidup pada tahun 571M-632M dan diangkat menjadi nabi pada tahun 610M. Beliau ditugaskan berdakwah kepada seluruh manusia dan alam semesta. Tinggal di Mekkah dan Madinah. Wafat di Madinah. Meninggalkan 7 orang anak. Rasulallah saw namanya disebutkan hanya 5 kali di dalam Al-Quran.

Beliau mendapat julukan ulul ’azmi karena sejak kecil sampai dewasa, Rasulallah saw selalu mengalami masa-masa sulit. Pada usia 6 tahun dia sudah menjadi yatim piatu. Setelah dewasa ia harus membantu meringankan beban paman yang merawatnya sejak kecil. Tantangan terberat yang dihadapi adalah setelah diangkatnya menjadi seorang rasul. Penentangan bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, pamannya sendiri. Rasulallah saw juga harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di sebuah lembah dikarenakan dakwahnya. Dan masih banyak lagi kesabaran dan masa masa sulit yang dihadapi beliau dari mulai lahir sampai beliau wafat.

2- Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim bin Azar bin Nahur dari keturunan Sam bin Nuh. Beliau diperkirakan hidup tahun 1997-1822 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1900 SM. Beliau tinggal di Iraq. Beliau wafat di Al-Khalil, Hebron, Palestina. Nama beliau disebutkan sebanyak 69 kali dalam Al-Quran.

Nabi Ibrahim adalah nabi yang mendapat gelar ulil ’azmi karena kesabarannya yang tinggi. Dari mulai bayi nabi Ibrahim sudah diasingkan ke dalam gua disebabkan karena perintah Raja Namrudz untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir. Setelah dewasa, ia harus berhadapan dengan raja dan masyarakat penyembah berhala termasuk kedua orang tuanya yang pembuat berhala. Bahkan ia harus menerima siksaan yang pedih, yaitu dibakar hidup-hidup dan diusir dari kampung halamannya. Sudah hampir seratus tahun usia dan pernikahannya dengan Sarah, ia belum dikaruniai anak hingga istrinya meminta ia menikahi seorang budak berkulit hitam bernama Hajar untuk dijadikan istri. Akhirnya Hajar dapat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail. Allah memerintahkan Ibrahim untuk melepas istri dan anaknya yang baru lahir dan sangat dicintainya itu ke tanah gersang di Makkah. Karena kesabaran dan kepatuhannya, perintah itu dilaksanakan. Namun, perintah lebih berat diterima Ibrahim, yaitu harus mengorbankan Ismail yang baru meningkat remaja. Hal ini pun beliau laksanakan, tapi Allah akhirnya menggantikannya dengan seekor domba. selain itu ujian nabi Ibrahim as yang lain adalah membangun Ka’bah, dan menghadapi Raja Namrudz yang zalim.

3-  Nabi Musa

Musa bin Imran dri keturunan Ya’qub bin Ishak. Diperkirakan hidup pada tahun 1527-1408 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 1450 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Firaun Mesir dan Bani Israil di Mesir. Beliau wafat di Tanah Tih. Punya 2 anak.

Nabi Musa as adalah nabi yang paling banyak namanya disebutkan dalam al-Qur’an yaitu sebanyak 136 kali. Beliau termasuk nabi yang mendapat gelar ulul ’azmi karena kesabarannya yang tinggi dalam menghadapi dan berda’wah kepada Firaun. Selain itu, dia juga nabi yang sabar dalam memimpin kaumnya yang selalu membangkang. Ketika Musa as akan menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri menyeleweng dengan menyembah berhala emas anak sapi. Harun as yang ditugasi mengganti tugas Musa as, tidak sanggup untuk menghalangi niat mereka, bahkan ia diancam hendak dibunuh. Dengan kesabaran nabi Musa yang hebat tapi beliau pernah tidak bersabar ketika berguru kepada nabi Khidir as .

4- Nabi Isa

Isa bin Maryam binti Imran dari keturunan Sulaiman bin Daud. Diperkirakan hidup pada tahun 1SM-32M dan diangkat menjadi nabi pada tahun 29M. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestin. Beliau juga tidak wafat melainkan diangkat ke sisi Allah. Nabi Isa as Disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al-Quran.

Beliau adalah nabi yang mendapat julukan ulul ’azmi karena banyak memiliki kesabaran dan keteguhan dalam menyampaikan ajaran Allah. Terutama, ketika nabi Isa as sabar menerima cobaan sebagai seorang yang miskin, pengkhianatan muridnya, menghadapi fitnah, hendak diusir dan dibunuh oleh kaum Bani Israil. Kehidupan nabi Isa as menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam beribadah.

5- Nabi Nuh

Nuh bin Lamik bin Mutuisyalkh dari keturunan Idris, lalu keturunan Nabi Syits bin Adam. Diperkirakan hidup pada tahun 3993-3043 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 3650 SM. Diperkirakan beliau tinggal di wilayah yang kini disebut sebagai Iraq. Para ahli sejarah banyak menyebutkan bahwa beliau wafat di Mekkah, dan memiliki 4 anak laki-laki. Nama Nuh disebutkan sebanyak 43 kali dalam Al-Qu’ran.

Nabi Nuh as mendapat julukan ulul ’azmi karena kesabarannya yang tinggi. Nuh as adalah rasul pertama yang diutus Allah untuk meluruskan akidah dan akhlak umat yang telah menyimpang jauh dari ajaran yang benar. Nabi Nuh as digelari sebagai ulul ’azmi karena kesabarannya dalam berdakwah dan mendapat hinaan dari kaumnya. Nabi Nuh tanpa menyerah terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum, untuk kembali ke jalan yang lurus. Usianya hampir 1000 tahun dan jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan istri dan anaknya yang bernama Kan’an tidak mempercayai ajaran yang dibawanya dan menjadi musuhnya. Atas kehendak Allah umat nabi Nuh as yang membangkang ditenggelamkan dengan tsunami yang dahsyat dan semuanya mati, kecuali nabi Nuh as dan pengikutnya yang beriman.

Hikmah Diutus Rasul

HIKMAH DIUTUS PARA RASUL

Hikmah Allah sangat luas, kekuasaan Allah sangat besar, dan rahmat Allah itu tidak ada batasnya. Sudah barang tentu Allah mengutus para nabi dan rasul terdapat hikmah yang sangat mulia. Allah menciptakan makhluk hanya untuk beribadah kepada-Nya, melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dimurkai-Nya. Tentu untuk melaksanakan perintah Allah ini harus ada tuntunan dan bimbingan. Maka Allah menciptakan para rasul dan nabi sebagai penuntun dan pembimbing. Dan melalui tuntunan dan pimbingan para rasul, manusia bisa melaksanakan perintah dan larangan Allah dengan seksama.

Allah telah mengutus para nabi dan rasul untuk memberi petunjuk kepada manusia agar mereka mengenal Allah dan apa yang harus diketahui dari sifat sifat-Nya, menjelaskan kepada manusia hukum hukum yang bersangkutan dengan ibadah kepada Allah dan mu’amalat sesama manusia, memberi kabar gembira kepada yang beriman dan ta’at kepada-Nya kelak di akhirat balasanya adalah pahala dan surga, dan memberi peringatan kepada orang yang ingkar dan berbuat maksiat kelak mereka akan mendapat balasan adhab dan siksaan yang setimpal.

Juga Allah telah mengutus para nabi dan rasul untuk menerangkan apa apa yang dibutuhkan dari urusan dunia dan akhirat, menyelamatkan mereka dari bencana kebodohan dan menunjukan kepada mereka jalan yang benar dan berhidayah.

رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزاً حَكِيماً

”(Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (an-Nisa’, 165).

Disamping itu akal manusia tidak akan sanggup mengetahui perkara-perkara yang gaib, seperti adanya hari kebangkitan, adanya surga dan neraka, adanya malaikat dan jin, dan yang lainnya. Semua perkara ini hanya bisa diketahui melalui jalur para rasul yang mendapatkan wahyu dari Allah yang mengutus mereka. Seandainya para nabi dan rasul tidak terutus maka manusia akan hidup di alam kegelapan dan tidak mungkin manusia bisa memiliki keimanan terhadap perkara yang gaib.

4 Sifat Wajib/Mustahil Bagi Rasul

الدرس الثامن : في صفات الرسل

الصفات الواجبة في حق الرسل أربع  وهي الصدق و الأمانة و التبليغ و الفطانة .

الصدق هو مطابقة الخبر للواقع فيجب علينا أن نعتقد بأن جميع ما جاء به الرسل قولا و فعلا صدق و حق ، قال الله تعالى: صدق الله و رسوله و الدليل العقلي على ذلك ظهور المعجزات على أيديهم فلو لم يكونوا صادقين لكانوا كاذبين و لو كان كاذبين لكان الله يؤيد الكاذبين و يأمر بالاقتداء بهم في قوله تعالى { وَمَآ آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُواْ } و هو محال لأن الله لا يأمر بالفحشاء و المنكر .

الامانة : معنى الأمانة في حق الرسل هو حفظ ظواهرهم و بواطنهم من الوقوع في منهي عنه لو كراهة ، فيجب علينا أن نعتقد بأنهم محفوظون من الظاهرة و الباطنة ، قال الله تعالى حكاية عن أحد الرسل { إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ } ، و الدليل العقلي على ذلك أنهم لو كان غير أمناء لكانوا خائنين لما أمرنا الله باتباعهم ، قال الله تعالى { إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الخَائِنِينَ }

PELAJARAN KEDELAPAN: SIFAT PARA RASUL

SYARAH:

Sebagaimana para malaikat, yang selalu patuh kepada perintah Allah, dan tidak pernah sekalipun melanggar larangan Allah, maka para nabi dan rasul Allah juga demikian. Mereka adalah orang-orang yang dijaga Allah dari perbuatan yang dapat mendatangkan dosa. Para nabi dan Rasul adalah orang yang selalu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Allah telah menjaga para nabi dan rasul dari terjerumus ke dalam perbuatan dosa, sejak mereka baru lahir, begitu pula setelah diangkat menjadi nabi dan rasul.

Telah diyakini bahwa para rasul yang diutus Allah, mereka adalah laki laki merdeka yang telah dipilih dengan sempurna dan dilengkapi dengan keistimewaan yang tidak dimiliki makhluk biasa. Begitu pula telah diberikan kepada mereka sifat-sifat kesempurnaan dengan tujuan untuk menguatkan risalah yang dibawa. Maka Allah telah menganugerahkan kepada mereka empat sifat kesempurnaan, yang wajib dimiliki oleh seorang rasul, yaitu Shidiq (Jujur), Amanah (dipercaya), Tabligh (menyampaikan) dan Fathanah (cerdas).

  1. SHIDIQ (JUJUR)

Setiap rasul pasti jujur dalam ucapan dan perbuatannya. Apa apa yang telah disampaikan kepada manusia baik berupa wahyu atau kabar harus sesuai dengan apa yang telah diterima dari Allah tidak boleh dilebihkan atau dikurangkan. Dalam arti lain apa yang disampaikan kepada manusia pasti benar adanya, karena memang bersumber dari Allah. Makanya setiap rasul pasti jujur dalam pengakuan atas kerasulannya. Dan kita sebagai manusia harus meyakinkanya dan beri’tikad bahwa semua yang datang dari Rasul baik perkataan atau perbuatan adalah benar dan hak. Karena apa yang diucapkan atau diperbuat oleh para rasul bukan menurut kemauannya sendiri. Ucapan dan perbuatannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan atau risalah yang diterima dari Allah.

Sebagai bukti atas kebenaran para rasul, mereka telah dibekali dengan mukjizat mukjizat yang harus diyakini oleh setiap muslim kebenaranya. Dan tidak mungkin harus diyakini dan diteladani jika mereka (para rasul) itu tidak jujur. Tentu setelah itu apa yang telah diperintahkan Allah melalui perantaraan para rasul, kita sebagai muslim harus mengikuti dengan ta’at dan apa yang dilarang Allah kita tinggalkan.

وَمَآ آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُواْ

”Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah,” (al-Hasyr, 7)

  1. AMANAH (DIPERCAYA)

Amanah berarti bisa dipercaya baik dhahir atau bathin. Sedangkan yang dimaksud di sini bahwa setiap rasul adalah dapat dipercaya dalam setiap ucapan dan perbuatannya. Para rasul akan terjaga secara dhahir atau bathin dari melakukan perbuatan yang dilarang dalam agama, begitu pula hal yang melanggar etika.

إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ

“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,” (asy-syuara’ 143)

Maka hal yang muhal atau mustahil jika rasul itu terjerumus ke dalam perzinahan, pencurian, meminum minutan keras, berdusta, menipu dan lain sebagainya. Rasul tidak mungkin memiliki sifat hasud, riya’, sombong, dusta dan sebagainya. Jika para rasul telah melanggar etika berarti mereka telah bekhianat dan Allah tidak menyukai manusia yang berkhianat.

إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الخَائِنِينَ

Allah berfirman,  “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.”(al-Anfal, 58)

التبليغ : معنى التبليغ في حق الرسل عليهم السلام هو ايصال الأحكام التى أمروا بتبليغها الى المرسل اليهم ، فيجب علينا أن نعتقد أنهم عليهم السلام بلغوا ما أمروا بتبليغه ما أخفوا على الناس من ذلك شيئا ، لا عمدا و لا سهوا و لا نسيانا قال الله تعالى { الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالاَتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلاَ يَخْشَوْنَ أَحَداً إِلاَّ اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيباً } و الدليل العقلي على ذلك أنهم لو كتموا شيئا مما أمروا بتبليغه ، و لكنا مأمورين بكتم العلم ، لأننا أمرنا بالاقتداء بهم و هو باطل لأن كاتم العلم ملعون .

الفطانة : هي حدة الذكاء و التيقظ التام لإلزام الخصوم و إبطال دعاويهم ، فيجب علينا أن نعتقد أنهم عليهم الصلاة و السلام أكمل أهل زمانهم في العقل و الفطنة و قوة الذكاء . و الدليل العقلي على ذلك أن الله تعالى أرسلهم لإحقاق الحق و إبطال الباطل و إبطال دعاوي الخصوم بإقامة الحجة ، فلو كانوا غير فطناء لكانوا بلداء و لو كانوا بلداء لعجزوا عن إقامة الحجة و هو باطل ، قال الله تعالى { وَتِلْكَ حُجَّتُنَآ آتَيْنَاهَآ إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ }

  1. TABLIGH (MENYAMPAIKAN)

Sudah menjadi kewajiban para rasul untuk menyampaikan kepada manusia apa yang diterima dari Allah berupa wahyu yang menyangkut didalamnya hukum hukum agama. Jika Allah memerintahkan para rasul untuk menyampaikan wahyu kepada manusia, maka wajib bagi manusia untuk menerima apa yang telah disampaikan dengan keyakinan yang kuat sebagai bukti atau saksi akan kebenaran wahyu itu.

الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالاَتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلاَ يَخْشَوْنَ أَحَداً إِلاَّ اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيباً

Allah berfirman, “(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.” (al-Ahzab, 39).

Hal ini bisa dikiyaskan bahwa jika Allah memberikan wahyu kepada para rasul untuk tidak disampaikan atau dirahasiakan kepada manusia, maka tidak wajib bagi manusia untuk mempelajarinya. Sedangkan menyampaikan adalah hal yang wajib dan menyembunyikan adalah hal yang terlaknat dan tercela.

  1. FATHONAH (CERDAS)

Dalam menyampaikan risalah Allah, tentu dibutuhkan kemampuan, diplomasi, dan strategi khusus agar wahyu yang tersimpan didalamnya hukum hukum Allah dan risalah yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh manusia. Karena itu, seorang rasul wajib memiliki sifat cerdas. Kecerdasan ini sangat berfungsi terutama dalam menghadapi orang-orang yang membangkang dan menolak ajaran Islam.

Maka diharuskan bagi kita untuk meyakinkan bahwa para rasul itu adalah manusia yang paling sempurna dalam penampilan, akal, kekuatan berfikir, kecerdasan dan pembawaan wahyu yang diutus pada zamannya. Kalau saja para rasul itu tidak sesuai dengas sifat sifatnya maka mustahil manusia akan menerima dan mengakuinya. Sifat sifat itu merupakan satu hujjah bagi mereka agar apa yang disampaikan bisa diterima dengan baik.

وَتِلْكَ حُجَّتُنَآ آتَيْنَاهَآ إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ

Allah berfirman: “Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya.” (al-An’am, 83)

الصفات المستحيلة في حق الرسل  

يستيحل في حق الرسل عليهم السلام أضداد الصفات الواجبة وهي أربع : الكذب و الخيانة و الكتمان و البلادة

الصفات الجائزة في حق الرسل : يجوز في حق الرسل عليهم السلام كل وصف من أوصاف البشر التى لا تؤدي الى نقص في مراتبهم العلية ، كالأكل و الشرب و النكاح و المرض الخفيف و الاغماء والدليل على ذلك مشاهدة احوالهم لأن من حضر معهم ذلك معهم ، و وصل الينا بالتواتر ، قال الله تعالى { وَمَآ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلاَّ إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الأَسْوَاقِ } و يستحيل في حقهم الجنون و البرص والعمى و كل مرض ينفر الناس عنهم.

SIFAT MUSTAHIL BAGI RASUL

Telah diterangkan di atas sifat sifat wajib para rasul yang harus diimani oleh setiap muslim yaitu: Shidiq (jujur), Amanah (bisa dipercaya), Tabligh (menyampaikan), dan  Fathonah (cerdas). Adapun kebalikan dari sifat sifat wajib para rasul adalah sifat sifat mustahil yaitu Kidhb (Bohong), Khianah (Berkhianat atau tidak dipercaya), Kitman (menyembunyikan) dan Baladah (Bodoh).

SIFAT JAIZ BAGI RASUL

Allah telah mengutus para rasul kepada manusia dan telah dihiasi dengan sifat kesempurnaan melebihi makhluk Allah yang lain, namun mereka tidak akan terlepas dari fitrah kemanusian yang ada dalam dirinya. Seorang rasul tetaplah sebagai seorang manusia biasa yang berprilaku sebagaimana manusia.

Sifat para rasul Allah ini telah membuat mereka melakukan aktifitas sebagaimana manusia lainnya. Sudah tentu yang dimaksud di sini adalah prilaku dan sifat yang tidak mengurangi derajat kerasulan mereka di mata manusia. Jadi sifat sifat ini boleh dikatakan jaiz bagi para rasul, yaitu sifat sifat yang boleh dilakukan dan boleh pula ditinggalkan Seperti makan, minum, tidur, kawin, istirahan, sakit yang ringan, pingsan, jalan ke pasar pasar, berniaga dan semacamnya.

Sedangkan prilaku dan sifat yang bisa merendahkan derajat kerasulan, mereka akan terpelihara dan dipelihara oleh Allah dan sudah pasti perilaku dan sifat itu tidak pernah dilakukannya. Dan inilah yang membedakan mereka dengan manusia yang lain.

وَمَآ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلاَّ إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الأَسْوَاقِ

Allah berfirman, ”Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. (al-Furqon, 20)

Sam’iyyat

الدرس التاسع : في السمعيات

السمعيات هي أمور ورد ذكرها في القرآن الكريم و نصت عليها السنة النبوية و ليس للعقل فيهما مجال ، فيجب على المكلف أن يؤمن بها شرعا لثبوت رسالته صلى الله عليه و آله وسلم و هي كثيرة منهما : الملائكة ، و الكتب و كون الأمور كلهما بقضاء و قدره و كونه الأنبياء مؤيدين بالمعجزات و كونه نبينا خاتم الأنبياء و كونه أفضلهم على الإطلاق ، و منها اليوم الآخر و سؤال القبر و نعيمه و عذابه و الثواب و العقاب و البعث و النشر و الحشر و شفاعة النبي  و الحساب و الوزن و الميزان و الحوض و الصراط و الجنة و النار و العرش و الكرسي و اللوح  و القلم و أخذ الصحف و الإسراء و المعراج و حياة الشهداء في قبورهم و غير ذلك .

PELAJARAN KESEMBILAN: AS-SAM’IYYAT

SYARAH

Assam’iyyat menurut bahasa berarti sesuatu yang ghaib yang hanya bisa diketahui secara benar dengan cara ikhbari (berita yang didengar), yakni apa yang didengar dan diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Atau dalam arti lain suatau perkara yang tertera dalam al-Qur’an dan disebut dalam hadits Nabi saw sedangkan perkara itu tidak bisa diterima oleh akal manusia biasa atau sesuatu yang ghaib yang tidak bisa ditangkap oleh panca indra manusia biasa tapi harus dipercayai oleh setiap muslim akil dan baligh. Adanya perkara ini demi untuk meyakinkan kepastian adanya risalah yang dibawa Rasulallah saw.

Hal yang menyangkut sam’iyyat ini banyak sekali diantaranya adanya para Malaikat, kitab kitab yang diturunkan kepada para nabi, adanya qadha dan qadar, adanya mukjizat mukjizat yang diberikan kepada para nabi, menyakini bahwa nabi Muhammad saw itu adalah nabi terakhir dan nabi yang paling sempurna, adanya hari kiamat,  siksa kubur, pahala dan dosa, hari kebangkitan, hari dikumpulkan manusia di padang mahsyar, syafaat Nabi saw, hari perhitungan, hari pertimbangan, telaga, jembatan (shirat), surga dan neraka, Arsy, Kursi, Lauhul Mahfudh, penarikan Al-Qur’an, Isra’ Mi’raj, kehidupan para syuhada’ dalam kubur, dan lain lainnya.

Semua ini adalah sam’iyyat atau perkara yang berhubungan dengan alam ghaib yang tidak bisa ditangkap oleh panca indara manusia biasa, tidak bisa dilihat, tidak bisa diraba dan kita hanya mendengar dari kitab suci yang diturunkan kepada Nabi saw dan hadisth beliau atau semua yang telah diterangkan oleh para nabi sehubungan dengan perkara tadi. Perkara perkara ini merupakan ujian bagi manusia selama dia hidup di dunia. Manusia diuji apakah ketika di dunia dia beriman kepada hal hal yang ghaib, yang mana semuanya itu tidak tampak ataukah dia mengingkarinya?.

Malaikah

الملائكة :

الملائكة : هم أجسام نورانية لطيفة ، جعل الله لهم قوة على التشكل بأشكال مختلفة جميلة ، و على الأفعال الشاقة لا يوصفون بذكورة  ولا أنوثة ،  ولا يأكلون و لا يشربون  و لا ينامون يسبحون الليل و النهار لا يفترون بالغون في الكثرة الى حد لا يعلمه إلا الله سبحانه و تعالى ، فيجب الإيمان بهم إجمالا إلا فيمن ورد تعيينه باسمه المخصوص أو بنوعه ،

المعينون بأسمائهم : يجب الايمان بالملائكة المعينين بأسمائهم و هم جبريل أمين الوحى و ميكائيل الموكل بالأمطار و الأرزاق و اسرافيل الموكل بنفخ الصور ، و عزرائيل الموكل بقبض الأرواح و رضوان خازن الجنة و مالك خازن النيران و رقيب كاتب الحسنات و عتيد كاتب السيئات و منكر و نكير الموكلان بسؤال القبر

المعينون بأنواعهم : يجب الإيمان بالملائكة الذين ورد تعيينهم بأنواعهم و هم حملة العرش و هم الآن أربعة ، إذا كان يوم القيامة يزيدهم الله بأربعة أخرى و الملائكة الحافون حول العرش و خزنة النار و الحفظة .

MALAIKAT

Kata malaikat merupakan jamak dari kata malak yang bererti kekuatan. Jadi malaikat adalah kekuatan-kekuatan yang patuh pada ketentuan dan perintah Allah. Ada juga yang mengartikan risalah. Sehingga makna dari kata al-malak adalah ar-rasul (utusan). Jadi, Allah mempunyai dua jenis rasul, satu dari jenis manusia dan satu dari jenis makhluk ghaib yaitu para malaikat,

Malaikat dalam Islam, merupakan makhluk mulia, halus dan mengagumkan yang diciptakan Allah dari cahaya dan terpelihara dari maksiat. Mereka bukan laki laki atau perempuan, tidak kawin, tidak berketurunan, tidak beribu dan berbapak, tidak tidur dan tidak makan dan minum. Mereka bisa berubah bentuk menjadi mausia, sebagaimana terjadi pada malaikat Jibril ketika menyampaikan wahyu kepada Rasulallah saw. Tidak jarang ia menampakkan dirinya dalam bentuk aslinya dan juga dalam bentuk seorang laki laki muda yang tampan. Begitu pula malaikat telah menampakkan dirinya kepada siti Maryam dalam rupa laki-laki yang sempurna, sebagaimana malaikat juga menampakkan dirinya sebagai tamu mulia kepada nabi Ibrahim as.

Malaikat dikatakan mempunyai sayap dan mampu terbang dengan cepat seperti kecepatan cahaya. Ini meyakini bahwa Allah telah menciptakan makhluk yang terbuat dari cahaya yang patuh kepada Allah. Maka wajib bagi kita untuk mengimaninya dengan iman yang benar

Setiap malaikat diberi tugas oleh Allah. Di antara mereka ada yang ditugaskan untuk menyampaikan wahyu, mencatat amal manusia, membagikan rizki, mencabut arwah, menjaga surga, menjaga neraka, mengikuti dan menghadiri majlis dzikir. Di antara mereka ada yang tugasnya hanya untuk bersholat dan bertasbih kepada Allah siang dan malam. Ada pula yang ditugaskan untuk menjaga badan manusia dan sebagainya. Para malaikat hanya mengerjakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Mereka tidak melanggar larangan Allah.

Jumlah mereka sangat banyak dan tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah yang menciptakan mereka dari cahaya. Allah berfirman, “Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri.” (Al-Muddatstsir, 31). Di antara dalil yang menunjukkan banyaknya jumlah mereka adalah hadits Anas bin Malik tentang kisah mi’raj Nabi saw dimana pada langit ketujuh beliau bertemu dengan nabi Ibrahim as yang tengah bersandar ke Baitul Ma’mur, yaitu sebuah rumah di langit dimana setiap hari dimasuki oleh 70.000 malaikat demikian seterusnya setiap hari.

Dari sekian banyak malaikat hanya ada beberapa malaikat yang wajib diketahui nama dan tugas mereka. Diantaranya ada sepuluh nama malaikat yang wajid bagi setiap muslim mengetahuinya yaitu: Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Ridhwan, Malik, Raqib, ’Atid, Munkar, Nakir.

  1. Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu Allah.
  2. Malaikat Mika’il bertugas menurunkan hujan dan memberikan rizki.
  3. Malaikat Israfil bertugas meniup terompet pertanda hari kiamat.
  4. Malaikat Izra’il bertugas mencabut arwah.
  5. Malaikat Ridwan, bertugas menjaga surga.
  6. Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka.
  7. Malaikat Raqib bertugas mencatat amal baik manusia.
  8. Malaikat ’Atid bertugas mencatat amal buruk manusia
  9. dan 10. Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir, bertugas menanya dalam kubur.

Dari nama-nama malaikat di atas hanya tiga yang disebut dalam Al Qur’an, yaitu Jibril, Mikail dan Malik. Sedangkan Israfil, Munkar dan Nakir disebut dalam Hadits.(perlu rujukan). Dan nama nama yang lainnya tidak ditemukan sumbernya baik dalam Al Quran maupun Hadits, kemungkinan didapatkan dari sumber Israiliyat. Dalam Al Qur’an Izra’il hanya disebut Malaikat Maut, malaikat Jibril juga disebut di banyak tempat dalam Al Qur’an dengan sebutan lain seperti Ruhul Qudus, Ruhul Amin dan lain lain.

Disamping 10 malaikat yang disebut di atas, ada lagi beberpa malaikat yang wajib setiap muslim beriman kepadanya ialah percaya akan wujudnya malaikat yang lain selain daripada sepuluh malaikat. Di antara malaikat yang wajib diketahui ialah malaikat pemegang atau penyusung ’Arsy yaitu empat malaikat dan pada hari kiamat akan ditambah sebanyak empat malaikat lagi sehigga jumlah malaikat pemegang ’Arsy menjadi delapan malaikat. Juga harus diimani akan wujudnya malaikat yang berlingkar di sekeliling ’Arsy. Juga harus diimani wujudnya malaikat Zabaniyah yaitu19 malaikat penyiksa didalam neraka dan malaikat penjaga manusia atau Hafdzah.

Ini semua  merupakan hal yang ghaib yang tidak bisa ditangkap oleh pancaindra manusia biasa tapi wajib diyakini dengan keyakinan yang kuat, berdasarkan ikhbariat atau sam’iyyat yang kita dapatkan dalam al-Qur’an dan Hadits.

Hikmah dan Atsar:

Para ulama menyatakan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang bisa melihat malaikat dalam rupa aslinya, kecuali para nabi dan itu pun karena Allah menguatkan mereka. Allah Ta’ala berfirman di ayat ke-8 surah Al-An’am, “Dan mereka berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?” dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentulah selesai urusan itu,” yakni: Mereka semua akan mati karena mereka tidak akan sanggup melihat bentuk malaikat. Sudah diketahui bersama bagaimana beratnya keadaan Nabi saw tatkala beliau melihat rupa asli Jibril di dalam goa Hira, seandainya Allah tidak menguatkan beliau niscaya beliau akan meninggal seketika.

Kitab Kitab Suci

الكتب : هي ما أنزله الله على الأنبياء و الرسل عليهم السلام مما يحتوي على أمره و نهيه و وعده و وعيده  و هي كثيرة  لا يعلم حصرها إلا الله سبحانه و تعالى ، منها أربعة يجب الايمان بها تفصيلا و هي : التوراة و الإنجيل و الزبور و القرآن ، و هو أفضلها ، قال الله تعالى { آمَنَ الرَّسُولُ بِمَآ أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِه }

KITAB KITAB ALLAH

Kitab kitab Allah adalah kitab kitab yang diturunkan kepada para nabi dan rasul yang dianjurkan untuk disampaikan kepada manusia agar bisa dijadikan pedoman hidup bagi mereka. Kitab-kitab ini berisi peraturan, ketentuan, perintah dan larangan yang dijadikan tuntunan bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sebagai muslim kita harus percaya dan meyakini dengan keyakinan yang teguh bahwa semua kitab yang telah diturunkan Allah.kepada para nabi dan rasul-Nya pasti benar.

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَآ أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ

Allah berfirman, ”Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.” (al-Baqarah, 285)

Dinamakan kitab kitab suci karena mengandung firman Allah yang suci dan bersih dari kesalahan dan campur tangan manusia yang kotor, diturunkan kepada para nabi dan rasul melalui Malaikat untuk disampaikan kepada manusia.

Kitab-kitab Allah banyak sekali tidak terhitung bilanganya dan diturunkan pada masa yang berlainan, namun di dalamnya terkandung ajaran pokok yang sama, yaitu ajaran tauhid atau ajaran tentang keesaan Allah. Yang berbeda hanyalah dalam hal syariat yang disesuaikan dengan zaman dan keadaan umat pada waktu itu.

Diantara sekian banyak kitab kitab suci Allah, hanya ada 4 kitab suci yang wajib diketahui oleh setiap muslim yaitu:

1- Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as,

2- Injil diturunkan kepada Nabi Isa as

3- Zabur kepada Nabi Dawud as.

4- al-Qur’an  diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

  1. KITAB TAURAT

Kitab Taurat diwahyukan Allah kepada nabi Musa as sebagai pedoman hidup bagi kaum Bani Israil. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada )petunjuk dan cahaya(yang menerangi)”(an-Nisa’, 44)

Kitab Taurat asli yang berisikan akidah dan hukum-hukum syariat sudah tidak ada lagi. Yang beredar di kalangan orang-orang Yahudi saat ini bukanlah kitab Taurat asli, melainkan palsu. Sebab mereka telah melakukan perubahan-perubahan isinya.

Para ulama pun sepakat bahwa kitab Taurat yang murni sudah tidak ada lagi. Taurat yang beredar saat sekarang lebih tepat dikatakan sebagai karangan atau tulisan orang-orang Yahudi pada waktu dan masa yang berbeda. Allah berfirman, “Yaitu orang-orang Yahudi mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya.”(An-Nisa’, 46).

  1. KITAB INJIL

Kitab Injil diturunan oleh Allah kepada Nabi Isa as.  Kitab Injil yang asli memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata yaitu perintah-perintah Allah agar manusia percaya bahwa Allah itu esa atau satu bukan banyak dan tidak menyekutuan-Nya dengan suatu apapun. Juga dalam kitab Injil yang asli telah dijelaskan bahwa diakhir zaman akan lahir seorang nabi yang terakir. (Perlu pembahasan yang luas)

  1. KITAB ZABUR

Kitab zabur diturunkan Allah kepada nabi Daud as. Nabi Daud hanya diperintahkan oleh Allah untuk mengikuti syariat Nabi Musa. Maka pokok ajaran kitab Zabur berisi tentang zikir, nasehat dan hikmah bukan hukum.

  1. KITAB AL-QUR’AN

Al-Qur’an adalah kitab suci yang wajib diimani dan diyakini dengan keyakinan yang kuat akan kesuciannya. Berlainan dengan kitab kitab suci sebelumnya, Al-Quran diturunkan Allah swt.kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril as itu tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun yang terdiri dari 30 juz. Wahyu pertama berupa surat Al-‘Alaq ayat 1-5, diturunkan di gua Hira’ ketika Nabi saw sedang berkhalawat atau menyendiri. Pada saat itu pula beliau dinobatkan sabagai Rasulullah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada seluruh umat.  

.

Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah surat al-Maidah ayat 3, ”Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.”.  Ayat tersebut turun pada Rasulallah saw ketika melakukan haji wada’ kemudian setelah menerima wahyu tersebut beliau wafat.

Al-Quran diturunkan kepada Nabi saw untuk menghapus syari’at yang tertera dalam kitab-kitab terdahulu. Ia merupakan kitab suci terlengkap dan abadi sepanjang masa, berlaku bagi semua umat manusia sampai akhir zaman, serta pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupan didunia agar tercapai kebahagiaan diakhirat.

Al-Qur’an tidak diragukan lagi kebenaran dan keasliannya, terperihara dari mulai diturunkan sampai masa yang tidak bisa ditentukan. Para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah saw dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

Penulisan Al-Qu’an dalam bentuk teks sudah dimulai sejak zaman Nabi saw, tapi sangat rare dan jarang didapatkan, karena pada zaman itu mereka kebanyaknya mengandalkan kepada hafalan bukan kepada tulisan. Kemudian sedikit demi sedikit mulai didapatkan perobahan Al-Qur’an dari hafalan ke tulisan dan perobahan Al-Qur’an menjadi teks terus dijumpai dan dilakukan sampai pada zaman khalifah Utsman bin Affan ra.

Pada masa ketika Rasulallah saw masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur’an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Ka’ab. Sahabat yang lain juga secara diam diam menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, dll. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah wahyu diturunkan.

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar ra, terjadi beberapa pertempuran diantaranya perang yang dikenal dengan nama perang Ridda yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur’an dalam jumlah yang tidak terhitung. Umar bin Khattab ra pada saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Khalifah Abu Bakar ra untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur’an yang saat itu tersebar di antara para sahabat, penghapal Al-Qur’an. Lalu Abu Bakar ra memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk membuat lajnah pengumpulan Al-Qur’an yang mengorganisai pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur’an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Khalifah Abu Bakar ra. Abu Bakar ra menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf pertama itu berpindah kepada Umar bin Khattab ra sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya diserahkan dan dipegang oleh anaknya Hafsah yang juga istri Nabi saw.

Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, Islam semakin tersebar luas ke suluruh penjuru, dan terjadilah perbedaan dialek (lahjah) antara suku yang berasal dari daerah dan negara berbeda beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijaksanaan untuk membuat keseragaman dalam cara membaca Al-Qur’an (qira’at). Lalu ia mengirim utusan kepada Hafsah binti Umar ra untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Ia memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurahman bin Al-Harists bin Hisyam. Ia memerintahkan agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika terjadi perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al-Qur’an turun dalam dialek bahasa mereka.

Maka terbentuklah sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah). Standar tersebut kemudian dikenal dengan istilah Mushaf Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Besamaan dengan keluarnya penyamaan dengan standar yang dihasilkan, maka khalifah Ustman ra memerintahkan seluruh mushaf yang berbeda untuk dimusnahkan. Hal ini demi untuk mencegah perselisihan di antara umat islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur’an. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah.

Dari keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati dan disetujui oleh para sahabat. Hal ini agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. Al-Hijr 9

Qada’ Dan Qadar

الدرس العاشر : في القضاء و القدر

القضاء هو تحديد الله أزلا كل مخلوق بحده الذي يوجد عليه من حسن و قبح و نفع و ضر ، ما يحويه من زمان و مكان و ما يترتب عليه من ثواب و عقاب .

القدر هو إيجاد الله الأشياء على وفق إرادته و علمه بها و تحديده لها في الأزل .

الايمان بالقضاء و القدر

معنى الإيمان بهما هو الاعتقاد الجازم بأن كل شيئ خيرا كان و شرا بقضاء الله وقدره و قد قدر الله أفعالنا في الأزل سواء كانت اختيارية و اضطرارية ، و جعل لنا إرادة جزئية نقدر بها على اختيار الخير أو الشر ، فلسنا مجبورين على فعل شيئ ، قال صلى الله عليه و آله وسلم ( لا يؤمن عبده حتى يؤمن بأربعة : يشهد أن لا اله الا الله و أني رسول الله بعثني بالحق و يؤمن بالبعث بعد الموت ، و يؤمن بالقدر خيره و شره حلوه و مره فيجب الرضاء بالقضاء و القدر و يحرم الاحتياج بهما على المعاصي

PELAJARAN KESEPULUH: QADHA DAN QADAR

SYARAH

Percaya kepada qadha dan qadar adalah mempercayai bahwa segala yang berlaku berupa kebaikan atau keburukan adalah ketentuan Allah semata-mata.

Qadha adalah penentuan Allah yang tidak bisa berubah kepada makhlukNya berupa kebaikan atau keburukan sejak dari azali atau dari zaman yang tidak bermula berdasarkan dari kebijaksanaa-Nya yang tanpa batas dan ilmu Nya yang Maha Tinggi

Sebagai contoh, Allah menetapkan bahwa di dalam air itu terdapat zat Oksigen dan Hidrogen. Hakikat ini tidak dapat dirubah sampai kapanpun. Begitu pula Allah menetapkan mata sebagai alat untuk melihat dan telinga untuk mendengar dan fungsi ini tidak bisa berobah sampai kapanpun. Allah menetapkan setiap yang hidup pasti akan mati dan tidak ada seorangpun yang bisa merobah kenyataan ini. Semua ini tidak dapat dirobah oleh siapapun sebab semuanya ini adalah ketetapan Allah sejak dari azali atau dari zaman yang tidak bermula berdasarkan kebijaksanaan-Nya yang tanpa batas.

Qadar adalah perkara yang diciptakan Allah sesuai dengan kehendak dan pengetahuan-Nya, kemudian ditetapkan dalam azali atau zaman yang tidak bermula.

Allah telah mentakdirkan semua perbuatan manusia baik berupa pilihannya sendiri atau sesuatu yang telah ditetapkan Allah. Dan Allah tidak memaksa manusia tapi Allah memberikan kebebasan kepadanya untuk memilih jalan hidupnya sendiri. walaupun demikian, segala keputusan manusia tidak boleh keluar dari ruang yang telah Allah tetapkan dan Allah telah mengetahui segala keputusan yang akan diambil oleh manusia. Maka dari itu semua kelakuan dan tindak tanduk manusia sehari hari bisa berobah dan manusialah yang merobahnya.

Kesimpulannya, bahwa Allah tidak pernah memaksa manusia tapi Allah memberikan kebebasan kepadanya untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Tapi walaupun demikian, segala keputusan manusia tidak boleh keluar dari ruang yang telah Allah tetapkan dan Allah telah mengetahui segala keputusan yang akan diambil oleh manusia. Allah berfirman: ” Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku.” (Qaaf, 29)

Telah diketahi bahwa semua yang menyangkut dengan urusan manusia telah tertulis di di Lauhil Mahfudh dan ini merupakan takdir dari Allah. Tapi takdir ini boleh berubah dari masa ke masa, contohnya , jika usia seseorang telah tertulis di Lohil Mahfudh 60 tahun, tapi ia sering melakukan silaturahim kepada keluarganya dan sesama manusia, maka dengan kehendak Allah mungkin menambah usianya melebihi 60 tahun. Allah berfirman: ” Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Umulkitab (Lohmahfuz).” (Ar-Ra’du, 39)

Di samping silaturahim yang bisa merobah takdir usia manusia menjadi lebih panjang, do’a juga bisa merobah takdir Allah yang telah ditulis di Lohil Mahfodh, semua ini bisa berobah dengan kehendak Allah dan kebijaksanaa-Nya yang Luas. Makanya kita dianjurkan berdo’a dalam nishfu Sya’ban: “Ya Allah, jika Engkau telah mentakdirkan aku tergolong di dalam golongan orang-orang yang bahagia, maka tetaplah aku di dalam keadaan itu. Sebaliknya jika Engkau telah mentakdirkan aku di dalam golongan orang-orang yang celaka dan berdosa, maka hapuskanlah takdir itu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang mendapat kebahagiaan dan keampunan.”

Kita sebagai muslim wajib percaya dan meyakini dengan keyakinan yang teguh bahwa semua yang berlaku berupa kebaikan atau keburukan adalah ketentuan Allah semata-mata. Rasulallah saw bersabda “Tidak beriman seseorang kecuali ia meimani empat perkara, menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah, mempercayai bahwa aku adalah Rasulallah ditutus dengan kebenaran, mengimanai dengan hari kebangkitan setelah kematian, dan mempercayai takdir Allah berupa kebaikan atau keburukan, manis dan pahit.” Dan kita wajib pula ridho dan ikhlas dengan ketentuan Allah. .

Hikmah Dan Atsar

Ada seorang laki laki ditangkap karena mencuri pada zaman Khalifah Umar bin Khathab ra. Lalu ia dibawa menghadap beliau. Lelaki itu ditanya, “Mengapa kamu mencuri?” ia menjawab, “Karena Allah telah mentakdirkan kepada diriku untuk mencuri”. Khalifah Umar ra marah besar mendengar jawaban laki laki tersebut lalu berkata, “Cambuk laki laki ini dengan tiga puluh cambukan lalu potong tangannya.” Laki laki ini terkejut dengan hukuman itu dan lalu bertanya: “Mengapa hukumannya begitu berat?” Umar bin Khattab ra berkata: “Kamu akan dipotong tangan karena mencuri dan dicambuk karena berdusta atas nama Allah.” Maksudnya, manusia diizinkan Allah untuk membuat pilihan dan hal ini adalah sebahagian daripada ketetapan qadha dan qadar.

Biografi Nabi

الدرس الحادي عشر

في الأحوال المتعلقة به صلى الله عليه وآله وسلم

نسبه سيدنا محمد : يجب على كل مكلف أن يعرف نسبه صلى الله عليه آله وسلم من جهة أبيه و أمه الى عدنان الذي انعقد الإجماع عليه لأنه من أحوال المتعلقة به صلى الله عليه و آله وسلم الثابتة له بالتواتر

PELAJARAN KESEBELAS: PERIBADI NABI SAW

SYARAH

NASAB NABI SAW

Nama Muhammad dalam bahasa Arab berarti “terpuji”, maksudnya beliau adalah manusia paling terpuji. Kita sebagai muslim wajib mempercayai bahwa Muhammad bin Abdillah adalah seorang nabi dan rasul. Beliau adalah utusan Allah yang terakhir bagi umat manusia, pembawa rahmat untuk seluruh alam semesta dan pelengkap dan penyempurna ajaran ajaran yang telah dibawa para nabi dan rasul sebelumnya. Beliau bukan saja diangkat sebagai seorang nabi dan rasul tetapi juga sebagai pemimpin yang membawa perdamaian di dunia.

Michael H. Hart, dalam bukunya ”The 100”, menetapkan Rasulallah saw sebagai tokoh pertama yang paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Rasulallah saw adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia memimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran.

”Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” (al-Fath, 29)

Rasulallah berperawakan sedang, berkulit putih kemerah merahan, berdahi lebar, berambut hitam dan panjang, bermata jeli, bertubuh sempurna, sedap dipandang mata, lesung pipit, senyumnya menarik, tidak ada seorang pun di dunia yang menyamainya dalam keindahan tubuh dan kesempurnaan jasad

Tidak diutus seorang rasul atau nabi ke dunia kecuali memiliki sifat sifat yang lengap, sempuran dan luar biasa, baik dari segi fisiknya atau keturunannya. Silsilah dan keturunan Rasulallah saw dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Mu`ad bin Adnan. Dimana Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh.

Di bawah ini ringkasan biografi Nabi saw yang wajib diketahiu oleh setiap muslim yang baligh dan berakal agar bisa dijadikan teladan dalam kehidupan sehari hari.

Nama Muhammad Rasulallah saw
Nama Bapak Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr (disebut juga Quraisy) bin Malik bin al-Nadr (disebut juga Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Mu’ad bin‘Adnan.
Nama Ibu Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr (disebut juga Quraisy) bin Malik bin al-Nadr (disebut juga Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Mu’ad bin ‘Adnan.
Nama Nenek dari Bapak Fatimah binti Umar Al-Makhzumiyah
Nama Nenek dari Ibu Burrah binti Abdul U’za’ bin Utsman bin Abduddar bin Qushay bin Kilab bin Murrah
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah, dekat Al-Shofa di Rumah Abi Thalib (sekarang dijadikan Perpustakaan Makkah), hari Senen 12 Rabiul Awal tahun 53 sebelum Hijrah bertepatan tanggal 20 April 570 M
Nama Bidan Syaffa binti A’uf (Ummu Abdurahman)
Nama Pengasuh Ummu Aiman
Nama Penyusu 1-  Stuaibah Al-Aslamiyah (Budak Abu Lahab)2 – Halimah binti Abi Dhuaib Al-Sa’diyyah (Istri Harist bin Abdul U’zza)
Tempat dan Tanggal Diutus Goa Hira, Makkah 27 Ramadhan 13 Sebelum Hijrah (17 Agustus 609M)
Tempat dan Tanggal Wafat Madinah 12 Rabiul Awal 11 H bertepatan tanggal 6 Juni 632M
Tanda Tanda Jasmani Berperawakan sedang, Berkulit putih kemerah merahan, berdahi lebar, berambut hitam dan panjang, bermata jeli, bertubuh sempurna, sedap dipandang mata, lesung pipit, senyumnya menarik, tidak ada seorang pun di dunia yang menyamainya dalam keindahan tubuh dan kesempurnaan jasad.
Saudara Susu Nabi Dari Stwaibah:1- Abdullah bin Jahsy

2- Hamzah bin Abdul Muthalib

3- Abu Salamah bin Abdul Asad

4- Masruh ibnu Stuaibah

Dari Halimah Al-Sa’diyyah

1- Abdullah bin Harist

2- Anisah binti Harist

3- Hudhafah binti Harist

Istri-Istri Nabi 1- Khadijah binti Khuailid2- Saudah binti Zama’h

3- A’isyah binti Abu bakar As-Shiddik

4- Hafshah binti Umar bin Khattab

5- Zeinab binti Khuzaimah

6- Hind binti Hudhaifah

7- Zainab binti Jahsy

8- Juwairiyah binti Harist

9- Shafiyyah binti hay

10- Ramlah binti Abi Sufyan

11- Maimunah binti Al-Harist

12- Mariya binti Syamu’n

Putra Putri Nabi 1- Qasim2- Abdullah (Al-Thayyib atau Al-Thahir)

3- Ibrahim

4- Zainab

5- Ruqayyah

6- Ummu Kalstum

7- Fatimah

Cucu Cucu Nabi 1- Ali2- Abdullah

3- Hasan

4- Husen

5- Muhsin

6- Umamah

7- Ummu Kalstum

8- Zainab

Paman Nabi(Dari Bapak) 1- Zubair (Abu Thahir)2- Abu Thalib (Abdu Manaf)

3- Abbas

4- Dhirar

5- Hamzah

6- Al-Muqawm

7- Hijl

8- Harist

9- Abu lahab (Abdul U’zza’)

10- Ghaidaq

11-Abdul Ka’bah

12- Qustm

Bibi Nabi(Dari Bapak) 1- Ummu Hakim Al-Baidha’2- A’tikah

3- Umaimah

4- Arwa’

5- Burrah

6- Shafiyyah

Paman Nabi(Dari Ibu) 1- Al-Aswad bin Yaghust2- Abdullah bin Al-Arqam bin Yaghust

 

Putra Putri Nabi

أولاده : يجب على المكلف معرفة أولاده صلى الله عليه وآله وسلم لأنه من الأحوال المتعلقة به و الثابتة بالتواتر، و هم سبعة : ثلاثة ذكور و أربعة بنات ، أولهم القاسم ثم زينب ثم رقية ثم فاطمة ثم أم كلثوم ثم عبد الله ثم أبراهيم و كلهم من سيدتنا خديجة  إلا ابراهيم فأمه مارية القبطية رضي الله عنهم .

PUTRA PUTRI NABI SAW

Setiap muslim wajib mengetahui nama nama putera puteri Nabi saw yang terdiri dari 3 laki laki dan 4 perempuan, yaitu Qasim, Zainab, Ruqayyah, Fatimah, Ummu Kaltsum, Abdullah dan Ibrahim. Semua putera puteri Nabi saw dari istri beliau Siti Khadijah binti Khuailid ra kecuali Ibrahim dari istri beliau Mariya al-Qibthiyyah. Mereka adalah keluarga Nabi saw dan orang orang yang dicintai beliau. Rinciannya sbb:

1-Qasim

Nama Qasim: adalah putera  pertama Nabi saw. Dengan lahirnya Qasim, beliau diberi julukan nama Abu Al-Qasim. Abu artinya bapak dan Qasim adalah putera pertama Nabi saw. Pemberian nama ini merupakan tradisi orang Arab, setiap lahir putera pertama dan diberi nama (Fulan misalnya), ayahnya selalu diberi julukan nama Abu Fulan.  
Nama Bapak Muhammad bin Abdullah saw
Nama Ibu Khadijah binti Khuailid ra
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah
Jenis Kelamin Laki Laki
Tempat dan Tanggal Wafat Makkah, wafat dalam usia kurang dari setahun

2- Zainab

Nama Zainab
Nama Babak Muhammad bin Abdullah saw
Nama Ibu Khadijah binti Khuilid ra
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah, tahun 23 sebelum Hijrah Nabi saw
Jenis Kelamin Perempuan
Tempat dan Tanggal Pernikahan Makkah
Nama Suami Abul A’sh bin Rabie’ (Anak Halah binti Khuailid, Saudara Siti Khadijah ra)
Nama Anak 1- Ali (Wafat semasih kecil)2- Umamah (Dikawini Imam Ali ra setelah wafat Fatimah ra kemudian dikawini Mughirah bin Naufal setelah Imam Ali ra), dari kedua duannya tidak mendapatkan keturunan
Tempat dan Tanggal Wafat Madinah, Tahun 8 Hijrah. Rasulallah saw sendiri turun ke dalam kuburan disaat pemakaman.
Wafat Pada Usia 31 tahun
Tanda Tanda Istimewa 1- Sabar dalam segala musibah menimpahnya. Rasulallah saw bersabda atas diri Zainab “Sesungguhnya ia adalah sebaik baiknya anakku dalam menerima musibah”.2- Ikut berhijrah bersama Nabi saw.3- Menolak duduk di Makkah dengan suaminya yang belum masuk Islam. Setelah masuk islam tahun 8 Hijrah, Nabi saw mengembalikannya kepada suaminya.

3- Ruqayyah

Nama Ruqayyah
Nama Bapak Muhammad bin Abdullah saw
Nama Ibu Khadijah binti khuailid
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah, tahun 22 Sebelum Hijrah
Jenis Kelamin Perempuan
Tempat dan Tanggal Perkawinan Makkah. Dua kali menikah dengan:1- U’tbah bin Abu Lahab (Masuk islam tahun pembebasan Makkah)2- Ustman bin Affan
Nama Anak Abdullah bin Ustman bin Affan (wafat semasih kecil)
Tempat dan Tanggal Wafat Madinah, tahun 2 Hijrah (wafat dalam usia 24 tahun)
Tanda Tanda Istimewa Mendapatkan pengakuan Nabi saw atas penjagaan Allah terhadap diri dan suaminya Ustman bin Affan saat berhijrah ke Habasyah. Beliau bersabda “Allah telah menjaga Ustman dan keluarganya setelah penjagganNya terhadap Lut as saat berhijrah”

4- Fatimah

Nama Fatimah (Al-Zahra’)
Nama Babak Muhammad bin Abdullah saw
Nama Ibu Khadijah binti Khuilid ra
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah, tahun 18 sebelum Hijrah
Jenis Kelamin Perempuan
Tempat dan Tanggal Perkawinan Madinah, tahun 2 Hijrah
Nama Suami Ali bin Abi Thalib ra
Nama Anak Hasan, Husen, Muhsin (wafat semasih kecil), Ummu Kalstum, Zainab
Tempat dan Tanggal Wafat Madinah, 3 Ramadhan tahun 11 Hijrah
Wafat Pada Usia 29 Tahun
Tanda Tanda Istimewa ”Fatimah adalah bagian dariku, siapa yang menyakitinya berarti menyakitiku, siapa yang membuatnya gembira maka ia telah membahagiakanku.” (Al Hadis).Kata ‘Fatimah’ berasal dari suku kata ‘Fathama’ yang berarti menyapih atau menghentikan atau menjauhkan. Sebuah riwayat menyebutkan, dinamakan ‘Fatimah’ karena Allah ingin menjauhkan putri bungsu Rasulallah saw dari neraka. Dari cintanya Rasulallah kepada Fatimah, belilau selalu menyebut nyebut fatimah sebagai contoh dan perumpamaan, misalnya “ jika anakku Fatimah mencuri, aku akan potong tangannya” hadisth ini menggambarkan bagaimana Rasulallah saw tidak pilihkasih dalam menegakkan hukum agama, sampai sampai ia bersedia memotong tangan anaknya yang paling dicintainya, Fatimah, jika ia mencuri demi untuk menegakkan keadailan.Fatimah juga disebut al-Battul yang berarti memisahkan, karena kenyataannya ia memang terpisah atau berbeda dari wanita-wanita lainnya, baik dari segi keutamaan, agama dan kecantikannya. Ada lagi yang mengatakan, karena ia memisahkan diri dari keduniaan untuk mendekat kepada Allah. Di kalangan suku Quraisy, Fatimah dikenal fasih dan pintar.Fatimah dilahirkan di Makkah tahun 18 sebelum hijrah Nabi saw. Dia adalah putri bungsu Rasulallah saw setelah Zainab, Ruqayah dan Ummu Kaltsum. Saudara laki-lakinya yang tertua Qasim dan Abdullah, meninggal dunia pada usia muda. Fatimah sangat terkenal di dunia Islam, karena ia hidup paling dekat dan paling lama bersama Rasulallah saw. Dari dialah keturunan Rasulallah saw (ahlul Bait) berkembang yang tersebar di hampir semua negri Islam.

Fatimah dinikahkan dengan Ali bin bi Thalib setahun setelah hijrah. Pada waktu itu Tidak sedikit dari orang orang Quraisy yang ingin menikahinya. Ya maklum, selain cantik rupawan, ia adalah perempuan terhormat, anak Rasulullah saw. Dia pernah dilamar oleh Sayyidina Abu Bakar dan Umar, sahabat terdeket Rasulallah saw, namun ditolak secara halus oleh beliau.

Fatimah sangat sederhana dalam berumah tangga dengan imam Ali ra, bahkan sering kekurangan. Beberapa kali ia harus menggadaikan barang-barang keperluan rumah tangga untuk membeli makanan, sampai-sampai kerudungnya pernah digadaikan kepada seorang Yahudi Madinah. Namun demikian, mereka tetap bahagia sebagai suami istri sampai akhir hayat.

Fatimah adalah putri kesayangan Rasulullah saw. Putri yang sangat dicintai Nabi saw. Suatu waktu Rasulallah saw pernah mengatakan kepada imam Ali ra, ”Fatimah adalah bagian dariku, siapa yang menyakitinya berarti menyakitiku, siapa yang membuatnya gembira, maka ia telah membahagiakanku.” Ini dikatakan oleh Rasulullah saw sehubungan dengan keinginan seorang tokoh Quraisy untuk menikahkan anak perempuannya kepada imam Ali ra. Imam Ali tidak menolak tetapi segera dicegah oleh Rasulullah saw.

Pernah Rasulallah saw marah besar ketika mendengar putri beliau, Fathimah ra akan dimadu Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Ketika mendengar rencana itu, Rasulallah saw pun langsung masuk ke masjid dan naik ke atas mimbar, lalu berseru, “Beberapa keluarga Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi aku tidak akan mengizinkan. Sungguh aku tidak izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku, dan aku persilakan mengawini putri mereka. Ketahuilah, putriku itu bagian dariku, apa yang mengganggu perasaannya adalah menggangguku juga, apa yang menyakiti hatinya adalah menyakiti hatiku juga.” Begitulah kurang lebih bunyi hadist Rasulallah saw.

Hadist di atas juga merupakan bukti kuat akan kecintaan Rasulullah saw kepada putri bungsunya. Memang benar Rasulallah saw sangat sayang kepada Fatimah. Sampai sampai waktu sakit keras menjelang wafatnya, beliau tidak henti hentinya menagis karena berat meninggalkan anaknya yang dicintainya.

Fatimah meninggal enam bulan setelah wafatnya Rasulallah saw dalam usia 28 tahun. Merasa ajal sudah dekat, dia membersihkan dirinya, memakai pakaian yang terbaik, memakai wewangian dibantu oleh iparnya, Asma bin Abi Thalib. Sebelum meninggal ia sempat berwasiat. Anda tahu apa wasiatnya? “hanya Ali, suamiku, yang boleh menyentuh tubuhku”.

5- Ummu Kaltsum

Nama Ummu Kalstum
Nama Babak Muhammad bin Abdullah SAW
Nama Ibu Khadijah binti Khuilid ra
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah, Tahun 19 Sebelum Hijrah Nabi saw
Jenis Kelamin Perempuan
Tempat dan Tanggal Perkawinan Menikah dua kali di Makkah dan Madinah
Nama Suami 1- Di Makkah dengan U’taibah bin Abu Lahab (mati musyrik)2- Di Madinah tahun 3 Hijrah dengan Ustman bin Affan ra yang dijuluki Dhun-Nurain karena menikah dengan dua putri Nabi saw
Nama Anak Tidak mendapakan keturunan
Tempat dan Tanggal Wafat Madinah, tahun 9 Hijrah
Wafat Pada Usia 28 tahun
Tanda Tanda Istimewa 1- Menikah dengan sahabat Nabi saw yang mulia Ustman bin Affan ra setelah mati suami pertama U’taibah bin Abi Lahab (kafir)2- Dinikahkan Nabi saw atas perintah Allah. Rasulallah saw bersabda atas dirinya “Aku telah mendapat perintah dari Allah untuk menikahkan putriku Ummu Kalstum dengan Ustman”

6- Abdullah

Nama Abdullah (At-Thayyib atau At-Thahir)
Nama Babak Muhammad bin Abdullah SAW
Nama Ibu Khadijah binti Khuilid ra
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah, lahir sebelum Nabi diutus sebagai Rasul
Jenis Kelamin Laki laki
Tempat dan Tanggal Wafat Makkah, sebelum Nabi saw diutus sebagai Rasul (usianya kurang dari setahun)

7- Ibrahim

Nama Ibrahim  
Nama Babak Muhammad bin Abdullah saw
Nama Ibu Mariya binti Syamun al-Qibthiyyah
Nama Penyusu Ummu Saif
Tempat dan Tanggal Lahir Madinah, Dhul Hijjah tahun 8 Hijrah
Jenis Kelamin      Laki laki
Tempat dan Tanggal Wafat Madinah, tahun 10 Hijrah (wafat dalam usia kurang dari 3 tahun)
Tanda Tanda Istimewa 1- Sangat dicintai Nabi saw2- Diberi nama Ibrahim mengambil barakah dari nama datuk beliau Ibrahim as

 

Istri Istri Nabi

زوجات و سراريه :

زوجاته صلى الله عليه و آله وسلم أحدى عشرة مات منهن في حياته اثنان ، هما خديجة بنت خويلد و زينت بنت خزيمة أم المساكين و توفي صلى الله عليه و آله وسلم عن تسع ، هن : عائشة بنت أبي بكر الصديق و حفصة بن عمر بن الخطاب و أم سلمة بن أمية بن المغيرة و إسمها هند ، و أم حبيبة بنت أبي سفيان بن حرب و أسمها رملة ، و زينب بنت جحش ، و ميمونة بن الحارث الهلالية ، و جويرية بنت الحارث الخزاعية و صفية بنت حيى بن أخطب الإسرائيليسة و سودة بنت زمعة .

سراريه : أربعة مارية القبطية أم أبراهيم و ريحانه بنت يزيد من بني النضير و جارية وهبتها زينب بنت جحش ، و جارية أخرى اسمها زليخا القرظية

ISTRI ISTRI NABI SAW

Rasulallah saw wafat meninggalkan 11 istri. Mereka adalah wanita wanita mulia yang mendapat penghargaan dari beliau dan sangat setia kepada beliau dalam segala hal. Kesetiaan mereka telah terbukti dengan menjadi pendamping Nabi saw dalam suka dan duka. Mereka adalah wanita wanita yang mencintai dan dicintai Nabi saw dan lebih memilih menjadi istri Nabi saw ketimbang dengan harta dan kemewahan dunia. Kisah kisah mereka telah diabadikan dalam Al-Qur’an dengan firman-Nya

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ ِلأَزْوَاجِكَ إِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلاً  وَإِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ اللهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ اْلآخِرَةَ فَإِنَّ اللهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنْكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا.

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: “Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut`ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar.” (al-Ahzab, 28-29).

Mereka termasuk keluarga Nabi saw yang terbaik dan juga merupakan ibu ibu dari seluruh umat Islam (ummahatul mukminin). Oleh karena itu setiap muslim wajib menghormati mereka, mendo’akan dan membacakan shalawat kepada mereka, bukan mencari-cari kesalahan mereka, atau mencuci-maki mereka apalagi melaknat mereka atau mengkafirkan mereka (Naudhubillahi min dhalik). Dari kecintaan Nabi saw terhadap mereka kita dianjurkan untuk memberi shalawat kepada mereka. Hal ini bisa dilihat dari hadits yang diriwatkan dari Abu Humaid al-Sa’idi. Sesungguhnya para sahabat bertanya kepada Rasulullah saw, “Bagaimana cara kami membaca shalawat kepadamu?” Rasulullah saw menjawab, “Bacalah, “Ya Allah mudah-mudahan engkau selalu mencurahkan shalawat kepada Muhammad, istri dan anak cucunya.” (al-Bukhari).

Dari ketinggian derajat mereka disisi Rasulallah kita diharuskan mengetahui siapa istri istri nabi itu? Siapa nama nama mereka dan bagaimana perjuangan mereka dalam mendapingi Nabi saw sebagai istri?

Telah disebut diatas bahwa jumlah istri istri Nabi saw ada sebelas, dua dari mereka wafat disaat beliau masih hidup yaitu: Khadijah binti Khuailid dan Zainab binti Khuzaimah yang dijuluki Umul Masakin, semoga Allah memberikan ridho-Nya kepada mereka.

Adapun yang hidup sampai Rasulallah saw wafat ada 9 istri yaitu, ‘Aisyah binti Abu Bakar Siddiq, Hafshah binti Umar bin Khattab, Ummu Salamah binti Umayyah bin al-Mughirah (dijuluki juga denga nama Hind), Ummu Habibah binti Abi Shufyan bin Harb (dijuluki juga dengan nama Ramlah), Zainab binti Jahsy, Maimunah binti al-Harits al-Hilaliyah, Juwairiyah binti al-Harits al-Khazaiyah, Safiyyah binti hayy bin Akhthab al-Israiliyah (orang yahudi), dan Saudah binti Zam’ah.

Ada lagi 4 istri istri Nabi yang berasal dari budak perempuan Nabi saw yang dimerdekakan yaitu: Mariyah al-Qibthiyah, Raihanah binti Yazid dari Bani al-Nadhir, dan dua orang budak perempan yang nama nama mereka tidak begitu dikenal yaitu seorang budak perempuan yang dihibahkan dari Zainab binti Jahsy, dan seorang budak perempuan lagi yang bernama Zulaikha al-Quradhiyah.

Adapun ringkasan sejarah mereka adalah sbb:

1- Khadijah Binti Khuailid

Nama Khadijah  
Nama Bapak Khuailid bin Asad bin Abdul U’zza’ bin Qushay bin Kilab bin Murrah
Nama Ibu Fatimah binti Zaidah
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah 68 sebelum Hijrah
Tempat dan Tanggal Pernikahan Makkah, tahun 28 sebelum Hijjrah
Mahar 20 unta betina
Status Janda
Tempat dan Tanggal Wafat Makkah, tahun 10 setelah kenabian dinamakan “Tahun Kesedihan”
Lama Perkawinan 25 tahun
Nama Anak dari Nabi saw 1- Zainab2- Al-Qasim3- Ruqayyah

4- Ummu Kalstum

5- Fatimah

6- Abdullah (Al-Thayyib atau Al-Thahir)

Nama Suami Pertama Abu Halah (Nabbasy bin Zararah Al-Tamimi)
Nama Anak dari Suami Pertama 1- Hind  (Masuk Islam)2- Halah (Masuk Islam)
Nama Suami Kedua A’tik bin Abid Al-Makhzumi
Nama Anak  dari Suami Kedua 1- Hind (Masuk Islam)
Tanda Tanda Istimewa Kadijah adalah wanita pertama yang menyambut seruan iman tanpa membantah dan berdebat.Beliau telah mengorbankan seluruh hidupnya, jiwanya, dan hartanya untuk kepentingan dakwah Nabi saw. Rasulallah saw pernah bersabda“Laki laki sempurna banyak sekali, dan tidak ada yang sempurna dari wanita kecuali empat, Mariyam binti I’mran, Asiya istri Firaun, Khadijah binti Khuailid dan Fatimah binti Muhammad”

Kadijah adalah Istri pertama dan tercinta yang tidak pernah dimadu. Rasulallah saw sangat mencintai istrinya Khadijah. Kisah cinta beliau dengan Khadijah ra adalah kisah cinta paling setia sepanjang sejarah umat. Tidak bisa dibandingkan dengan kisah cinta Qais dan laila atau kisah cinta Romeo dan Juliet, karena kisah ini tidak hanya berakhir dengan perkawinan kemudian menghilang tanpa bekas, atau berakhir dengan berumah tangga kemudian melanglangbuana tanpa arah. Akan tetapi kisah cinta Rasulallah saw dengan siti khadijah adalah kisah yang tidak putus dan tidak pernah putus walaupun salah satu dari insan itu sudah meninggal dunia.

Maka kisah cinta beliau dan istrinya Khadijah adalah kisah cinta yang paling agung, cinta yang paling suci, kisah cinta yang paling sejati, cinta yang luar biasa yang terus belanjut walaupun siti Khadijah telah pulang ke rahmatullah.

Kisah cinta beliau dengan istrinya Khadijah pernah berkisah, yaitu setelah merebut kota kelahiranya, Makkah, beliau ditawarkan penduduk agar tinggal di rumah rumah mereka. Akan tetapi beliau menolak dan menyarankan para sahabat agar segera mendirikan kemah di muka kuburan istrinya, Khadijah ra. Beliau berseru: “Dirikanlah bagiku kemah di muka kuburan Khadijah”. Begitulah kecintaan Rasul saw terhadap istrinya, Khahdijah ra.

Di lain kisah, pernah setelah penaklukan kota Makkah, banyak suku Quraisy yang datang mengelilingi Rasulallah saw, mereka datang untuk meminta maaf kepadanya. Kaum Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan datang menghampirinnya. Tiba tiba saja beliau melihat seorang nenek tua datang terbungkuk bungkuk ingin menemui beliau. Begitu melihat nenek tadi, beliau segera meninggalkan rombongan kaum Quraisy yang ada di sekelilingnya dan langsung berdiri menyambut kedatangannya. Beliau duduk di samping nenek tua tadi dan diajaknya berbicara dan bercerita. Kelihatanya begitu akrab Rasulallah saw dengannya. Tidak sedikit waktu yang diluangkan untuk berbincang bincang denganya.

Melihat kejadian itu A’isyah ra bertanya kepada beliau: “Siapa gerangan nenek tua tadi wahai Rasulallah?”. Beliaupun menjawab “Ia adalah sahabat akrab Khadijah”. A’isyah kembali berkata: Apa yang engkau bicarakan denganya wahai Rasulallah? Beliau menjawab “Kami membicarakan hari hari indah bersama Khadijah”. Ketika itu timbulah raca cemburu dalam diri A’isyah, lalu ia berkata “Apakah engkau masih mengingat ngingat orang tua yang sudah menjadi tanah itu. Sedangkan Allah telah menggatinya dengan yang lebih baik?”. Rasulallah marah besar dan nampak jelas kemarahannya dari raut muka beliau, lalu berkata “Demi Allah, Dia tidak pernah menggantinya dengan seorang perempuan yang lebih baik darinya”. Kemudian Rasulallah menyebut jasa jasa baik Khadijah terhadap beliau dan Agama Islam. A’isyah merasa bersalah, lalu dia berkata “Mintailah ampunan bagiku wahai Rasulallah”. Lalu beliau menjawab “Mintalah maaf kepada Khadijah, baru aku akan memintakan ampun bagimu”. (hadist Bukhari)

Jelasnya, bahwa jasa Khadijah ra yang besar pada risalah nubuwwah dan kemuliaan akhlaknya sangat membekas di hati suaminya, Rasulallah saw, sehingga beliau selalu menyebut nyebut kebaikanya walupun ia telah wafat. Makanya tak heran jika Allah telah menyampaikan salam khususNya untuk Khadijah ra melalui perantaraan Jibril as kepada Rasulallah saw disertai kabar gembira “Aku telah sediakan baginya rumah di surga yang dibuat dari emas yang tiada kesusahan baginya atau kepayahaan”

2- Zainab binti Khuzaimah yang dijuluki Umul Masakin

Nama Zainab  Ummul Masakin (Ibu orang orang miskin)
Nama Bapak Khuzaimah bin Al-Harist bin Abdullah
Nama Ibu Hind binti A’uf
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah, tahun 26 sebelum hijrah
Tempat dan Tanggal Pernikahan Madinah, Ramadhan 3 Hijrah
Status Janda
Mahar 400 Dirham
Lama Perkawinan 8 Bulan
Sebab Perkawinan Menghormati suaminya pertama, Abdullah bin Jahsy, saudara susu Nabi saw yang mati syahid dalam peperangan Uhud
Nama Suami Pertama Abdullah bin Jahsy, saudara susu Nabi saw. dikarunia 4 anak darinya
Nama Anak dari Nabi Tidak dikaruniai keturunan
Tempat dan Tanggal Wafat Madinah, Rabiul Akhir tahun 4 Hijrah, dan Nabi saw masih hidup.
Tanda Tanda Istimewa 1- Senang bersadakah dan memberi makan orang miskin, makanya dijuluki Ummul Masakin (Ibu orang orang miskin)2- Ia saudaranya istri Nabi Maimunah binti Harist dari ibu3- Istri pertama yang wafat sebelum wafatnya Nabi

3- ‘Aisyah Binti Abu Bakar Siddiq

Nama A’isyah  
Nama Bapak Abu Bakar Assiddiq
Nama Ibu Zainab binti Abdu Dahman (Ummu Ruman)
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah, tahun 9 sebelum Hijrah
Tempat dan Tanggal Pernikahan Madinah, tahun pertama Hijrah
Mahar 400 Dirham
Setatus Perawan
Lama Perkawinan 11 Tahun
Sebab Perkawinan 1- Memperkuat hubungan Nabi saw dengan sahabat pertama Abu Bakkar Assiddiq ra . 2- Diangkat sebagai wakil Nabi bagi wanita dalam memberi penerangan ilmu agama. Para sahabat Nabi saw menyakinkan bahwa tidak ada satu masalah apapun yang ditanya A’isyah kecuali mereka mendapatkan jawaban darinya.
Tempat dan Tanggal Wafat Madinah, Ramadhan 58 Hijrah
Nama Anak dari Nabi Tidak dikaruniai keturunan
Tanda Tanda Istimewa 1- Satu satunya perawan yang dikawini Nabi saw.2- Pintar dan banyak membawakan hadist Nabi saw.3- Dijuluki Ummu Abdullah oleh Nabi saw karena kecintaannya kepada Abdullah bin Zubair, anak saudara perempuan A’isyah ra.

4- Turun baginya ayat ifik (tersebarnya berita bohong tentang dirinya) – lihat surat An-Nur 11,12 dan terjemahannya.

4- Hafshah Binti Umar Bin al-Khattab

Nama Hafshah  
Nama Bapak Umar bin Khattab
Nama Ibu Zainab binti Madhu’n
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah, tahun 18 sebelum Hijrah Nabi
Tempat dan Tanggal Pernikahan Madinah, Tahun 3 Hijrah
Mahar Xxx
Status Janda
Lama Perkawinan 8 Tahun
Sebab Perkawinan 1- Memperkuat hubungan Nabi saw dengan sahabat kedua Umar bin Khattab ra2- Menghormati suami pertama Khunais bin Hudhafah yang mati syahid dalam peperangan Uhud
Tempat dan Tanggal Wafat Madinah, Tahun 41 Hijrah
Nama Anak dari Nabi Tidak dikaruniai keturunan
Nama Suami Pertama Khunais bin Hudhafah mati syahid dalam peperangan Uhud
Tanda Tanda Istimewa 1- Sastrawan unggul2- Selalu puasa dan sholat malam.3- Pernah diputus Nabi saw kemudian Jibril datang kepada beliau lalu berkata “Kembalilah kamu wahai Muhammad kepada Hafshah sesungguhnya ia wanita yang selalu puasa dan bangun malam, sesungguhnya ia istrimu di surga”

3- Penjaga Mushhaf pertama (Al-Quran) yang dikumpulkan Abu Bakar Siddik ra di rumahnya

5- Ummu Salamah Binti Umayyah Bin Al-Mughirah (Hind)

Nama Hind atau Ummu Salamah Al-Makhzumiyah
Nama Bapak Abi Umayyah (Hudhaifah bin Al-Mughirah)
Nama Ibu A’tikah binti A’mir
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah, tahun 30 sebelum Hijrah Nabi
Tempat dan Tanggal Pernikahan Madinah, tahun 4 Hijrah
Status Janda
Mahar Perabotan rumah tangga
Lama Perkawinan 7 Tahun
Sebab Perkawinan 1- Menghormati suaminya Abi Umayyah saudara susu Nabi saw yang telah wafat2- Mengikat hubungan tali persaudaraan dengan bapaknya ketua suku Quraisy terbesar dari Bani Makhzum
Nama Suami Pertama Abu Salamah Abdullah bin Abul Asad, saudara susu dan anak bibi Nabi saw yang berhijrah ke Habasyah dan Madinah.
Nama Anak dari Nabi Tidak dikaruniai keturunan
Tempat dan Tanggal Wafat Madinah, Syawal 61 Hijrah.
Tanda Tanda Istimewa 1- Wanita pertama yang berhijrah ke Habasyah2- Wanita pertama yang masuk ke Madinah dengan unta berkamar (Houdaj)3- Cantik, Cerdik dan berakal. Nabi saw selalu menghargai ide-idenya diantaranya saat perjanjian Al- Hudaibiyah. Sahamnya terhadap da’wah Nabi saw sangat besar.

4- Ia adalah anak paman Khalid bin Walid dan saudara susu A’mmar bin yasir

5- Ketika turun ayat “Innama Yuridullah Liyudhiba A’nkumurijsa Ahlalbait” di rumahnya, iapun berkata “Wahai Rasulallah apakah aku termasuk Ahlul Bait?” Rasulallah saw menjawab “Betul insyallah”

6- Umu Habibah Binti Abi Sufyan bin Harb (Ramlah)

Nama Ramlah (Ummu Habibah)
Nama Babak Abu Sufyan bin Harb
Nama Ibu Shafiyyah binti abil ‘Ash
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah, tahun 30 sebelum Hijrah Nabi saw
Tempat dan Tanggal Pernikahan Madinah, Tahun 7 Hijrah
Status Janda
Mahar 400 Dinar dibayar oleh raja An-Najasyi (Ethiopia)
Lama Perkawinan 4 Tahun
Sebab Perkawinan 1- Membuat hubungan baik dengan Abu Sufyan pemimpin Qurasy Makkah yang memusuhi Nabi saw. Mendengar berita perkawinan Nabi saw dengan putrinya, Abu Sufyan merasa bangga. Ia berkata “Ia (Muhammad) adalah kuda pacu yang tidak pernah menundukan hidungnya ke tanah (sangat mulia)”.2- Membalas jasa Ramlah yang telah berhijrah ke Habasyah hingga wafat suaminya.
Nama Suami Pertama Ubaidillah bin Jahsy
Nama Anak dari Nabi Tidak dikaruniai keturunan
Tempat dan Tanggal Wafat Madinah, Tahun 44 Hijrah
Tanda Tanda Istimewa 1- Sabar dan banyak membawa keberkahan2- Ikut berhijrah ke Habasyah (Ethiopia) bersama sama suaminya Ubaidillah yang masuk agama Kristen dan mati di sana.3- Dilamar Nabi saw dengan mahar 400 dinar yang dibayar oleh Raja Habasyah (Ethiopia) sebagai hadiah darinya.

7- Zainab Binti Jahsy

Nama Zainab atau Ummul Masakin kedua (Ibu orang orang Miskin kedua), dijuluki juga Ummul Hakam
Nama Babak Jahsy bin Riab
Nama Ibu Umaimah binti Abdul Muthalib (Bibi Nabi saw)
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah, tahun 30 sebelum Hijrah Nabi saw
Tempat dan Tanggal Perkawinan Madinah, Tahun 5 Hijrah
Status Janda
Mahar 400 Dirham
Lama Perkawinan 6 Tahun
Sebab Perkawinan Dikawini atas perintah dari Allah demi untuk membatalkan hukum “Attabanni” atau pengangkatan anak setelah ditalak oleh anakangkat Nabi saw Zed  bin Haristah. Lihat surat Al-Ahzab 37 dan terjemahannya
Nama Suami Pertama Zed bin Haristah
Nama Anak dari Nabi Tidak dikaruniai keturunan
Tempat dan Tanggal Wafat Madinah, Tahun 20 Hijrah
Tanda Tanda Istimewa 1- Pengiba, suka bersedekah, dijuluki Ibu orang orang miskin kedua. 2- Istri yang bangga karna dinikahi Nabi saw atas pernitah Allah

8- Maimunah Binti Al-Harits Al-Hilaliyah

Nama Maimunah (Nama Asalnya Burrah, diganti Nabi saw menjadi Maimunah)
Nama Babak Harist bin Huzn Al-Hilali
Nama Ibu Hind bint A’uf
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah, Tahun 18 sebelum Hijrah
Tempat dan Tanggal Pernikahan Kampung Saraf dekat Makkah, tahun 7 Hijrah
Status Janda
Mahar 400 Dirham
Lama Perkawinan 5 Tahun
Sebab Perkawinan 1- Membuat hubungan kekeluargaan dengan kabilah Al-Hilali (kabilah menengah).2- Diriwayatkan perkawinanya dirayakan di kampung Saraf dekat kota Makkah dan diundang semua pamong peraja Quraisy untuk menghadirinya. Mereka merasa bangga sehingga selalu disebut-sebut  “Mantu kami Muhammad”
Nama Suami Pertama 1- Masu’d bin A’mr bin Umair As-Staqafi (Ditalak)2- Abu Rihim bin Abdul U’zza Al-A’miri (Bercerai Mati)
Nama Anak dari Nabi Tidak dikaruniai keturunan
Tempat dan Tanggal Wafat Makkah, Tahun 51 Hijrah
Tanda Tanda Istimewa 1- Senang bersilaturahim dengan keluarga dan banyak bertakwa kepada Allah.2- Rasulallah saw bersabda “Wanita yang beriman ialah Maimunah istri Nabi, saudara saudaranya adalah Ummu Fadhl binti Harist, Salma binti Harist istri Hamzah dan Asma’ binti U’mais saudaranya dari ibu”

9- Juairiyah Binti Al-Harits Al-Khuza’iyyah

Nama Juairiyah (Yahudi)
Nama Babak Harist bin Abi Dhirar
Nama Ibu Xxx
Tempat dan Tanggal Lahir Tahun 16 sebelum Hijrah
Tempat dan Tanggal Pernikahan Tahun 5 Hijrah (Setelah Peperangan Bani Al-Mushtaliq)
Status Janda
Mahar 400 Dirham
Lama Perkawinan 6 Tahun
Sebab Perkawinan Ia anak perempuan pemimpin Yahudi dari Bani Al-Mushtaliq yang ditawan. Rasulallah saw memberikan dua pilihan untuk pembebasannya, membayar upeti atau dikawini Nabi saw. Ia memilih dikawininya. Kemudian seluruh tawanan Bani Al-Mushtaliq dibebaskan karena hubungan beliau dengan pimpinanya menjadi kekeluargaan (mertua Nabi)
Nama Suami Pertama Musafih bin Shafwan
Nama Anak dari Nabi Tidak dikaruniai keturunan
Tempat dan Tanggal Wafat Madinah, Tahun 56 Hijrah
Tanda Tanda Istimewa 1- Senang berpuasa dan beribadah2- Membawa keberkahan bagi kaumnya karena hubunganya dengan Nabi saw sebagai istri. A’isyah ra berkata “Aku tidak mendapatkan wanita yang membawa keberkahan bagi kaumya selain Juairiyah”

10- Shafiyyah Binti Hayy Bin Akhthab al-Israiliyah

Nama Shafiyyah (Yahudi)
Nama Babak Hayy bin Akhthab
Nama Ibu Burrah binti Samual
Tempat dan Tanggal Lahir Khaibar, Tahun 10 sebelum Hijrah Nabi saw
Tempat dan Tanggal Pernikahan Saat kembalinya dari Khaibar, Tahun 7 Hijrah
Status Janda
Mahar Pembebasan dari tawanan Khaibar
Lama Perkawinan 4 Tahun
Sebab Perkawinan Ia anak perempuan pemimpin Yahudi dari Bani Nadhir yang ditawan. Rasulallah memberikan dua pilihan, dibebaskanya dari tawanan atau dinikahi Nabi saw. Ia memilih dinikahinya. Setelah dinikahi seluruh tawanan Bani Nadhir diberikan otoriti untuk tetap tinggal di Khaibar .
Nama Suami 1- Salam bin Musykam2- Kinanah bin Rabie’Kedua duanya sastrawan besar Yahudi
Nama Anak dari Nabi Tidak dikaruniai keturunan
Tempat dan Tanggal Wafat Madinah, Tahun 50 Hijrah
Tanda Tanda Istimewa 1- Benar, bijaksana dan dipercaya2- Membela Khalifah Ustman di saat pengepungan orang orang pemberontak yang ingin membunuhnya, Ia membawa makanan dan minuman baginya3- Setelah perselisihan faham dengan A’isyah ra dan Hafshah ra ia mengadukan halnya kepada Nabi saw. Beliau pun bersabda ”Ya Shafiyyah! Katakanlah kepada A’isyah dan Hafshah bagaimana mereka lebih mulia darimu sedang suamimu Muhammad, bapakmu nabi Harun dan pamanmu nabi Musa”

11- Saudah Binti Zam’ah

Nama Saudah (Al-A’miriyah)
Nama Babak Zam’ah bin Qais bin Abdu Syamsy
Nama Ibu Syumusy binti Qais bin Zaid
Tempat dan Tanggal Lahir Makkah 68 Sebelum Hijrah
Tempat dan Tanggal Pernikahan Makkah, 3 sebelum Hijrah
Status Janda tua, tidak cantik, dan memiliki 5 anak
Mahar Tidak ada
Lama Perkawinan 14 Tahun
Sebab Perkawinan Kedua Dilamar setelah wafat Khadijah ra untuk mengurus putra putri Nabi saw. Ia tua seusia Khadijah, istri Nabi, dan pula tidak cantik
Nama Anak dari Nabi Tidak dikaruniai keturunan
Nama Suami Pertama Sakran bin A’mr, ikut berhijrah ke Habasyah
Tanda Tanda Istimewa 1- Istri kedua setelah wafat Khadijah ra.2- Tidak menolak permintaan Nabi mengawininya. Ia berkata “Wahai Rasulallah aku tidak berkehendak untuk kawin lagi, tapi aku ingin dibangkitkan di Hari Kiamat bersama istrimu dan mendapat pahala yang sama dengannya”3- Senang bercanda. Pernah Ia berkata “Wahai Rasulallah aku sholat malam di belakangmu, sewaktu ruku’ aku pegang hidungku takut keluar darah karna ruku’mu terlalu lama”.  Rasulallah swa tertawa.

Istri istri Nabi saw dari budak perempuan:

1- Mariyah Al-Qibthiyyah

Nama Mariya  
Nama Babak Syamu’n
Nama Ibu Xxx
Tempat dan Tanggal Lahir Asiyut, Mesir
Tempat dan Tanggal Pernikahan Madinah, Tahun 7 Hijrah
Status Janda
Mahar didatangi dari Mesir sebagai hadiah dari Raja Muqauqis untuk Nabi saw
Lama Perkawinan 4 Tahun
Sebab Perkawinan 1- Satu satunya budak belian, setelah dimerdekanan, menjadi istri Nabi saw dan mendapat keturunan darinya.2- Menghapus perbudakan3- Ia sebagai hadiah dari raja Mesir Muqauqis untuk Nabi saw
Nama Suami Pertama Xxx
Nama Anak dari Nabi saw Ibrahim
Tempat dan Tanggal Wafat Madinah, Tahun 16 Hijrah
Tanda Tanda Istimewa 1- Dicintai Nabi saw, kecintaan ini tercermin dari sabda beliau “Sesungguhnya kamu akan membuka negeri Mesir, negeri yang dinamai Al-Qirath (Al-Qibth), jika kamu memasukinya berbuat baiklah kepada penduduknya sesungguhnya bagi mereka keselamatan dan kekeluargaan (sher)2- Dikaruniai putra yang diberi nama Ibrahim (wafat semasih kecil)

Dan istri istri Nabi saw yang lainya dari budak perempuan yaitu Raihanah Binti Yazid dari bani al-Nadhir, juga seorang budak perempuan yang dihibahkan kepada Nabi saw dari Zainab Binti Jahsy dan satu lagi seorang budak perempuan yang bernama Zulaikha al-Quradhiyah. Selain Mariya Al-Qibthiyyah, istri istri Nabi saw yang dari budak perempuan lainnya tidak begitu dikenal.

Hikmah Nabi Berpoligami

Hikmah Dan Atsar

Banyak musuh musuh Islam menggembor-gemborkan bahwa Nabi saw berpoligami karena menuruti hawa nafsu dan haus terhadap lawan jenisnya. Mereka menutup mata dan tidak mengetahui kenapa dan apa hikmahnya Nabi saw berpoligami. Setelah membaca ringkasan biografi istri istri Nabi saw yang tertulis diatas, ada beberpa poin penting yang perlu diketahi dari hikmah beliau bepoligami:

– Semua istri istri Nabi saw adalah janda kecuali siti ’Aisyah ra. Pernikahan beliau dengan wanita-wanita janda perang dan janda yang telah memasuki usia tua merupakan bukti yang sangat jelas bahwa Nabi saw adalah manusia yang sangat jauh dari keinginan untuk bersenang-senang dengan memenuhi kebutuhan biologis semata.

– Yang sangat perlu diketahui bahwa Nabi saw berpoligami 10 tahun sebelum beliau wafat, atau di hari hari akhir hayat beliau. Disaat siti khadijah istri beliau masih hidup beliau tidak melakukan poligami.

– Pernikahan Nabi saw semata-mata didasari faktor agama dan merupakan suatu hikmah, bukan untuk kepentingan dunia atau menuruti hawa nafsu.

– Pernikahan Nabi saw pula untuk memperkuat dan menyebarkan dakwah demi kebaikan islam, bukan untuk bersenang-senang. Pernikahan Nabi saw sengaja dilakukan oleh Nabi demi untuk menambah keakraban dengan orang orang yang sangat dekat di hati beliau, seperti perkawinan beliau dengan siti ’Aisyah puteri Abu Bakar Siddik ra dan perkawinan beliau dengan Hafsha putri Umar bin Khattab. Hal ini dilakukannya demi untuk menambah kecintaan mereka yang sangat dicintai Nabi saw.

– Pernikahan Nabi saw  bertujuan untuk melunakkan hati orang-orang menerima agama Islam dari tawanan perang, seperti perkawinan beliau dengan Syafiyyah binti Hayy dan Juairiyah binti al-Harits. Sehingga para tawanan tersebut membuka peluang untuk masuk Islam, dan selanjutnya berdiri dalam barisan pengibar serta pembela panji-panji Islam.

– Dan masih banyak lagi hikmah hikmah yang tidak bisa diketahui kenapa nabi bepoligami. Yang penting tujuan nabi berpoli gami bukan untuk kepentingan dunia dan untuk bersenang senang atau memenuhi kebutuhan biolgois semata mata.

MU’JIZAT

 

Al-Qur’an

خصائص نبينا : خص الله نبينا محمدا صلى الله عليه وآله وسلم بخصائص منها المعجزات الكثيرة كالقرآن العظيم معجزالبشر و هو أعظم معجزاته و أدومها لبقائه الى يوم القيامة ، و انشقاق القمر و تسليم الحجر و الشجر و تسبيح الحصى في كفه و حنين الجذع  و منها كونه خاتم الأنبياء و منها كونه مبعوثا الى كافة الخلق و منها كومه شرعه ناسخا لشرع من قبله و غيرذلك .

Allah telah memberikan kepada Rasulallah saw dengan kelebihan dan keistimewaan yang luar biasa yang tidak diberikan kepada makhluk makhluk lainnya, diantaranya:

MUKJIZAT NABI SAW

Dalam Islam, mukjizat mukjizat Nabi saw banyak sekali, baik sebelum beliau diutus menjadi nabi atau sesudahnya. Hal ini terbukti dalam hadits yang menceritakan kebesaran mukjizat Nabi saw. Adapun mukjizat Nabi saw yang terbesar adalah Al-Qur’an. Selain itu, Nabi saw juga diyakini pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam di Mekkah dan melakukan Isra’ dan Mi’raj yang dilakukan Nabi saw dalam masa tidak sampai satu hari. Selain itu ada lagi mukjizat mukjizat lainya seperti, batu dan pohon memberi salam kepada Nabi saw, kerikil bertasbih di tangan Nabi saw, batang pohon kurma meratap kepada Nabi saw, juga Nabi saw merupakan penutup para nabi dan rasul, dan diutus untuk alam semesta, ajaran beliau menghapus ajaran ajaran sebelumnya yang dibawa para nabi dan rasul.

Beberpa Mukjizat Nabi saw yang terpenting diantaranya:

Al-QUR’AN

Telah disebut dalam pelajaran sebelumnya bahwa Mu’jizat terbesar yang diberikan kepada rasul terakhir Muhammad saw yaitu berupa al-Qur’anul Karim, kitab suci agama islam yang akan terjaga keasliannya hingga akhir zaman. Susunan bahasa dan gaya sastra al-qur’an yang tinggi menjadi bukti kuat jika ayat ayat dalam al-Qur’an bukanlah buatan manusia melainkan wahyu Allah.

Seperti telah disebutkan sebelumnya mukjizat diambil dari bahasa Arab a’jaza-y’ujizu yang berarti melemahkan, mengalahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya atau yang bisa melemahkan sesuatu itu dinamakan mukjizat atau pihak yang mampu melemahkan pihak lain dan mampu membuat lawannya lemah atau kalah, dinamakan mukjizat.

Atau dalam istilah lainya mukjizat adalah suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang nabi atau rasul, dijadikan sebagai bukti kenabian atau kerasulannya yang bisa melemahkan orang-orang yang ragu dengan apa yang telah dibawanya. Jadi mukjizat adalah hal yang tidak masuk akal dan tidak bisa dipelajari dan dibahas kenapa hal itu bisa terjadi. Mukjizat wajib diimani oleh setiap muslim yang didengar melalui ikhbariat – al-Qur’an dan Hadits.

Para nabi dan rasul sebelum Rasulallah saw  telah diberikan kepada mereka bermacam mancam mukjizah sesuai dengan keadaan dan tantangan pada zaman mereka. Tapi mukjizat mukjizat itu hanya berlaku pada masa itu atau tidak bersifat kekal.

Contohnya, perahu nabi Nuh as bisa selamat dari bahaya tsunami dan ombak yang dahsyat. Nabi Ibrahim as tidak hangus terbakar dan bisa selamat hidup di dalam kobaran api. Tongkat nabi Musa as bisa berubah menjadi ular dan menelan semua ular ular tukang sihir. Nabi Isa as bisa menyembuhkan penyakit, menghidupkan orang mati, bisa berbicara sewaktu bayi. Dan masih banyak lagi mukjizat mukjizat para nabi dan rasul yang diberikan Allah kepada mereka tapi bersifat sementara, tidak kekal dan berlaku pada masa dan tempat mereka berada dan berakhir dengan wafatnya mereka.

Berlainan dengan dengan mukjizat al-Qur’an yang diturukan kepada Rasulallah saw. Mukjizat beliau yang berupa al-Qur’an tidak dibatasi oleh tempat dan masa tertentu. Mukjizat beliau berlaku untuk setiap tempat dan masa, dapat dijangkau oleh setiap manusia yang menggunakan akal di mana saja dan kapan saja.

Al-Qur’an merupakan mu’jizat yang bersifat kekal tidak pernah punah, berbeda dengan mu’jizat para nabi dan rasul sebelumnya. Al-Qur’an adalah mu’jizat ilmiah yang mencakup semua urusan manusia dunia dan akhirat. (lihat pembahasan al-Qur’an pada pelajaran sebelumnya)

Al-Qur’an adalah kitab suci yang wajib diimani dan diyakini dengan keyakinan yang kuat akan kesuciannya. Berlainan dengan kitab kitab suci sebelumnya, Al-Quran diturunkan Allah swt.kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril as itu tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun yang terdiri dari 30 juz. Wahyu pertama berupa surat Al-‘Alaq ayat 1-5, diturunkan di gua Hira’ ketika Nabi saw sedang berkhalawat atau menyendiri. Pada saat itu pula beliau dinobatkan sabagai Rasulullah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada seluruh umat.  

Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah surat al-Maidah ayat 3, ”Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.”.  Ayat tersebut turun pada Rasulallah saw ketika melakukan haji wada’ kemudian setelah menerima wahyu tersebut beliau wafat.

Al-Quran diturunkan kepada Nabi saw untuk menghapus syari’at yang tertera dalam kitab-kitab terdahulu. Ia merupakan kitab suci terlengkap dan abadi sepanjang masa, berlaku bagi semua umat manusia sampai akhir zaman, serta pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupan didunia agar tercapai kebahagiaan diakhirat.

Al-Qur’an tidak diragukan lagi kebenaran dan keasliannya, terperihara dari mulai diturunkan sampai masa yang tidak bisa ditentukan. Para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah saw dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

Penulisan Al-Qu’an dalam bentuk teks sudah dimulai sejak zaman Nabi saw, tapi sangat rare dan jarang didapatkan, karena pada zaman itu mereka kebanyaknya mengandalkan kepada hafalan bukan kepada tulisan. Kemudian sedikit demi sedikit mulai didapatkan perobahan Al-Qur’an dari hafalan ke tulisan dan perobahan Al-Qur’an menjadi teks terus dijumpai dan dilakukan sampai pada zaman khalifah Utsman bin Affan ra.

Pada masa ketika Rasulallah saw masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur’an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Ka’ab. Sahabat yang lain juga secara diam diam menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, dll. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah wahyu diturunkan.

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar ra, terjadi beberapa pertempuran diantaranya perang yang dikenal dengan nama perang Ridda yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur’an dalam jumlah yang tidak terhitung. Umar bin Khattab ra pada saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Khalifah Abu Bakar ra untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur’an yang saat itu tersebar di antara para sahabat, penghapal Al-Qur’an. Lalu Abu Bakar ra memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk membuat lajnah pengumpulan Al-Qur’an yang mengorganisai pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur’an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Khalifah Abu Bakar ra. Abu Bakar ra menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf pertama itu berpindah kepada Umar bin Khattab ra sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya diserahkan dan dipegang oleh anaknya Hafsah yang juga istri Nabi saw.

Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, Islam semakin tersebar luas ke suluruh penjuru, dan terjadilah perbedaan dialek (lahjah) antara suku yang berasal dari daerah dan negara berbeda beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijaksanaan untuk membuat keseragaman dalam cara membaca Al-Qur’an (qira’at). Lalu ia mengirim utusan kepada Hafsah binti Umar ra untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Ia memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurahman bin Al-Harists bin Hisyam. Ia memerintahkan agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika terjadi perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al-Qur’an turun dalam dialek bahasa mereka.

Maka terbentuklah sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah). Standar tersebut kemudian dikenal dengan istilah Mushaf Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Besamaan dengan keluarnya penyamaan dengan standar yang dihasilkan, maka khalifah Ustman ra memerintahkan seluruh mushaf yang berbeda untuk dimusnahkan. Hal ini demi untuk mencegah perselisihan di antara umat islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur’an. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah.

Dari keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati dan disetujui oleh para sahabat. Hal ini agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. Al-Hijr 9

Membelah Bulan

MEMBELAH BULAN

Apa mungkin terjadi?

Hadits di bawah ini insyallah bisa menyempurnakan keyakinan dan keimanan kita terhadap kekuasan Allah yang diberikan kepada Rasul-Nya, Muhammad bin Abdillah saw.

Dalam Bukhari bab Manaqib dari Anas bin Malik dan Muslim Bab sifat al-qiamah, al-jannah Wa an-Nar dari Anas bin Malik, juga dalam kitab kitab hadits yang terkenal lainnya, diriwayatkan bahwa sebelum Rasulullah saw berhijrah ke Madinah, tokoh tokoh kafir Quraisy berkumpul seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah dan lain lainnya. Mereka berkumpul meminta kepada Nabi saw hal yang mustahil bisa terjadi menurut keyakinan mereka dan bisa melemahkan kedudukan beliau sebagai Nabi. Mereka meminta kepada Nabi saw untuk membelah bulan. Hal yang tidak masuk akal bukan? Mereka berkata, “Ya Muhammad, seandainya kamu benar benar seorang nabi, maka belahlah bulan menjadi dua”. Rasulullah saw berkata kepada mereka, “Apakah kalian akan masuk Islam jika aku sanggup melakukannya?” Mereka menjawab, “Ya.”.

Lalu Rasulullah saw berdoa kepada Allah agar bulan terbelah menjadi dua. Rasulullah saw memberi isyarat dengan jarinya, maka bulanpun terbelah menjadi dua. Subahanallah. Selanjutnya sambil menyebut nama setiap orang kafir yang hadir, Rasulullah saw berkata, “Hai Fulan, bersaksilah kamu. Hai Fulan, bersaksilah kamu.” .

Demikian jarak belahan bulan itu cukup jauh sehingga gunung Hira nampak berada diantara keduanya. Menurut sebagain riwayat bulan terbelah menjadi dua belahan, belahan pertama berada di jabal Abi Qubais dan sebelah lagi berjalan ke arah jabal Qauqu’an. Kemudian kedua belan bulan itu kembali bersatu. Akan tetapi orang2 kafir yang hadir berkata, “Ini sihir!” padahal semua orang yang hadir menyaksikan pembelahan bulan tersebut dengan mata telanjang..

Atas peristiwa ini Allah menurunkan ayat Al Qur’an: ” Telah dekat saat itu (datangnya kiamat) dan bulan telah terbelah. Dan jika orang2 (kafir) menyaksikan suatu tanda (mukjizat), mereka mengingkarinya dan mengatakan bahwa itu adalah sihir.” (Al Qomar, 1-2)

Terbelahnya bulan menjadi dua bagian dan disaksikan oleh kafir quraisy dan disebut dalam Al-Qur’an dan hadits, merupakan mukjizat atau sesuatu yang tidak masuk akal manusia bisa, yang diberikan kepada Nabi saw dan benar benar terjadi. Ini merupakan sebagai bukti atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana telah diberikan kepada para nabi dan rasul sebelumnya.

Seandainya mukjizat ini tidak disaksikan oleh setiap orang yang melihatnya dan seandainya hal itu tidak tertulis di dalam kitab Allah dan hadits2 Rasulullah saw, maka sudah barang tentu hal tersebut bisa diragukan kebenarnya. Tapi kita sebagi muslim wajib mempercayinya dengan kepercayaan yang kuat dengan apa apa yang telah tertulis dalam al-Qur’an dan telah disebut dalam hadits Nabi saw

Isra’ Mi’raj

ISRA’ MI’RAJ

Salah satu mukjizat Nabi saw yang terbesar adalah Isra’ dan Mi’raj. Hal ini merupakan kejadian yang luar biasa yang tidak bisa masuk akal manusia biasa tapi harus diyakini dan diimani oleh setiap muslim dengan keimanan yang benar. Kejadian luar biasa ini telah dialamai Nabi saw setahun sebelum beliau hijrah ke Madinah, yaitu tepatnya pada tanggal 27 Rajab setahun sebelum Hijrah Nabi.

Isra’ berasal dari asra’ yusri artinya berjalan di waktu malam. Jadi isra’ adalah perjalanan Nabi saw di malam hari dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Sedangkan mi’raj berasal dari ’araja ya’ruju artinya naik. Jadi arti mi’raj bagi Rasul saw adalah naik ke langit sampai ke langit yang ketujuh bahkan ke tempat yang paling tinggi yaitu Sidrah al-Muntaha. Kejadian ini telah diabadikan dalam al-Qur’an di dalam surat al-Isra’.

Kejadian Isra’ dan Mi’raj merupakan rihlah ruhaniyah dan jasadiah atau perjalanan ruh dan jasad Nabi saw karena selama dalam perjalanan beliau banyak menyaksikan kejadian-kejadian luar biasa, pelajaran yang sangat berguna untuk membina beliau menjadi seorang nabi dan rasul. Jadi kejadian Isra’ Mi’raj Nabi saw bukan sekedar mimpi atau dilakukan oleh ruh Nabi saw. Tapi kejadian ini dialami Nabi saw dengan jasad dan ruh dan beliau dalam keadaan sadar bukan tidur. Ini pendapat sebagian besar ulama.

Setelah melakukan isra’ mi’raj, Nabi saw kemudian menceritakan kejadian tersebut kepada kaum Quraisy Mekkah. Tentu peristiwa ini menjadi bahan tertawaan mereka,   tidak seorangpun percaya, bahkan yang sudah masuk islam pada saat itu banyak yang murtad. Karena mereka menganggap Nabi saw membawa berita palsu. Kecuali sahabat beliau Abu Bakar ra, orang pertama yang mempercayainya.

Kejadian ini memang tidak masuk di akal manusia biasa, tapi bagi orang beriman yang mempercayai bahwa Allah adalah Dzat yang maha berkuasa, kejadian tersebut bukan sesuatu yang mustahil. Sebab beliau tidak berisra’-mi’raj dengan kemauan sendiri, tapi dengan kehendak Allah. Dan Allah jika berkehendak sesuatu, maka tidak ada mustahil bagi-Nya untuk melakukannya (Kun Fayakun).

Jelasnya, Isra’ dan Mi’raj Nabi saw kejadian luar biasa dan merupakan mukjizat yang harus diyakini dan diimani oleh setiap muslim dengan keyakinan yang mantap. Adapun kisah Isra’ Mi’raj Nabi saw diperlukan pembahasan yang luas. Wallahua’lam.  

Adapun mukjizat mukjizat lainya yang diberikan Allah kepada Nabi saw dan tidak tertulis dalam al-qur’an tapi tertera dalam hadits hadits beliau yang wajib kita yakini dengan keyakinan yang kuat diantaranya:

Penutup Para Nabi & Rasul

كونه خاتم الأنبياء : يجب على كل مكلف أن يعتقد أن نبينا محمدا صلى الله عليه و آله سلم خاتم الأنبياء والمرسلين ، فلا نبي بعده أبدا الى يوم القيامة لقوله تعالى { مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَـكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيماً } . و قد أجمع المسلمون على أن معنى قوله خاتم النبيين أن الله ختم به النبوة و الرسالة و جعل آخر الأنبياء فلا نبي بعده الى يوم القيامة كما تواترت به الأحاديث ، قال صلى الله عليه و آله وسلم : ” سيكون في أمتى ثلاثون كذابا كلهم يدعي أنه نبي و أنا خاتم النبيين لا نبي بعدي ” (مسلم و أبو داود و الترمذي ) ، فمن اعتقد بوجود نبي بعد نبينا فقد كفر لأنه مكذب لاية في القرآن وهو قوله تعالى (خاتم النبيين ) و للأحاديث الصحيحة .

عموم بعثته : يجب على كل مكلف أن يعتقد أن نبينا محمد صلى الله عليه و آله وسلم مرسل الى كافة الخلق من الإنس و الجن و الملائكة ، لقوله تعالى { وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَآفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيراً وَنَذِيراً وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ } ، فمن نفى عموم بعثته صلى الله عليه و آله وسلم فقد كفر .

PENUTUP PARA NABI DAN RASUL

Dari mukjizat Nabi saw adalah beliau diutus sebagai penutup para nabi dan rasul, diutus bukan untuk manusia saja tapi untuk alam semesta. Dan ajaran yang dibawanya menghapus semua ajaran ajaran sebelumnya.

Penegasan bahwa Nabi Muhammad saw adalah nabi dan rasul Allah yang terakhir telah banyak ditegaskan Allah dalam al-Qur’an dan ditegaskan pula oleh Rasul-Nya di dalam al-hadits. Jadi kalau ada orang mengaku sebagai nabi setelah beliau, pasti dengan tegas umat Islam akan menolak keberadaanya dan tidak mempercayainya, karena Nabi saw adalah akhir dan penutup para nabi. Keyakinan bahwa Rasulallah saw adalah nabi terakhir begitu kuat tertanam di dada para sahabat beliau, sehingga ketika ada yang mengaku sebagai nabi, pasti dengan tegas mereka menolaknya dan sekaligus menyatakan perang kepada mereka

Satu lagi yang paling penting harus diketahui oleh setiap muslim dan wajib meyakinkan dengan sebenar benarnya keyakinan bahwa Nabi kita Muhammad saw merupakan penutup dan akhir para nabi dan rasul. Tidak ada nabi lagi setelah Nabi Muhammad saw sampai hari kiamat.

وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَآفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيراً وَنَذِيراً وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ

”Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (Al-Ahzab, 40).

Beliau adalah utusan Allah yang terakhir bagi umat manusia, pembawa rahmat untuk seluruh alam semesta dan pelengkap dan penyempurna ajaran ajaran yang telah dibawa para nabi dan rasul sebelumnya. Beliau bukan saja diangkat sebagai seorang nabi dan rasul tetapi juga sebagai pemimpin yang membawa perdamaian di dunia.

Para ulama telah bersepakat bahwa arti penutup nabi nabi disini sesungguhnya Allah telah menutup kenabian dan risalah setelah kenabian dan risalah Muhammad bin Abdillah saw dan tidak diturunkan lagi setelah beliu satu nabipun di permukaan bumi sampai hari kiamat sebagaimana tercantum dalam hadits, beliau bersabda “Akan datang kepada umatku 30 pendusta, mereka semuanya mengaku sebagai nabi, sedangkan aku adalah nabi yang terakhir dan penutup para nabi nabi dan tidak ada nabi setelahku” (Muslim, Abu Daud, Tirmidhi)

Seandainya ada orang tidak mempercayai bahwa nabi Muhammad saw adalah penutup para nabi nabi, dan menyakini bahwa ada lagi nabi setelah beliau, maka orang itu dikatagorikan bukan muslim dan digelari kafir. Karena dia telah mendustai al-Qur’an dan hadits Nabi saw.  Begitu pula halnya, seandainya seorang muslim tidak mempercayai bahwa Nabi Muhammad saw adalah pembawa rahmat untuk seluruh alam semesta dan pelengkap dan penyempurna ajaran ajaran yang telah dibawa para nabi dan rasul sebelumnya, maka kedudukannya juga sama adalah kafir. Karena ia telah mengingkari firman Allah

وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَآفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيراً وَنَذِيراً وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (Saba’,. 28)

Mukjizat2 Lain-nya

BATU DAN POHON MEMBERI SALAM KEPADA NABI SAW

Dikisahkan oleh Ali bin Abi Thalib ra: ”Pernah aku bersama sama Rasulallah saw berada di Makkah, lalu kami keluar di sekeliling kota. Dan beliau tidak dijumpai oleh gunung dan pohon kecuali mereka berkata: Assalamu ‘Alaikum Ya Rasulallah” (HR Tirmidhi)

KERIKIL BERTASBIH DI TANGAN NABI SAW

Dan Abu Dzar ra berkata: “Sesungguhnya aku menyaksikan Rasulullah saw dalam sebuah halaqoh; ditangannya ada batu kerikil, lalu batu kerikil itu bertasbih di telapak tangannya. Bersama kami ada Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra, maka orang-orang yang berada dalam halaqoh semua mendengar tasbihnya. Kemudian (batu itu) diberikan kepada Abu Bakar ra; lalu batu tersebut bertasbih ditelapak tangannya , semua yang berada di halaqoh mendengar tasbihnya. Kemudian diberikan kembali kepada Rasulullah saw dan bertasbih lagi ditangannya. Kemudian diberikan kepada Umar ra, lalu bertasbih ditelapak tangannya, semua yang berada di halaqoh mendengar tasbihnya. Kemudian diberikan kepada Utsman bin Affan ra, lalu bertasbih ditangannya. Kemudian diberikan kepada kami, tetapi batu tersebut tidak bertasbih ketika berada di tangan salah seorang dari kami. [HR.ath-Thabrani).

BATANG POHON KURMA MERATAP KEPADA NABI SAW

Ratapan batang pohon kurma kepada Rasulullah saw. dan tangisannya dengan suara keras yang bisa didengar seluruh orang yang berada di masjid beliau. Itu terjadi setelah Rasulullah saw. meninggalkannya.

Dikisahkan oleh Jabir bin Abdullah, Rasulallah saw sering berdiri dekat sebuah pohon kurma. Ketika sebuah tempat duduk disediakan baginya, kami mendengar pohon itu menangis bagaikan unta betina hamil sampai Nabi saw  jongkok dan memeluk pohon itu. (Hadits shahih riwayat Imam Bukhari).

Dan masih banyak lagi mukjizat mukjizat Nabi saw yang disebut oleh penulis dan ini perlu pembahasan tersendiri, diantaranya:

– Mimbar menangis mendengar ayat ayat Allah yang dibacakan Nabi saw

– Pohon kurma dapat berbuah dengan seketika.

– Air memancar dari sela-sela jari Nabi saw.

– Berhala-berhala runtuh dengan hanya ditunjuk oleh Nabi saw

– Medoakan Ali bin Abi Thalib sembuh dari sakit matanya.

– Mendatangkan hujan dan meredakan banjir saat musim kemarau tahun 6 Hijriah di Madinah yang saat itu mengalami kekeringan.

– dll

 

Rasulallah dan Para Nabi

ألأفضلية :

أفضل الخلق على الإطلاق نبينا محمد صلى الله عليه وآله وسلم لقوله عليه الصلاة و السلام : ” أنا أكرم الأولين و الآخرين على الله ولا فخر ” ، ثم يليه أولو العزم من الرسل ، ثم بقية الرسل ، ثم بقية الأنبياء ، ثم بقية من البشر أفضلهم الخلفاء الأربعة: أبو بكر و عمر و عثمان و علي ، ثم بقية العشرة المبشرين بالجنة وهم طلحة بن عبيد الله ، و الزبير بن العوام ، و عبد الرحمن بن عوف ، و سعد بن أبي وقاص ، سعد بن زبير ، و أبو عبيدة عامر بن الجراح ، ثم أهل البدر ( وهم 317 رجلا ) ، ثم أهل أحد ( وهم 700 رجلا ) ، ثم أهل بيعة الرضوان ، ثم بقية الصحابة رضوان الله عليهم أجمعين .

MANUSIA TERMULIA

Manusia paling mulia adalah Nabi kita Muhammad saw, kemudian para nabi dan rasul yang mendapat gelar Ulul ’Azmi, kemudian para rasul dan nabi lainya, kemudian Khulafa Ar-Rasyidin Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra, kemudian 10 sahabat Nabi saw yang dijamin masuk surga, kemudian Ahlul Badr yaitu para sahabat yang ikut serta dalam perang Badar, kemudian Ahlu Uhud yaitu para sahabat yang ikut serta dalam perang Uhud, kemudian Ahlu Bai’at Ridhwan yaitu para sahabat yang ikut serta pada bai’at Ridhwan, kemudian para sahabat lainya ra.

RASULALLAH SAW

Nabi Muhammad saw adalah manusia termulia dan terpuji. Dalam hadistnya beliau bersabda ”Aku adalah manusia pertama dan terakhir paling mulia, dan aku tidak berbangga diri”. Adapun mengenai peribadi Nabi saw telah diterangkan dalam pelajaran sebelumnya. (Lihat peribadi Nabi saw)   

ULUL ’AZMI

Ulil ’Azmi adalah manusia manusia mulia dan dimuliakan Allah setelah Rasulallah saw. Mereka adalah para nabi yang telah diberi gelar Ulul ’Azmi oleh Allah. Ulu al-‘Azmi adalah gelar yang diberikan kepada lima rasul yang memiliki martabat sangat istimewa karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, dalam menyapaikan risalah. Dari beberpa rasul dan nabi yang diutus Allah hanya lima rasul yang mendapatkan julukan ini yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad as. Gelar ini adalah gelar istimewa bagi mereka (Lihat ringkasan sejarah para nabi dalam pelajarang sebelumnya).

Dalam al-Qur’an telah dijelaskan

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُوْلُواْ الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ

”Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.” (al-Ahqaaf, 35)

Ada beberapa poin yang menyebabkan Allah telah memberikan gelar ulul al-’Azmi kepada lima rasul diantaranya: mereka memiliki kesabaran yang luar biasa dalam berdakwah. Mereka tidak pernah memohon kepada Allah agar menurunkan azab kepada kaumnya. Atau dalam istilah lain mereka menerima segala macam aniaya dan kesulitan dengan rela dan penuh kesabaran, bahkan mereka selalu mendoakan kaum mereka agar Allah memberikan hidayah atau petunjuk ke jalan yang lurus.

PARA RASUL DAN NABI

Kemudian setelah itu para rasul dan nabi, mereka manusia manusai mulia dan dimuliakan Allah. Mereka adalah orang-orang yang dijaga Allah dari perbuatan yang dapat mendatangkan dosa. Para nabi dan Rasul adalah orang yang selalu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Allah telah menjaga para nabi dan rasul dari terjerumus ke dalam perbuatan dosa, sejak mereka masih kecil, begitu pula setelah diangkat menjadi nabi dan rasul.

Telah diyakini bahwa para nabi dan rasul yang diutus Allah, mereka adalah laki laki merdeka yang telah dipilih dengan sempurna dan dilengkapi dengan keistimewaan yang tidak dimiliki makhluk biasa

10 Sahabat Dijamin Masuk Surga

SAHABAT NABI

Sahabat Nabi saw adalah manusia manusia mulia dan dimuliakan Allah. Sahabat Nabi saw adalah mereka yang hidup di zaman Nabi saw, mengenal dan melihat langsung beliau, membantu perjuangan beliau dan meninggal dalam keadaan beriman. Jumlah sahabat Nabi saw sangat banyak dan tak terhitung. Dalam kitab ”Rijal Haula Ar-Rasul” oleh Khalid Muhammad Khalid disebutkan bahwa para sahabat Nabi saw yang paling utama jumlahnya lebih dari 60, yakni mereka yang sangat dekat dengan Nabi saw. Mereka disebut pengikut atau murid yang dekat dengan Nabi saw. Mereka mempunyai status atau kedudukan yang penting dalam dunia Islam, karena mereka adalah pengikut Nabi yang banyak memberi andil dalam da’wah Nabi saw.  

Tingkatan atau derajat sahabat Nabi saw menurut para ulama terbagi dalam beberapa tingkatan, yaitu:  pertama, para sahabat yang masuk Islam di Mekkah sebelum melakukan hijrah seperti Khulafa’ur Rasyidin yaitu 4 khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali ra. Kedua, sahabat yang dijamin masuk surga. Ketiga, para sahabat yang ikut serta pada perang Badar. Keempat, para sahabat yang ikut serta pada perang Uhud. Kelima, para sahabat yang ikut serta pada bai’at Ridhwan. Dan keenam adalah sahabat sahabat lainnya yang jumlah mereka tidak sedikit.

10 SAHABAT YANG DIJAMAIN MASUK SURGA

Kepastian para 10 sahabat nabi saw masuk surga banyak sekali disebut dalam hadits shahih. Semua hadits itu wajib diimani. Diantaranya hadits dari Abduurahman bin ‘Auf ra berkata bahwa Nabi saw bersabda, “Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’d bin Abi Waqqash di surga, Said bin Zaid bin ‘Amru bin Nufail di surga, dan Abu ‘Ubaidah ibnul Jarrah di surga.” (HR At-Tirmizy dan Al-Baghawi dalam Al-Mashabih fil Hisan)

  1. Abu Bakar Siddiq ra.

Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40),

”Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Abu Bakar Siddiq meninggal di Madinah dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadits. Dimakamkan dekat dengan makan Nabi saw.

  1. Umar Bin Khatab ra.

Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Setelah masuk islam, ia menjadi salah satu benteng Islam. Pada masa kekhalifaannya, Islam berkembang luas, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dibunuh oleh Abu Lulu Al-Majusi di Madinah dalam umur 64 tahun. Dimakamkan dekat dengan Nabi saw

  1. Usman Bin Affan ra.

Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar ra, pada pemerintahannya seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) yang disebut Mushaf Utsami sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun  dan dikuburkan di Baqi’.

  1. Ali Bin Abi Thalib ra.

Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Orang pertama yang beriman dalam usia kanak kanak. Beliau sudah mengikuti Nabi saw sejak kecil dan hidup bersama sama dalam satu rumah sampai Rasulallah saw diangkat menjadi Nabi dan Rasul hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib ra meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.

  1. Thalhah Bin Abdullah ra.

Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari musuh, sehingga putus jari-jarinya. Ia gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.

  1. Zubair Bin Awaam

Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.

  1. Sa’ad bin Abi Waqqas

Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan bersama Nabi saw, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dimakamkan di Baqi’.

  1. Sa’id Bin Zaid

Sudah masuk Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan bersama Nabi saw kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh Rasul saw untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dimakamkan di Baqi’.

  1. Abdurrahman Bin Auf

Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul saw. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.

  1. Abu Ubaidillah Bin Jarrah

Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah saw. Meninggal pada tahun 18 H di Yordan (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Yordan yang sampai saat ini makamnya masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin. *

(* Untuk membaca sejarah mereka lebih lengap silahkan lihat kitab ”Rijal Haula ar-Rasul” oleh Khalid Muhammad Khalid).

Sahabat Ikut Berperang

SAHABAT YANG IKUT SERTA DALAM PERANG BADAR

Ahli Badr adalah sahabat Nabi saw yang melihat Nabi saw , beriman kepada Nabi saw, dan ikut berjihad bersama Nabi saw melalwan kafir Quraisy dalam perang Badr. Mereka dinamakan Ahli Bader. Perang badr merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaun musyrikin Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Rasulallah saw gagal.

Sahabat Nabi yang ikut dalam perang ini terdiri dari 317 orang dengan perlengkapan senjata sederhana yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi saw dan semangat sahabat (Ahlul Bader) yang membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal, panglima perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi saw sejak awal, tewas dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada.

Kemenangan itu sungguh merupakan pertolongan Allah ” Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” ( al-Imron, 123)

SAHABAT YANG IKUT SERTA DALAM PERANG UHUD

Ahli Uhud adalah sahabat Nabi saw yang ikut berjihad bersama Nabi saw dalam perang Uhud. Perang yang terjadi di Bukit Uhud ini berlangsung pada tahun 3 H. Perang ini disebabkan karena keinginan balas dendam orang-orang Quraisy Mekah yang kalah dalam perang Badr. Pasukan Quraisy, dengan dibantu oleh kabilah Tihama dan Kinanah, membawa 3.000 ekor unta dan 200 pasukan berkuda di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Tujuh ratus orang di antara mereka memakai baju besi. Adapun jumlah pasukan Nabi saw hanya berjumlah 700 orang.

Perang pun berkobar. Tentara Islam dapat memukul mundur pasukan musuh yang jumlahnya jauh lebih besar. Tentara Quraisy mulai mundur dan kocar-kacir meninggalkan harta mereka. Melihat kemenangan yang sudah di ambang pintu, pasukan pemanah yang ditempatkan oleh Rasulullah di puncak bukit meninggalkan pos mereka dan turun untuk mengambil harta peninggalan musuh. Mereka lupa akan pesan Rasulullah saw untuk tidak meninggalkan pos mereka dalam keadaan bagaimana pun sebelum diperintahkan. Mereka tidak lagi menghiraukan gerakan musuh.

Situasi ini dimanfaatkan musuh untuk segera melancarkan serangan balik. Pasukan Islam tak mampu menangkis serangan. Mereka terjepit, dan satu per satu pahlawan Islam berguguran. Nabi saw sendiri terluka kena serangan musuh, bahkan berita tidak benar yang diterima musuh bahwa Nabi saw sudah meninggal. Perang berakhir dengan menyebabkan 70 orang pejuang Islam gugur sebagai syuhada diantaranya Hamzah paman Nabi dan Musha’b bin U’mair ra yang dimakamkan di bawah kaki bukit.

SAHABAT YANG IKUT SERTA DALAM BAI’AT RIDHWAN

Bai’at Ridhwan adalah bai’at yang dilakukan sahabat Nabi untuk ta’at kepada Nabi saw di satu tempat dan di bawah pohon tepatnya pada tahun 7 H. Baiat ini terjadi  ketika Rasulullah saw, mendapat berita bahwa Utsman bin Affan ras, dibunuh. Beliau bersabda, ”Kita tidak pulang hingga mengalahkan kaum Quraisy”. Beliau mengajak kaum muslimin berbaiat, kemudian terjadilah Baiat Ar-Ridhwan di bawah pohon. Jabir bin Abdullah  ra berkata, ”Rasulullah membaiat kita tidak untuk mati, namun untuk tidak melarikan diri”. Kemudian Rasulullah saw membaiat mereka semua.

Ketika Rasulallah saw sedang memikirkan hal ini, tiba-tiba Utsman ra muncul. Kemunculan Utsman ra merupakan tanda awal perdamaian yang sangat diharapapkan beliau.  Berakhir bai’at ini dengan perdamaian dari kaum Quraisy sendiri dan kaum Muslimin mereka dibenarkan masuk ke Mekah tanpa persengketaan ataupun pertumpahan darah. (Ibnu Ishaq)

Diriwayatkan bahwa Rasulallah saw mengundang orang orang Islam yang bilangannya pada saat itu kurang lebih 1400 orang untuk berbuat bai’ait kepada Rasulallah saw di daerah Hudaibiyah, dan bai’at ini terjadi  di bawah pohon sebagai mana tertera dalam Al-Quran surat al-Fath:18, ”Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon”.

Cinta Keluarga Nabi

محبة الآل :

يجب كل مكلف حب آل النبي صلى الله عليه و آله وسلم و أزواجه و ذريته و أصحابه و تعظيمهم واحترامهم و توقيرهم و إكرامهم ، لقوله تعالى { قُل لاَّ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْراً إِلاَّ الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى } و لقوله صلى الله عليه وآله وسلم ” لا تسبوا أصحابي فوالذي نفسي بيده لو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا  ما بلغ مد أحدكم و لا نصيفه “

CINTA KELUARGA NABI

Cinta kepada Ahlul Bait adalah hal yang wajib dan disarankan oleh agama, tidak sempurna agama seseorang jika tidak dikaitkan kecintaanya kepada Nabi saw, keluarga dan sahabatnya. Ahlul Bait Nabi saw adalah orang yang paling dekat dengan beliau, yang secara khusus dicintai, dihormati, dan dipeliharanya. Allah memuliakan mereka dan secara khusus dijaga agar tetap suci dan dijauhkan dari kekejian.

”Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (al-Ahzab, 33)

Telah sama kita maklumi, Rasulullah adalah nabi dan rasul Allah kepada seluruh manusia. Keberadaan beliau merupakan rahmat bagi alam semesta. Ayat Al-Quran secara tegas menyatakan hal tersebut, “Dan kami tidak mengutus engkau (wahai Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (Al-Anbiya’,: 108).

Beliau juga rasul yang paling dicintai oleh Allah dan diberi gelar Al-Habib Al-A`zham (Kekasih yang Teragung). Kecintaan Allah kepada beliau telah dibuktikan dari akhlaq beliau yang begitu luhur. Dalam ayat lain dikatakan, ”Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (Al-Qalam: 4).

Tak ada yang mengingkari betapa besar jasa yang telah diberikan oleh Rasulullah saw kepada umat manusia bahkan kepada alam semesta. Dengan risalah yang Allah perintahkan untuk disampaikannya, beliau telah menunjukkan jalan yang lurus, telah mengalihkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Beliau telah berjasa membawa umat manusia untuk mengenal Allah, Pencipta mereka.

Melalui beliaulah kita mengenal Allah dan mengenal apa yang diperintahkan Allah dan apa yang dilarang Allah. Melalui beliau pula kita mengetahui bagaimana cara-cara mendekatkan diri kepada-Nya. Bahkan, bagaimana menjalani kehidupan sehari hari dalam segala segi. Makanya kita tidak akan sanggup menghitung jasa saja Nabi saw yang sangat besar bagi umat manusia. Sekarang, apa balasan setimpal yang patut diberikan kepada beliau atas jasa jasa yang telah diperbuatnya dalam menyampaikan risalah? Allah berfirman:

قُل لاَّ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْراً إِلاَّ الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى

“Katakanlah Wahai Muhammad, aku tidak minta balasan apapun atas risalah yang aku sampaikan pada kalian kecuali kecintaan kalian terhadap keluargaku” (as-Syuro, 23)

Ayat ini menjelaskan bahwa satu-satunya balasan setimpal yang harus dipersembahkan kepada Rasulallah saw atas jasa jasa beliau yang begitu besar dalam penyampaian risalah Allah adalah kecintaan terhadap keluarga beliau,

Atau dapat pula disimpulkan bahwa kecintaan kepada mereka adalah kewajiban ilahi sebagai balasan umat atas risalah yang telah disampaikan oleh beliau. Allah menjadikan kecintaan pada Ahlul Bait adalah jalan menuju kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan kata lain, barangsiapa yang ingin berjalan menuju Allah hendaklah melalui kecintaan terhadap Rasul saw dan keluarga, karena mereka adalah manusia-manusia yang terdidik di dalam naungan wahyu dan risalah.

Ahlul-Bait dalam bahasa ahlu artinya ahli, penghuni, keluarga, famili atau penduduk. Sedang bait artinya rumah. Jadi ahlul bait adalah penghuni atau keluarga rumah. Dalam tradisi Islam alhul bait artinya keluarga atau sanak famili Rasulallah saw yang memiliki tali kekeluargaan dengan beliau. Banyak terjadi perbedaan penafsiran, ada yang menafsirkan ahlul bait itu adalah lima keluarga Nabi saw yang mempunyai hubungan sangat dekat dengan beliau yaitu Ali, Fatimah, Hasan, Husen dan beliau sendiri. Ada lagi yang menafsirkan ahlul bait adalah keluarga Nabi saw dalam arti luas, meliputi istri-istri dan cucu-cucunya, hingga terkadang ada yang memasukkan mertua-mertua dan menantu-menantunya.

Mereka yang menyatakan bahwa Ahlul-Bait adalah anggota keluarga Nabi saw yang dalam hadits disebutkan haram menerima zakat, seperti keluarga Ali dan Fatimah beserta putra-putra mereka (Hasan dan Husain) serta keturunan mereka. Juga keluarga Abbas bin Abdul-Muththalib, serta keluarga-keluarga Ja’far dan Aqil yang bersama Ali merupakan putra-putra Abu Thalib.

Adapun hadits yang terkuat dalam hal yang bersangkutan denga alhul Bait adalah hadits atsaqalain yang disebut dibawah ini ”Kutinggalkan di tengah kalian dua peninggalanku: Kitabullah, sebagai tali yang terentang dari langit sampai ke bumi, dan keturunanku, ahlul baitku. Dua-duanya itu sungguh tidak akan terpisah hingga saat kembali kepadaku di haudh (telaga di surga).”

Pekembangan Ahlul Bait tidak bisa dibendung walaupun sepanjang sejarah kekuasaan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah mengalami penindasan luar biasa, tapi mereka tetap berkambang dan didapatkan di mana saja di seluruh dunia. Ini kemungkinan karena do’a Rasulallah saw kepada siti Fatimah putri beliau dan sayyidina Ali ra di saat pernikahan mereka yang sangat sederhana.

Doa Nabi saw adalah,”Semoga Allah memberkahi kalian berdua, memberkahi apa yang ada pada kalian berdua, membuat kalian berbahagia dan mengeluarkan dari kalian keturunan yang banyak dan baik”

Cinta Sahabat Nabi

Disamping kewajiban kita sebagi muslim mencinta Ahlul Bait, kita diharuskan pula mencintai para sahabat Nabi saw. Karena mereka adalah manusia manusia mulia yang hidup di zaman Nabi saw, mengenal dan melihat Nabi saw, membela Nabi saw di saat kesusahan dan kesenangan,  dan mereka wafat dalam keadaan muslim.

Bahkan diantara mereka ada mempunyai hubungan karabat dengan Nabi saw misalnya empat khulafur Rasyidin, terutama Ali bin Abi Thalib ra disamping ia adalah menantu Nabi saw (menikah dengan siti Fatimah puteri Nabi saw) juga ia adalah sepupu Nabi saw. Begitu pula Utsman bin Affan yang merupakan putra dari sepupu Nabi saw yakni Arwa (putri dari bibi Nabi saw, al-Baidha’ binti Abdul Muththalib), ia juga menikah dengan dua putri Nabi saw secara bergantian yaitu Ruqayyah dan Ummu Kaltsum ra . Sedangkan Umar bin Khattab merupakan mertua Nabi saw. Beliau menikah dengan Hafshah binti Umar bin Khattab ra. Begitu pula Abu Bakar Siddiq merupakan mertua Nabi saw, karena ’Aisyah putri Abu Bakkar ra dinikahi Nabi saw.

Mereka semua sahabat Nabi saw yang sangat dekat hubungannya dengan Nabi saw. Mereka semua mencintai Nabi saw. Inilah salah satu alasan mengapa Nabi saw sangat mencintai para sahabatnya. Beliau tidak segan-segan memuji para sahabatnya dan menyebutnya sebagai generasi terbaik dalam sejarah Islam.

“Dari sahabat ‘Imron bin Hushain ra ia berkata. Nabi SAW bersabda, ”Sebaik-sebaik generasi adalah generasiku, kemudian generasi sesudahnya lalu generasi sesudahnya”. (Shahih al-Bukhari).

Sebagai manusia tentu para sahabat Nabi saw tidak luput dari kesalahan dan terjadi antara mereka  perselisihan faham bahkan sampai terjadi kekhilafan. Tapi semua ini tidak bisa dijadikan tanda kalau di antara para sahabat tidak terjalin persaudaraan yang sangat erat, tidak terjalin persahabat yang akrab, atau tidak terjalin rasa cinta antara mereka. Justru sebaliknya, jalinan persahabatan dan kecintaan atara mereka tidak putus. Berapa banyak hadits Nabi saw yang meriwayatkan indahnya pergaulan antara sahabat Nabi yang harus diteladani oleh umat Islam.

Antara khulafa ar-Rasyidin, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra tidak sedikit terjalin hubungan kecintaan antara mereka, bahkan sampai terjadi tali kekeluargaan yang tidak bisa dipisahkan oleh apapun. Contohnya Ali bin Abi Thalib ra memberi nama dari putra putranya dengan nama Abu Bakar, Umar dan Utsman. Dari putra putra Hasan bin Ali ra ada yang diberi nama Abu Bakar dan Umar. Dari 9 putra Husen Bin Ali bin Abi Thalib ra ada yang bernama Abu Bakar dan Utsman. Sekarang kita pikir saja dengan pikiran yang waras tidak mungkin mereka memberi nama nama putra putra mereka dengan nama nama orang yang mereka benci atau tidak mungkin mereka memberi nama nama anak anak mereka dengan nama nama musuh mereka. Mustahil kan? Pasti mereka memberi nama nama putra putra mereka dengan nama nama orang yang mereka cintai dan sukai. Ini sudah pasti. Yang saya heran ada yang mengatakan cinta mereka kepada sahabat sahabat Nabi saw adalah cinta berpura pura atau taqiyah. Sikap yang tidak mungkin terjadi bagi sosok manusia seperti Ali bin Abi Thalib ra, seorang pemberani, pahlawan perang dan berhati bersih ,memiliki sifat berpura pura. Dan tidak mungkin beliau memiliki sifat balas dendam atau mengajarkan orang untuk berbalas dendam. Sejara logika, ini adalah hal yang mustahil dilakukan seorang seperti Imam Ali bin Abi Thalib ra.

Jadi apa yang sebenarnya diajarkan oleh Ahlul Bait? Mereka mengajarkan kecintaan, persahabatan dan penghormatan yang dalam kepada para sahabat Nabi saw terutama kepada khulafa Ar-Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra, bukan menanamkan kebencian dan penghinaan apalagi melaknat atau mengkafirkan (al’iyadu billah).  Rasulallah saw bersabda ”Jangan kamu mencaci sababat sahabat-ku. Demi yang diriku berada di tangan-Nya, seandainya seseorang menginfakan hartanya berupa emas sebesar gunung Uhud (untuk membalas jasa jasa mereka), maka apa yang diinfakan tidak sampai bebesar mud atau setengah mud dibanding dengan jasa mereka.  

Maka mari kita hindari berbantah-bantahan dan perdebatan yang tidak mengajak kepada iman. Apalagi di depan kita sudah tersedia sabda Nabi saw yang tidak mungkin diingkari lagi. Tidak ada pilihan lain kecuali kita mengimaninya dengan sepenuh hati. Janganlah kita bermental seperti ahli kitab yang mengingkari nabinya serta membangkang terhadap petunjuknya.

Sakaratul Maut

الدرس الثاني عشر

في أحوال ما بعد الموت

سؤال القبر : سؤال القبر هو أن منكرا و نكيرا يسألان الميت في قبره عن ربه و نبيه و دينه فيجب الاعتقاد الجازم بأن الله يعيد للميت روحه و يرد له من حواسه و عقله و علمه ما يقدر به على فهم الخطاب و رد الجواب حين يسألانه ، لقوله صلى الله عليه و آله وسلم ” إن العبد إذا وضع في قبره و تولى عنه أصحابه ، اتاه ملكان فيقعدانه فيقولان له ما كنت تقول في هذا النبي محمد ، فأما المؤمن فيقول أشهد أنه عبد الله ورسوله فيقال انظر الى مقعدك من النار فقد أبدلك الله مقعدا في الجنة  فيراهما جميعا ، و أما الكافر والمنافق فيقول لا أدري أقول ما يقول الناس ، فيقال لا دريت و لا تليت ، فيضرب بمطرقة من حديد يصيح بها صيحة يسمعها من يليه إلا  الثقلين.

PELAJARAN KEDUABELAS: HAL IHWAL SETELAH KEMATIAN

SYARAH

Saudaraku yang dimuliakan Allah! Setiap orang pasti akan mati. Sayangnya, banyak orang-orang yang tidak sadar bahwa mereka hidup di dunia ini hanya sesaat, mereka menyangka hidup ini akan terus menerus tidak ada kemantian. Kehidupan makhluk di dunia ini tidak kekal. Setiap kehidupan pasti diakhiri dengan kematian. Umur manusia tidak ada yang tahu kecuali Allah. Berapa banyak kita dengar berita orang meninggal secara tiba-tiba. Kalau sudah waktunya, mau tak mau harus menghadapi hal yang namanya kematian.

Maut dalam bahasa artinya mati atau terpisahnya ruh dari jasad atau badan. Ruh dalam bahasa artinya jirm atau dzat yang tidak bisa dilihat atau diraba. Sedangkan ruh atau jirm ini adalah makhluk yang kekal tapi ada yang mengkekalkanya yaitu Allah yang Maha Kekal. Ruh adalah makhluk ghaib, makanya disaat keluarnya ruh dari jasad tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Ruh bukan benda atau materi, makanya ia tidak terkena hukum kehancuran. Jika seseorang mati jasadnya hancur dimakan tanah di pekuburan, tapi ruhnya tidak mati, ia berpindah dari satu alam ke alam yang baru, dari alam dunia ke alam akhirat, ke alam ghaib yang disebut alam Barzakh  “Dan di hadapan mereka (ahli kubur) ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan “ Al-Mu’minun 100. jadi, dzat yang ghaib seperti ruh tempatnya di alam yang ghaib pula.

Menurut pendapat ahli tafsir, makna alam barzakh ialah suatu tempat di antara dunia dan akhirat sebelum manusia dikumpulkan di padang Mahsyar setelah hari kebangkitan atau boleh juga dikatakan alam barzakh adalah dinding pembatas antara waktu setelah kematian seseorang sehingga waktu dibangkitkannya. Jadi siapa yang mati bermakna dia telah memasuki alam barzakh atau alam kubur.

Maut bukan akhir dari kehidupan. Maut adalah adalah awal kehidupan yang baru. Jadi maut bukan kesudahan, kehancuran atau kemusnahan. Maut adalah suatu peralihan dari suatu dunia ke dunia lainnya. Jadi, kematian tidak bisa dihindari dari seseorang. Tetapi harus dihadapi. Yang ditakutkan mausia bukan menghadapi kematian, tapi apa yang akan dihadapi setelah kematian itu datang. Oleh karena itu orang yang semasa hidupnya banyak menabur dan menanam kebaikan, maka kematian baginya adalah sebuah pintu yang membawanya masuk kedalam kehidupan baru yang jauh lebih baik dan lebih indah dari kehidupan di dunia. Itulah yang diyakini orang yang beriman dan sering berbuat baik, baginya kematian itu akan mengantarkan mereka ke taman surga Firdaus yang mengalir di bawahnya sungai sungai, sehingga kematian bagi mereka tidak terasa. Maka hadapilah kematian dengan iman, dan lakukanlah kebaikan sebelum kematian itu tiba.

Saudaraku yang dimuliakan Allah! Tentu sebelum datang kematian, manusia pasti mengalami sakaratul maut, artinya saat saat terpisahnya jasad dengan ruh. Tatkala ajal seorang hamba telah sampai pada waktunya pasti dia akan merasakan dahsyat, ngeri, dan sakit yang luar biasa karena sakaratul maut, kecuali hamba-hamba-Nya yang diistimewakan. Mereka tidak akan merasakan sakaratul maut kecuali sangat ringan. Sebagaimana firman Allah “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.” (Qaf: 19)

Rasa sakit sakaratul maut pasti akan dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Oleh karena itu, tatkala Nabi saw menghadapi sakaratul maut, beliau berusaha menenangkan dirinya dengan mengusap wajah beliau dengan tangannya yang telah dicelupkan ke dalam bejana berisi air. Beliau mengusap wajahnya berkali-kali, sambil bersabda: “Tiada Tuhan Yang berhak disembah selain Allah. Sesungguhnya kematian itu disertai oleh rasa pedih (sakarat).” (Riwayat Imam Bukhari)

“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejap saja, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri.”. Itu menurut gambaran Imam Ghozali tentang sakaratul maut.

Adapun menurut Nabi saw “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?”  (Riwayat Imam Bukhari)

Saudaraku yang dicintai Allah! Bila demikian dahsyatnya rasa sakit yang menimpa seorang mukmin ketika menghadapi sakaratul maut, maka bagaimana dengan diri kita? Betapa banyak dosa dan kemaksiatan yang menodai lembaran amal kita? Maka salah satu cara yang baik untuk menghadapai rasanya sakaratul maut dengan tenang, adalah dengan bertaubat dari kemaksiatan dan beristiqamah dalam ketaatan? Simaklah kelanjutan hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Ibnu Majah yang menggambarkan saat saat seorng mukmin akan dicabut ruhnya oleh malaikat dan bagaimana saat saat seorang kafir akan mati:

إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِى انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلاَئِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِىءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِى إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ – قَالَ – فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِى السِّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِى يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِى ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِى ذَلِكَ الْحَنُوطِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ – قَالَ – فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلاَ يَمُرُّونَ – يَعْنِى بِهَا – عَلَى مَلأٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ إِلاَّ قَالُوا مَا هَذَا الرُّوحُ الطَّيِّبُ فَيَقُولُونَ فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ بِأَحْسَنِ أَسْمَائِهِ الَّتِى كَانُوا يُسَمُّونَهُ بِهَا فِى الدُّنْيَا

Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bagaikan matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut menghampirinya dan duduk di dekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang baik, cepatlah keluar dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah.” Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah bagaikan air yang mengalir dari mulut kendi. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejappun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membukusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit. ketika para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, mereka bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu harum.” Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: “Ini adalah ruh Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya).”

Itulah gambaran seorang mukmin saat saat akan dicabut ruhnya oleh malaikat, dan sekarang silahkan menyimak bagaimana malaikat mencabut ruh seorang kafir.

وَإِنَّ الْعَبْدَ الْكَافِرَ وفي رواية وَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ السُّوءُ إِذَا كَانَ فِى انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مِنَ السَّمَاءِ مَلاَئِكَةٌ سُودُ الْوُجُوهِ مَعَهُمُ الْمُسُوحُ فَيَجْلِسُونَ مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِىءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ اخْرُجِى إِلَى سَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَغَضَبٍ – قَالَ – فَتُفَرَّقُ فِى جَسَدِهِ فَيَنْتَزِعُهَا كَمَا يُنْتَزَعُ السَّفُّودُ مِنَ الصُّوفِ الْمَبْلُولِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِى يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَجْعَلُوهَا فِى تِلْكَ الْمُسُوحِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَنْتَنِ رِيحِ جِيفَةٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلاَ يَمُرُّونَ بِهَا عَلَى مَلأٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ إِلاَّ قَالُوا مَا هَذَا الرُّوحُ الْخَبِيثُ فَيَقُولُونَ فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ بِأَقْبَحِ أَسْمَائِهِ الَّتِى كَانَ يُسَمَّى بِهَا فِى الدُّنْيَا ( رواه أحمد وابن ماجة وصححه الألباني

Pada riwayat lain: Bila orang jahat hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Mereka berwajah hitam kelam, membawa kain yang kasar, dan selanjutnya mereka duduk darinya sejauh mata memandang. Pada saat itulah Malaikat Maut menghampirinya dan duduk di dekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang buruk, cepatlah engkau keluar dari ragamu menuju kepada kebencian dan kemurkaan Allah.” Lalu ruh orang jahat itu menyebar ke seluruh raganya. Tanpa menunda-nunda malaikat maut segera mencabut ruhnya dengan kasar, bagaikan mencabut kawat bergerigi dari bulu domba yang basah. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat Maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejappun berada di tangannya. Para malaikat segera mengambil ruh orang jahat itu dan membungkusnya dengan kain kasar yang telah mereka bawa. Dari kain itu tercium bau busuk bagaikan bau bangkai paling menyengat yang pernah tercium di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruh itu naik ke langit. Ketika para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, mereka bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu busuk.” Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: “Ini adalah ruh Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terburuk yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya”

Itulah gambaran saat saat mausia akan meninggal. Maka agar hati hati kita menjadi lunak dan keimanan kita bertambah untuk menerima dan mengamalkan kebenaran, Habib Abdullah Alhaddad dalam kitabnya ”an-Nashaih ad-Diniyyah” selalu mengajarkan kita agar kita sering-sering mengigatkan diri kita akan kematian, mengingatkan kita agar selalu menyebut nyebut hadzimul ladzat yaitu pemisah kelezatan yang dimaksudkan disini adalah kematian dan kuburan. Karena ini merupakan akhir perjalanan manusia, cepat atau lambat kita pasti menjadi salah seorang dari penghuni kuburan.

Soal Kubur

SOAL KUBUR

Setelah diuraikan di atas tengang kematian dan sakaratul maut  yang harus dialami oleh setiap manusia, maka kita sebagai muslim dan mukmin harus mengimani dengan iman yang kuat bahwa setelah seseorang dikubur, Allah mengembalikan ruhnya kepada jasadnya. Juga Allah akan mengembalikan kepadanya akal, pengetahuan dan perasaanya agar memahami betul apa yang akan terjadi di dalam kubur. Kemudian datang dua malaikat yang disebut Munkar dan Nakir. Mereka akan datang kepada orang tersebut menanyakan beberapa hal kepadanya. Kedua malaikat itu bertanya kepadanya di dalam kubur tentang Allah, Nabi, dan agamanya.

Sesuai dengan hadits yang diriwatkan Imam Bukhari dari Anas bin malik, berkata: Jika seorang hamba telah masuk kedalam kubur, dan sahabatnya telah berpaling, maka ia akan didatangi oleh dua malaikat, lalu mendudukkannya dan menanyainya: ”Apa yang kamu bisa katakan tentang nabi Muhammad saw”. Jika ia seorang beriman maka akan segra mengatakan ”Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan rasul-Nya”. Kemudian dikatakan kepadanya ”Lihatlah tempatmu dari neraka, sesungguhnya Allah telah menggantikannya dengan tempat di surga”, ia pun melihat kedua duannya. Sedangkan jika ia seorang kafir atau munafiq maka akan berkata ”Aku tidak tahu, aku katakan apa yang telah dikatakan manusia.” Lalu dikatakan kepadanya ”kamu tidak tahu dan tidak membaca!”. Maka langsung dipukul dengan martil dari besi dan menjeritlah dia sehingga jeritan suaranya terdengar semua yang berada di alam kecuali manusia dan jin. Menurut riwayat lain seandainya jeritanya didengar oleh manusia pasti akan pingsan.

Maka orang-orang yang dapat menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir adalah mereka yang selama hidupnya selalu berbuat kebaikan, banyak beribadah kepada Allah serta menolong sesama manusia. Sedangkan orang-orang yang selama hidupnya selalu berdurhaka, bermaksiat, jahat, dan berbuat dholim, maka ia akan mendapat siksa dalam kuburnya.

Adzab Dan Nikmat Kubur

عذاب القبر و نعيمه

عذاب القبر و نعيمه حق يجب اعتقاده و هو واقع على البدن و الروح جميعا ، لقوله صلى الله عليه وآله وسلم “القبر روضة من رياض الجنة أو حفرة من حفر النار “

الثواب و العقاب

يجب الاعتقاد الجازم بأن من عمل حسنة يثيبه الله تعالى ثوابا مضاعفا بمحض فضله و من عمل سيئة يعاقبه الله عليه بمثله بعدله

البعث و النشر و الحشر

البعث هو إحياء الموتى و أخراجهم من قبورهم ، و النشر هو انتشارهم و قيامهم من قبورهم ، و الحشر هو سوقهم جميعا الى الموقف لفصل القضاء بينهم و كل واحد من هذه الثلاثة حق يجب الايمان به ، فيحشر من يجازي و هم الإنس و الجن و الملك ، و من لا يجازي كالبهائم و الوحوش . و أول من ينشق عنه الأرض نبينا صلى الله عليه و آله وسلم .

ADZAB DAN NIKMAT KUBUR

Setelah selesai manusia ditanya dalam kubur oleh malaikat dan telah diketahui apakan ia tergolong orang orang yang berhasil atau yang gagal, maka ia akan memasuki periode baru di dalam kubur yaitu nikmat kubur atau adzab kubur, sesuai dengan sabda Rasulallah saw: ”Kuburan itu taman dari taman tamannya surga atau lobang dari lobang lobangnya api neraka”

Adapun siksa kubur dibagi menjadi dua. pertama yang bersifat rutin, berlangsung terus menerus sampai datangnya hari kiamat yaitu diterima bagi orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-nya. Ada lagi yang kedua bersifat sementara, yaitu siksaan yang diterima oleh orang mukmin yang melakukan keburukan di saat hidupnya di dunia. Ia akan disiksa sesuai dengan dosa yang dilakukannya. Siksaan ini bisa terhenti jika apa yang telah diterima dianggap cukup untuk menebus dosa yang telah dilakukanya.  

Salah satu yang bisa meringankan seseorang dari azab kubur adalah do’a dan dan istighfar yang selalu dikiriman dan dipanjatkan oleh sanak keluarga, famili, dan teman-teman yang masih hidup. Maka dianjurkan kepada orang yang masih hidup dunia agar senantiasa mendo’akan keluarga, terutama kedua orang tua, sahabat atau seluruh kaum muslimin yang telah meninggal dunia. Hal itu merupakan salah satu bentuk hadiah untuk meringankan azab kubur kepada mereka. “Allah akan menetapkan hati orang-orang mukmin dengan kalimah yang teguh didunia dan diakhirat.” (Ibrahim, 27)

Seharusnya seorang muslim jangan memperdebatkan apakah siksa kubur itu akan diterima oleh ruh dan jasad seseorang, atau siksa kubur hanya diterima oleh ruh tanpa jasad. Sebaiknya seorang muslim mempercayai adanya nikmat dan adzab kubur dan menyakininya dengan keyakinan yang kuat bahwa nikmat dan adzab kubur adalah hal ghaib yang wajib diimani.

Pernah siti A’isyah r.a. mengisahkan bahwa ia dahulunya tidak mengetahui adanya siksa kubur sehingga datang kepadanya seorang wanita Yahudi, minta-minta dan setelah ia beri, ia berdo’a: “Semoga Allah melindungi kamu dari siksa kubur”. Ia menyangka bahwa keterangannya itu termasuk tipuan kaum Yahudi. Lalu ia ceritakan kepada Nabi saw. Beliaupun memberitahu kepadanya bahwa siksa kubur itu hak benar.

Jadi, nikmat dan adzab kubur ini adalah hal yang haq atau benar akan keberadaanya. Dalil-dalil yang mutawatir dari Nabi saw, dan dari para sahabat telah menunjukkan kebenarannya secara pasti dan kita wajib mengimaninya karena merupakan tuntutan keimanan kita kepada hari kiamat yang merupakan rukun iman keenam dimana tidak sah iman seseorang kecuali harus beriman kepada semua rukun iman yang enam. Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani tentang adanya nikmat dan adzab kubur. Keduanya adalah benar berdasarkan Al Qur’an, sunnah dan Ijma’ ulama.

Diantara dalil dari Al Qur’an tentang adanya adzab kubur adalah friman Allah Ta’ala, “Nanti mereka akan Kami siksa dua kali, lalu mereka akan dikembalikan kepada adzab yang besar. “ (At Taubah, 101),  Menurut penjelasan Ahli tafsir bahwa yang dimaksud dengan “nanti mereka akan Kami siksa dua kali“ yaitu adzab di dunia dan adzab kubur.

Sedangkan menurut hadits Nabi saw, dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah, pernah berjalan melewati salah satu kuburan di kota Madianah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di dalam kubur. Beliau bersabda: “keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena perbuatan dosa besar. Yang pertama karena tidak beristinja’ atau tidak menjaga kebersihan dari air kencing (tidak cebok) dan yang lainnya ia senantiasa bernamimah (mengupat). (hadits al-Bukhari).

Rasulullah saw menganjurkan ummatnya untuk senantiasa berdo’a memohon perlindungan kepada Allah dari adzab kubur di setiap akhir tasyahud sebelum salam ketika shalat. ”Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari adzab jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah hidup dan mati, serta dari kejahatan fitnah al Masih ad-Dajjal” (hadits Muslim dari sahabat Abu Hurairah ra).

Pahala Dan Dosa

PAHALA DAN DOSA

Pahala ialah ganjaran baik dari Allah atas setiap perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia di dunia ini. Atau dalam arti lain pahala adalah balasan yg diterima seseorang jika ia melakukan perbuatan baik dengan catatan pelakunya adalah seorang muslim. Setiap perbuatan baik seperti shalat, puasa, bersodakah dll, Allah akan mengganjarnya dengan ganjaran yang setimpal. Bahkan satu kebaikan yang dilakukannya bisa dibalas dengan kehendak Allah menjadi berlipataganda pahala.

”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (al-Baqarah 261)

Balasan serupa ini ada yg diterima di dunia dan ada yg diterima di akhirat. Dan setiap kebaikan yang dilakukan akan dicatat oleh malaikat dan pada akhirnya bisa membantunya disaat perhitungan dihari hisab.

Pernah salah sorang sahabat Nabi saw datang bertemu dengan beliau. Kemudian beliau bertanya kepadanya, ”Kamu ini datang hendak bertanya tentang kebaikankah?”. Ia menjawab, ”Benar ya Rasulallah”. Lantas beliau bersabda, ”Tanyalah kepada hatimu. Sebenarnya kebaikan itu adalah perkara yg apabila kamu melakukannya, jiwa dan hati kamu akan merasa tenang.”

Sebaliknya dosa ialah balasan buruk atau hasil daripada perbuatan jahat yang bertentangan dengan perintah Allah. Balasan dosa akan diterima pelakunya baik ia seorang muslim atau kafir. Balasan dosa tidak dilipatgandakan atau akan diganjar setimpal dengan kejahatan yang dilakukanya. Balasan ini bisa diterimanya di dunia atau di akhirat, dan kelak akan dipertanggung-jawabkan pelakunya nanti di hari hisab.

Kejahatan dan dosa itu adalah perkara yg apabila dilakukan, maka jiwa dan hati kita akan merasa tidak tenang dan akan menimbulkan gelisah dan risau. Kebaikan adalah peribadi yg terpuji, dosa adalah pebuatan keji yang jika dilakukan akan merasa tercela dan tidak mau diketahui orang lain.

Sebenarnya perkara dosa dan maksiat ini tidak boleh dipandang ringan karena setiap perbuatan yang kita lakukan kecil atau besar pasti akan diketahui Allah dan akan mendapat balasan dari-Nya baik di dunia atau di akhirat. Setiap pelaku dosa atau maksiat perlu menyedari bahawa dosa dan maksiat yang dilakukan akan mendapat kemurkaan Allah.

Dari penjelasan di atas tantang pahala dan dosa, mudah mudahan bisa menimbulkan kesedaran di dalam diri kita untuk menginsafi segala perbuatan dosa dan maksiat yang telah kita lakukan. Dan yang penting ialah hendaklah kita sentiasa bermuhasabah diri, bertaubat, berdoa dan seterusnya berazam untuk kembali ke jalan yang benar dan lurus serta diridhai Allah. Semoga dengan demikian, Allah akan sentiasa melimpahkan rahmat dan belas kasihan-Nya kepada kita semua sehingga dengan bertaubat kita dapat hidup aman, bahagia di dunia dan di akhirat. Amin Ya Rabbal’alamin

Hari Kiamat

HARI KIAMAT ( HARI BA’ATS, NASYR, HASYR)

”Hari Kiamat, apakah hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (Al-Qari’ah:1-11)

Hari kiamat adalah hari akhir kehidupan seluruh makhluk bernyawa. Seluruh alam semesta akan musnah. Bumi, langit, pelanet pelanet dan seisi-isinya akan binasa. Gunung akan hancur bertebaran seperti bulu, langit runtuh dan lautan terbalik dan airnya tumpah. Hari kiamat merupakan jembatan untuk menuju ke kehidupan selanjutnya di akhirat yang kekal dan abadi. Hari kiamat merupakan hari yang wajib dipercayai akan keberadanya. Iman kepada hari kiamat adalah rukum iman yang ke-lima. Hari kiamat diawali dengan tiupan terompet oleh malaikat Isrofil untuk menghancurkan alam semesta dan seisinya.

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ

Dan ditiuplah sangsakala maka matilah siapa yang ada dilangit dan ada di bumi kecuali yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangsakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka bangkit menunggu (putusan masing-masing). (Az-Zumar :68).

Hari kiamat tidak dapat diketahui kapan terjadinya karena merupakan rahasia Allah yang tidak diketahui siapa pun. Namun dengan demikian kita masih bisa mengetahui kapan datangnya hari kiamat dengan melihat tanda-tanda yang diberikan oleh Rasulallah saw. Orang yang beriman kepada Allah dan banyak berbuat kebaikan akan menerima imbalan surga yang penuh kenikmatan, sedangkan bagi orang-orang kafir dan dan banyak berbuat kejahatan akan masuk neraka yang sangat pedih untuk disiksa.

Tanda-tanda hari kiamat sudah banyak ditemukan diantaranya; waktu menjadi pendek, amal kebaikan berkurang, banyak fitnah, banyak pembunuhan, banyak peperangan, maksiat merajalela sulit dibendung dan lain sebagainya. Ada lagi tanda tanda kiamat yang belum kelihatan diantaranya; keluarnya Dajjal, turunnya Nabi Isa as, munculnya Imam Mahdi, keluarnya dabbah atau binatang ajaib, terbitnya matahari dari Barat dan lain sebagainya

Dengan percaya dan beriman kepada hari kiamat kita akan didorong untuk selalu berbuat kebajikan dan menghindari perbuatan dosa karena segala amal perbuatan kita dicatat oleh malaikat yang akan digunakan sebagai bukti kelak apakah kita akan masuk surga atau neraka.

Peristiwa yang mengisahkan tentang Hari Kiamat atau Akhirat sering kali diucapkan secara berulang-ulang didalam Al Qur’an. Bahkan beriman kepada Hari Akhir sering digandengkan dengan beriman kepada Allah, karena orang yang tidak beriman kepada Hari Akhir tidak mungkin beriman kepada Allah, orang yang tidak beriman kepada Hari Akhir tidak akan beramal shalih, orang beramal shalih karena ada harapan kemuliaan di Hari Akhir dan ada rasa takut terhadap adzab di Hari akhir.

Dalil aqli (akal) yang meyakini hari Ahkirat sangat mudah yaitu dengan meyakini adanya hari esok setelah hari ini, atau adanya nanti setelah sekarang, atau dalam bercocok-tanam ada istilah memetik setelah menanam. Dengan meyakini adanya kehidupan akhirat setelah kehidupan didunia ini akan menjaga seseorang dari bertindak semau-maunya, karena ia yakin segala hal yang ia perbuat dalam kehidupannya sekarang akan dihisab/diperhitungkan untung ruginya kemudian di alam setelah kematian.

Hari Kebangkitan

HARI KEBANGKITAN (YAUMUL BA’ATS DAN YAUMUL NASYR)

Hari kebangkitan adalah hari dibangkitkannya seluruh manusia yang pernah hidup di dunia dari mulai zaman nabi Adam as sampai yang baru lahir saat kiamat, semuanya akan bangkit kembali dari dalam kubur setelah kematian untuk kemudian digiring (nasyr) ke satu tempat di padang mahsyar lalu dihisab/dihitung amal perbauatannya selama hidup di dunia. Seluruh manusia akan bangkit dengan jasad ketika masih muda dengan wajah berbeda-beda sesuai amal perbuatannya. Hari kebangkitan wajib diimanai oleh setiap muslim dengan keimanana yang kuat dan merupakan salah satu cabang dari rukun iman yang kelima yaitu percaya kepada hari akhirat.

HARI MAHSYAR (HARI BERHIMPUN)

Setelah semua makhluk dibangkitkan (ba’ats) dari alam kubur, mereka akan digiring (nasyr) ke satu tempat yang disebut padang Mahsyar. Di sana mereka selanjutnya akan berkumpul menjadi satu himpunan. Mahsyar adalah padang yang sangat luas dan datar, dimana tidak terlihat dataran rendah maupun tinggi di akhirat. Di Mahsyar inilah semua makhluk Allah yang berada di langit dan bumi termasuk manusia, jin, malaikat dan hewan, berkumpul dan berdesak-desakan dalam kondisi telanjang kaki, tidak berpakaian, dan belum dikhitan. Setiap manusia pada hari pengadilan ini akan hadir di mahsyar dan akan berhadapan diantaranya dengan:

– al-Kitab yaitu sebuah catatan amal amal perbuatan selama di dunia diberikan kepada tiap-tiap makhluk. Orang yang menerima kitab tersebut dengan tangan kanan, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Sedangkan mereka yang menerima kitab itu dengan tangan kiri atau dari balik punggung, akan menyesal dan siksa yang diterima (lihat syarah selanjutnya).

– Mizan yaitu sebuah neraca yang akan menimbang antara pahala dan dosa setiap makhluk. Semua amal baik dan buruk manusia akan ditimbang, lalu divonis oleh Allah untuk menentukan apakah seseorang akan masuk surga atau terjerumus ke dalam neraka. (lihat syarah selanjutnya)

–  Shirot yaitu jembatan yang sangat sensitif terbentang di atas neraka menuju jalan ke surga. Dan setiap orang pasti akan melewatinya untuk diuji mana yang masuk surga dan mana yang masuk neraka. Yang bisa menyebranginya akan selamat dan yang meleset akan terjatuh di neraka dan menjadi penghuni neraka. (lihat syarah selanjutnya)

Keselamatan menyeberang juga sangat tergantung dari amal perbuatan manusia selama di dunia. Barang siapa yang berbuat baik dan berjalan di jalan yang diridhai Allah, maka ia akan selamat dan masuk surga Allah dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya. Namun bila kehidupan dunia selalu diisi dengan keburukan dan perbuatan maksiat, ia akan tergelincir ke dalam neraka, dan mendapat siksa Allah yang amat pedih.

– Haudh (telaga) setiap nabi akan memiliki telaga. Dan Rasulallah saw memiliki telaga yang diberi nama Kautsar, namun hanya calon penduduk surga yang dapat merasakan lezatnya air itu. Di sini, setiap manusia yang ketika hidup di dunia selalu menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya, beramal sholeh untuk kebaikan seluruh manusia, akan minum dari telaga Nabi saw. (lihat syarah selanjutnya)

– Syafa’at, yaitu disaat hari yang sangat menyiksa, Rasulallah saw akan memberikan pertolongan untuk umat Islam yang disebut sebagai Syafa’at Udhma, ia akan memohon kepada Allah supaya secepatnya diadakan hisab. Bagi orang yang beriman akan diberikan syafaat Nabi saw, syafaat itu berupa: dipermudahkannya memasuki Surga, ditambahkan timbangan pahala supaya lebih berat daripada dosa, dimasukkan ke Surga tanpa hisab. (lihat syarah berikutnya)

Kita kembali lagi ke Yaumul Mahsyar. Ia adalah tempat dikumpulkannya seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya dari awal hingga akhir zaman untuk dihisab atau diperitungkan semua amal yang dilakukanya di hadapan pengadilan Allah yang sejati..

Menurut faham Ahli Sunnah Wal Jama’ah, manusia yang pertama kali dibangkitkan oleh Allah adalah Rasulallah saw. Kemudian manusia manusia lainnya. Keadaan mereka akan tergantung dari amalan yang telah mereka kerjakan semasa hidup, ketika itu semua manusia akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Sehingga anak tidak lagi mengenali kedua orang tuanya, begitu pula sebaliknya.

Kemudian matahari diterbitkan oleh Allah, tepat diatas kepala dengan jarak hanya dua busur, sehingga manusia terpanggang oleh teriknya matahari yang panas dan keringat pun mengalir deras menggenangi padang mahsyar seiring dengan rasa takut yang luar biasa karena mereka akan dihadirkan dihadapan Allah. Bagi orang yang beriman, beramal shaleh serta banyak mengerjakan kebaikan akan terlindungi dari terik sengatan sinar matahari.

Manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar dalam kondisi tidak beralas kaki, tidak berpakaian, dan belum disunat. Rasulullah saw mengabarkan bentuk perkumpulan Manusia di Padang Mahsyar. Beliau bersabda: “Semua manusia dikumpulkan dalam kondisi telanjang kaki, tidak berpakaian, dan belum dikhitan.” Lalu siti ‘Aisyah ra bertanya, “Wahai Rasulullah, laki-laki dan wanita bersama-sama, sebagian mereka juga melihat sebagian yang lain?” Rasulullah saw bersabda, “Perkara pada saat itu lebih dahsyat daripada saling memandang ke sesamanya.” (Bukhari Muslim)

Syafa’at Nabi

شفاعة النبي

هي الشفاعة العظمى و فيشفع النبي صلى الله عليه و آله وسلم في فصل القضاء حين يقف الناس و يتمنون الانصراف و لو الى النار لشدة حرارة الشمس في انصرافهم من الموقف .

و قد أخرج الشيخان عن أنس رضي الله عنه قال ، قال رسول الله صلى الله عليه و آله وسلم : إذا كان يوم القيامة ماج الناس بعضهم الى بعض ، فيأتون آدم عليه السلام فيقولون اشفع لذريتك ، فيقول : لست لها ولكن عليكم بابراهيم عليه السلام فإنه خليل الله ، فيأتون ابراهيم ، فيقول : لست لها و لكن عليكم بموسى فإنه كليم الله فيؤتى موسى عليه السلام فيقول : لست لها و لكن عليكم بعيسى فإنه روح الله و كلمته ، فيؤتى عيسى عليه السلام فيقول : لست لها و لكن عليكم بمحمد صلى الله عليه وآله و سلم فيأتون فأقول : أنا لها فأنطلق فأستأذن على ربي فيؤذن لي فأقوم بين يديه فأحمده بمحامد لا أقدر عليها الآن يلهمنيها الله ، ثم أخرّ لربي ساجدا فيقول : يا محمد ارفع رأسك و قل يسمع و سل تعطه و اشفع تشفع ، فأقول : يا ربي أمتي ، فيقول : انطلق فمن كان في قلبه مثقال حبة من برة أو شعيرة من أيمان فأخرجه منها . فأنطلق فأفعل ثم أرجع الى ربي فأحمده بتلك المحامد ثم أخرّ له ساجدا فيقال لي مثل الأولى ، فأقول يا ربي أمتي ، فيقال لي انطلق فمن كان في قلبه مثقال حبة من خردل من ايمان فأخرجه منها ، فأنطلق فأفعل ثم أعود الى ربي فأفعل كما فعلت  فيقال لي ارفع رأسك مثل الأولى فأقول : يا ربي أمتي أمتي فيقال : انطلق فمن كان في قلبه أدنى من مثقال حبة من خردل من ايمان فأخرجه من النار . فأنطلق  فأفعل ثم أرجع الى ربي في الرابعة فأحمده بتلك المحامد ثم أخرّ فيقال لي : يا محمد ارفع رأسك و قل يسمع لك و سل تعطه و اشفع تشفع ، فأقول : يا ربي ائذن لي فيمن قال لا اله إلا الله ، قال ليس ذلك لك أو قال ليس ذلك اليك و لكن و عزتي و جلالي و كبريائي و عظمتي لأخرجن منها من قال لا اله إلا الله .

SYAFA’AT NABI SAW

Setelah semua mahkluk bernyawa di dunia mati dan hancur binasa, Allah menghidupkan mereka kembali. Maka dengan tiba-tiba mereka pun tegak bangun berdiri. Mereka melihat langit, didapati langit berjalan. Mereka melihat bumi, didapatinya telah bertukar wajah, tidak seperti bumi yang dahulu. Semua makhluk berhimpun, bercampur baur menjadi satu di satu kawasan yang disebut padang Mahsyar, luasnya tak terbatas, berjejal jejal, saling berdesakan, dibanjiri keringat, tanpa pakaian, tanpa busana yang menutupi badan. Dari dahsyatnya hari itu mereka berharap kepada Allah agar dimasukan saja ke neraka ketimbang menghadapinya.

Dalam masa bangkit itu, manusia dalam keadaan bermacam-macam rupa. Lantas mereka berkata: ”Aduh celakanya kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (dari kubur kami)? Lalu dikatakan kepada mereka: “Inilah dia yang telah dijanjikan oleh Allah Yang Maha Pemurah dan benarlah berita yang disampaikan oleh Rasul-rasul!” (Yassin, Ayat: 52).

Di sana semua makhluk hidup nafsi nafi. Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, lari dari ibu dan bapaknya, lari dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang bisa melupakan segala galanya. Pada hari itu tak ada yang bisa diharapkan di hadapan pengadilan Allah kecuali sekelumit harapan yang disebut “Syafaat Nabi saw”.

Syafa’at ini adalah do’a yang Rasulallah saw simpan untuk umatnya di hari kiamat nanti. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra sesungguhnya Nabi saw bersabda, “Setiap Nabi memiliki do’a (mustajab) yang digunakan untuk berdo’a dengannya. Aku ingin menyimpan do’aku tersebut sebagai syafa’at bagi umatku di akhirat nanti.”.

Maka sepatutnya kita sebagai umat Muhammad meyakini wujud syafa’at Nabi saw di hari kebangkitan, disaat manusia dikumpulkan di padang Mahsyar dengan iman dan keyakinan yang kuat, mengetahui apa yang diimani, bukan hanya sekedar angan-angan dan kepercayaan.

Sekarang apa itu Syafa’at?

Kata syafa’at telah disebutkan berulang kali dalam hadits Nabi saw baik yang berkaitan dengan urusan dunia maupun akhirat. Ibnul Atsir mengatakan, ”Yang dimaksud dengan Syafa’at adalah meminta untuk diampuni dosa dan kesalahan di antara mereka.”

Contohnya, manusia banyak berbuat dosa selama hidupnya di dunia. Di hari kiamat mereka tidak bisa terhidar dari hisab atau perhitungan yang harus dipertanggung jawabkan. Mereka berharap agar ada orang yang bisa menolongnya, tapi sia sia belaka. Karena hari itu adalah hari yang sangat dahsyat. Mereka akan menemui musibah dan kesusahan yang tidak mampu untuk dihindarkan oleh seorang pun, hanya ada secerah harapan berupa syafa’at yaitu perantara atau penghubung yang bisa menyelesaikan hajatnya. Di sana mereka meminta pertolongan kepada Allah melalui syafa’at. Akhirnya, orang-orang saat itu mendapatkan ilham untuk meminta syafa’at kepada para Nabi agar bisa menghilangkan musibah dan kesulitan yang menimpah diri mereka saat itu.

Sekarang mari kita ikuti kisah syafa’at Nabi saw yang dikenal dengan Syafa’at al-‘Uzhma  dalam hadits yang cukup panjang. Kisah ini terjadi ketika semua makhluk  berkumpul di padang masyhar. Imam Bukhari meriwayatkan hadits ini dari Anas bin Malik ra, sesungguhnya Rasulallah saw bersabda, bahwa pada hari kiamat Allah mengumpulkan seluruh makhluk di satu tempat yang luas. Manusia pada saat itu berada dalam kesusahan dan kesedihan. Mereka tidak kuasa menahan dan memikul beban pada saat itu.

Kemudian mereka mendatangi Nabi Adam as, lalu berkata, “Wahai Adam, berilah syafa’at untuk anak cucumu” Adam as berkata, ”Sesungguhnya aku tidak bisa memberi syafa’at untuk kalian pada hari ini. Pergilah kalian kepada Ibrahim as, sesungguhnya ia adalah kekasih Allah (Khalilullah)”. Kemudian mereka mendatangi Ibrahim as. Lalu ia berkata kepada mereka, “Sesungguhnya aku tidak bisa memberi syafa’at untuk kalian pada hari ini. Pergilah kalian kepada Musa, sesungguhnya Allah telah berbicara langsung kepadanya (Kalimullah)”. Kemudian mereka mendatangi Musa as. Lalu ia berkata, “Aku tidak bisa memberi syafa’at pada kalian hari ini. Pergilah kalian kepada Isa, sesungguhnya ia adalah ruh Allah dan kalimat-Nya”. Kemudian mereka mendatangi Isa as. Lalu ia berkata, “Aku tidak bisa memberi syafa’at untuk kalian pada hari ini. Pergilah kalian kepada Muhammad!”

kemudian mereka mendatangiku. Lalu aku berkata, ”Aku memberi syafaat untuk kalian pada hari ini”. kemudian aku pergi meminta izin kepada Allah. Setelah diizinkan aku berdiri dihadapan-Nya. Kemudian Allah memberi ilham padaku dengan pujian dan sanjungan untuk-Nya yang belum pernah Allah beritahukan kepada seorang pun sebelumku. Kemudian aku tersungkur bersujud dihadapan-Nya.  Lalu Dia berfirman, ”Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, katakanlah pasti engkau akan didengar, mintalah pasti engkau akan diberi, berilah syafa’at pasti akan dikabulkan”. Lalu aku mengangkat kepalaku. Kemudian aku berkata, ”Ya Allah, Ummati, Ummati (umatku, umatku).”.  Maka Dia berfirman, ”Wahai Muhammad, pergilah dan keluarkanlah umatmu dari neraka siapa yang di hatinya memiliki sebesar biji gabah atau gandum dari keimanan”.

Kemudian aku pergi dan aku lakukan apa yang diperintahkan, lalu aku kembali lagi kepada Allah dan memuji-Nya dengan pujian dan sanjungan untuk-Nya. Kemudian aku bersujud kepada-Nya, lalu dikatakan kepadaku seperti dikatakan semula. Kemudian aku berkata, ”Ya Allah, ummati ummati (ummatku ummatku). Kemudian dikatakan kepadaku, ”Pergilah, dan keluarkanlah umatmu dari neraka siapa yang di hatinya memiliki sebiji sawi dari keimanan”. Kemudian aku lakukan sebagaimana aku lakukan pertama.

Lalu aku kembali lagi kepada Allah dan aku lakukan sebagai mana yang telah aku lakukan semula. Kemudian dikatakan kepadaku ”Angkatlah kepalamu” sebagaimana dikatakan kepadaku pertama kali. Lalu aku katakan ”Ya Allah, ummati ummati (umatku ummatku). Kemudian dikatakan kepadaku ”pergilah dan keluarkanlah umatmu dari neraka siapa yang dihatinya terdapat lebih kecil dari biji sawi dari keimanan”. Kemudian aku pergi dan melakukan apa yang diperintahkan.

Lalu aku kembali kepada Allah untuk yang keempat kalinya. Lalu aku memuji-Nya dengan berbagai pujian dan sanjungan untuk-Nya. Kemudian aku bersujud kepada-Nya, lalu dikatakan kepadaku ”Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, katakanlah pasti engkau akan didengar, mintalah pasti engkau akan diberi, berilah syafa’at pasti akan dikabulkan”. Lalu aku katakan ”Ya Allah, izinkanlah aku agar bisa mengeluarkan umatku dari neraka bagi yang telah mengucapkan La Ilaha Ilallah (tidak ada Tuhan selain Allah). Kemudian Allah berfirman, ”Ya Muhammad, sesungguhnya hal itu bukan bagimu atau hal itu bukan atasmu. Akan tetapi demi Kemulian-Ku, Keluhuran-Ku, Kesombongan-Ku, dan Kebesaran-Ku, Aku pasti akan keluarkan umatmu dari neraka siapa yang telah mengucapkan “La Ilaha Illallah”.

Hikmah Dan Atsar

Dari hadits diatas kita bisa menarik beberapa kesimpulan dan hikmah penting diantaranya:

-Pertama tidak ada seorang pun yang dapat memberi syafa’at  kecuali dengan izin Allah. Contohnya makhluk yang paling mulia dan penutup para Nabi yaitu Rasulallah saw, disaat ingin memberi syafaat kepada umatnya yang sedang mengalami kesulitan di padang mahsyar pada hari kiamat, beliau tersungkur dan bersujud di Arsy di hadapan Allah, beliau memohon kepada-Nya. Beliau tidak lepas dari sujudnya sampai dikatakan pada beliau, “Angkatlah kepalamu. Mintalah pasti engkau akan didengar. Berilah syafa’at pasti akan dikabulkan“.

-Kedua betapa mulianya kedudukan Rasulallah saw di sisi Allah, sehingga tidak ada satu nabi pun yang mampu memberi syafa’at kepada manusia di padang Mahsyar kecuali Nabi saw. Itulah bukti nyata kecintaan Allah kepada Nabi saw, cinta yang tidak berkesudahan. Dari kecintaan-Nya kepada beliau, apa yang dipintanya dikabulkan.

-Ketiga, hadits di atas bisa pula dijadikan bukti nyata akan kecintaan sejati Nabi saw terhadap umatnya. Cinta sejati beliau terhadap umatnya dibawa sampai ke padang Mahsyar, ketika manusia dalam keadaan sangat gawat. Ketika manusia dimintai pertanggung jawaban atas semua perbuatannya, ketika para nabi menolak dimintai syafa’at (pertolongan) oleh umatnya. di saat itulah Rasulullah saw justru tidak meninggalkan ummatnya. Beliau tersungkur dan bersujud di Arsy di hadapan Allah, beliau memohon kepada-Nya. Allah berkata, ”Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah pasti engkau akan diberi, berilah syafa’at pasti akan dikabulkan”. Lalu beliau mengangkat kepalanya dan tidak ada yang dikatakan Nabi saw kecuali, ”Ya Allah , umati, umati”.

-Keempat dan terakhir, Rasulallah saw adalah bukan milik orang Arab, bukan milik orang Saudi, bukan milik orang Riyadh, bukan milik orang Jeddah, bukan milik orang Makkah, bukan milik orang Madinah, bukan milik orang Kuwait, atau Qatar, bukan milik orang Mesir, bukan milik orang Hadramut, bukan milik para ulama atau orang-orang tertentu.. Rasullallah datang sebagai rahmat lill’alamin, rahmat bagi semua, rahmat bagi manusia, rahmat bagi hewan dan tumbuh2an, rahmat bagi langit dan bumi, rahmat bagi air, batu dan kerikil. Rahmat beliau tidak terputus hanya diwaktu hidupnya, tapi rahmat beliau dibawa sampai keakhirat, sampai hari kiamat.

Allah humma shalli wasallim ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohabatihi wasallim tasliman katsirah ..

Hari Hisab

الدرس الثالث عشر

في بقية أحوال ما بعد الموت

الحساب

الحساب هو توقيف الله الناس على أعمال خيرا كانت أو شرا ، قولا كانت أو فعلا تفصيلا بعد أخذهم كتبهم ، قال الله تعالى { إِنَّ إِلَيْنَآ إِيَابَهُمْ  ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ }

الوزن و الميزان

الوزن حق يجب الايمان به و هو وزن أفعال العباد و الميزان هو على هيئة الميزان المعروف ، له قبضة  وعمود و كفتان ، كل واحدة منهما أوسع من طبقات السموات و الأرض و جبريل أخذ بعموده ناظر الى لسانه و ميكائيل أمين عليه و محله بعد الحساب ، قال الله تعالى { فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ * فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ * وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ * فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ * وَمَآ أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ * نَارٌ حَامِيَةٌ }

PELAJARAN KETIGABELAS: HAL IHWAL SETELAH KEMATIAN (LANJUTAN)

SYARAH

HARI HISAB (HARI PERHITUNGAN)

Yaum al-Hisab artinya hari perhitungan amal baik dan amal buruknya manusia. Setelah berada di padang Mahsyar selanjutnya semua manuisa satu persatu akan dihisab. Sebelum dihisab, mereka diberitahu tentang amal perbuatan yang telah mereka kerjakan meskipun mereka telah lupa apa yang mereka kerjakan. Mereka akan dihisab dengan perbuatan yang mereka lakukan, dari yang besar sampai yang sekecil kecilnya. Semua anggota tubuh manusia menjadi saksi. Tangan menjadi saksi, kaki menjadi saksi, semua aggota tubuh menjadi saksi. Amal manusia didunia telah dicatat oleh Malaikat, tanpa ada kekliruan sedikitpun.

إِنَّ إِلَيْنَآ إِيَابَهُمْ  ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ

”Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (al-Ghasyiyah, 25-26)

Manusia akan merenima al-kitab atau buku catatan amal yang telah dilakukan ketika di dunia. Amal-amal tersebut kemudian ditimbang di atas mizan atau neraca. Barang siapa yang berat amal kebaikannya akan dimasukkan ke surga dan yang ringan kebaikannya akan dimasukkan ke neraka. Apabila al-kitab itu penuh dengan catatan amal kebaikkan selama di dunia maka akan diterima oleh tangan kanan, sebaliknya bila al-kitab itu penuh dengan catatan amal kejahatan, maka akan diterima oleh tangan kiri. Sesuai dengan Firman Allah:

“Maka adapun orang yang diberi kitabnya dari arah kanannya, akan diperhitungkan amal perbuatannya dengan mudah, dan kembali kepada ahlinya riang gembira. Adapun orang yang diberikan kitab amalannya dari arah kirinya dia akan mengalami kesengsaraan, dan dimasukakan kedalam Neraka Sa’ir.” (Al- Insyiqaq, 7 – 12) ”

Hari Hisab adalah hari yang benar dan hak wajib diimani oleh setiap muslim dengan keimanan yang benar. Karena merupakan cabang dari rukun iman, yaitu beriiman kepada hari ahkirat.

Al-Mizan (Neraca)

AL-MIZAN (NERACA)

Mizan adalah sesuatu benar yang wajib diimani dengan keimanan yang kuat. Mizan merupakan sebuah neraca yang akan menimbang antara pahala dan dosa setiap makhluk. Semua amal baik dan buruk manusia akan ditimbang, lalu divonis oleh Allah untuk menentukan apakah seseorang akan masuk surga atau terjerumus ke dalam neraka.

Yang dimaksud dengan neraca atau mizan di sini adalah neraca yang sesungguhnya seperti neraca yang kita dapati di dunia. Adapun mengenai bentuk dan ukurannya sulit dibayangkan. Sebagian ulama menyipatkan kedua takaran timbangan trb lebih luas dari lapisan langit dan bumi Allah, malaikat Jibril memegang timbangan dan memeriksa kedua takarannya dengan teliti sedang malaikat Mikail menjaganya setelah dihisab. Yang penting timbangan itu tidak bisa dibayangkan bagaimana bentuknya hanya Allah yang mengetahuinya, karena hal ini merupakan perkara sam’iyat tertera dalam al-Qur’an dan hadits yang wajib diimani dengan iman yang kuat. Rasulallah saw bersabda dalam hadits beliau yang diriwatkan oleh Hakim dari Salman ra, ” Pada hari kiamat neraca amal akan diletakan. Adaikata seluruh langit dan bumi ditimbang oleh neraca itu niscaya mampu untuk menimbang”

Jadi, yang dimaksudkan dari hadits diatas bahwa neraca atau mizan adalah neraca sesungguhnya. Neraca itu sangat teliti dalam menimbang, neraca yang tepat, tidak bisa dipermainkan. Disaat semua amal manusia ditimbang, neraca itu tidak berkurang dan tidak berlebih, tidak ada amal apapun yang akan luput dari timbangan. Walaupun amal perbuatan manusia sebesar biji sawi atau lebih kecil dari sawi bisa ditimbang dalam neraca itu. Allah berfirman.

فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ * فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ * وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ * فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ * وَمَآ أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ

نَارٌ حَامِيَةٌ

”Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (al-Qar’ah, 6-11)

”Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” (Anbiya, 47)

Telaga Nabi (Al-Haudh)

الحوض

الحوض حق يجب الايمان به و هو جسم مخصوص كبير متسع الجوانب يكون على الأرض المبدلة ، ماؤه أبيض من اللبن و ريحه أطيب من المسك و كيزانه أكثر من نجوم السماء ، من شرب منه لا يظمأ أبدا ترده الخلائق يوم القيامة

الصراط

الصراط حق يجب الايمان به و هو جسر ممدود على متن جهنم يمر عليه الأولون و الآخرون يتفاوت مرورهم عليه ، فمنهم من يمر كطرف العين ، و منهم من يمر كالبرق الخاطف و منهم من يمر كالريح العاصف و منهم من يمر كالطير و منهم من يمر كالجواد السابق و منهم من يمر سعيا و مشيا و منهم من يمر حبوا بحسب أعراضهم عن حرمات الله .

AL-HAUDH (TELAGA)

Al- Haudh dalam bahasa artinya kolam atau bisa juga diartikan tempat air, tapi yang dimaksudkan haudh di sini adalah telaga Nabi saw di akhirat. Telaga nabi saw merupakan suatu yang telah ditetapkan dalam aqidah akan keberadaannya dan wajib diimani. Keberadaan Telaga Nabi telah disabdakan oleh Rasulallah saw dalam hadits beliau yang diriwatkan oleh shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash ra, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Telagaku seluas perjalanan selama satu bulan dan panjang tepi-tepinya sama demikian. Airnya lebih putih dari susu, wanginya lebih wangi dari minyak misk, cangkirnya sejumlah bintang-bintang yang ada di langit. Barang siapa yang telah meminum air telaga tersebut niscaya dia tidak akan merasa haus untuk selama-lamanya”

Jadi, pembahasan mengenai telaga Nabi saw merupakan pembahasan yang berkaitan dengan keimanan terhadap hari akhir. Atau termasuk perkara sam’iyyat yaitu hal yang ghaib, tidak bisa ditundukan oleh akal tapi diyakini dengan keimanan yang kuat,  berdasarkan dalil dalil yang harus lebih didahulukan dari pemikiran akal.

Sama dengan syafa’at, setiap nabi memiliki syafaat. Tapi syafaat yang terbesar di hari kiamat adalah syafaat Nabi saw yang disebut Syafaat ’Udhma, begitu pula setiap nabi memili telaga yang bisa dicicipi airnya oleh umatnya. Tapi telaga nabi merupakan telaga yang berlainan dengan telaga telaga para nabi lainya. Telaga Nabi saw adalah telaga paling besar, paling indah, paling lezat airnya, dan paling penuh dikunjungi oleh umatnya. Jelasnya telaga Nabi saw dibuat oleh Allah khusus untuk kita sebagai pengikutnya atau ummatnya. Tentu hal ini bukan hanya cerita atau dongeng tapi berdasarkan sabda Nabi saw , “Sesungguhnya setiap Nabi memiliki telaga, mereka membanggakan diri, siapa di antara mereka yang paling banyak peminumnya (pengikutnya). Dan aku berharap, akulah yang paling banyak pengikutnya.” (Tirmidzi)

Rasulallah saw pernah menggambarkan telaga ini dalam hadistnya, diantaranya airnya sangat bersih dan putih bahkan lebih putih dari susu. Rasanya sangat lezat dan manis lebih manis daripada madu. Wanginya lebih wangi dari minyak kesturi. Cangkirnya tidak terhitung banyaknya sebanyak bintang yang berada di langit. Telaga ini juga memiliki dua saluran yang dihubungkan ke surga, yaitu ke sungai al-Kautsar. Barangsiapa yang minum seteguk dari air telaga ini, maka tidak akan kehausan lagi selamanya.

Rasulallah saw bersabda, “Telagaku (panjang dan lebarnya) satu bulan perjalanan, airnya lebih putih daripada susu, wanginya lebih harum daripada kesturi, cangkirnya sebanyak bintang di langit, siapa yang minum darinya, ia tidak akan merasa haus selamanya.” (Imam Bukhari).

Saudaraku, mari kita berdoa semoga Allah memudahkan bagi kita agar bisa mampir ke telaga Nabi saw dan mencicipi airnya yang lebih putih dari susu, lebih harum dari kesturi, dan lebih manis dari madu. Amin ya Rabbal ’alamin.

Jembatan (Shirath)

JEMBATAN (SHIRATH)

Jembatan Shirat adalah sesuatu yang benar/haq wajib diimani oleh setiap muslim. Shirat adalah jembatan yang terbentang diatas neraka jahanam, dilewati oleh semua yang beriman. Muslimin dan pengikut para Rasul akan berhasil melewati Shirat. Shirat ini lebih tajam dari pedang, lebih halus dari rambut, dan mudah menggelincirkan. Shirat adalah jalan yang gelap serta membakar. Melewati jembatan shirat termasuk ujian berat, bahkan yang paling berat pada hari kiamat, sebab di dalamnya terdapat berbagai hal yang menakutkan, mencemaskan, dan mengkhawatirkan mereka. Dan mereka tidak bisa membayakan bagaimana bentuk penyeberangan ini.

Maka muslimin, pengikut Rasulallah saw dan yang lainnya akan melewati jembatan tadi. Keselamatan melewat jembatan shirath itu tergantung dari amal perbuatan mereka di dunia, diantara mereka ada yang lewat bagaikan kejapan mata, ada juga yang lewat seperti kilat, ada yang lewat bagaikan angin, ada juga yang lewat bagaikan burung. Ada juga yang seperti kuda tunggangan yang kencang. Ada lagi yang berlari dan berjalan. Ada juga yang lewat seperti bayi merangkak. Mereka semua berjalan sesuai dengan kadar amal perbuatan mereka sewaktu di dunia. Jika amal mereka baik maka mereka akan mudah melewati shirat, jika buruk mereka akan dipersulit untuk melewatinya. Makanya kita harus menyakini dengan keimanan yang kuat dan memelihara amal amal kita di dunia agar kita bisa selamat dari ujian-ujian tersebut.

Dari Abu Said Al-Khudry : ”Maka ada orang-orang mukmin yang melewatinya sekejap mata, ada yang seperti kilat, ada yang seperti angin, ada yang seperti burung, ada yang bagaikan tunggangan yang baik. Orang yang selamat tanpa suatu apapun, itulah yang akan selamat kesurga. Orang yang tercakar, masih menggantungkan nasibnya dan yang terdorong akan masuk ke neraka” (Bukhari, Muslim, An-Nasa’i  dan Ahmad)

Ketika selamat melewati jembatan sampai ke seberang, mereka berkata: ”Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dan kamu dari neraka setelah terlebih dahulu memperlihatkan dirimu kepada kami.Sungguh Allah telah menganugerahkan kepada kami apa yang tak pernah Dia berikan kepada siapapun” (HR. Al-Hakim).

Di saat ujian melewati jembatan shirath setiap orang hidup nafsi nafsi, hanya memikirkan dirinya sendiri. Masing masing ketakutan dengan kedahsyatan hari itu. Dan disinilah pentingnya keberadaan Nabi saw di shirath. Keberadan beliau di sana untuk memberi syafaat kepada umatnya agar mudah melewati jembatan itu.

Anas bin Malik ra berkata dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, ”Aku memohon kepada Nabi agar memberikan Syafaat untukku pada hari kiamat.” Rasulallah saw bersabda: “aku akan melakukannya”. Anas bertanya lagi :” Wahai Rasulullah dimanakah aku mencarimu? Beliau bersabda : “Carilah aku pertama kali diatas shirat”. Anas lalu bertanya lagi, “Bagaimana jika aku tidak menjumpai mu di atas shirat? Beliau bersabda, “Maka carilah aku di mizan”. Aku bertanya, “Lalu bagaimana kalau aku tidak menjumpaimu di mizan? “. Beliau bersabda : “Maka carilah aku di Haudh (telaga) . Karena sesungguhnya aku tidak luput dari tiga tempat tersebut”.

Tentu dari kemulian Nabi saw disisi Allah, beliau adalah orang pertama yang akan melewati jembatan shirath yang terbentang diatas neraka jahanam, kemudian diikuti oleh ummatnya.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Lalu diletakkan shirat diantara kedua sisi jahanam, maka aku adalah orang yang pertama kali melewatinya diantara para Rasul yang membawa umatnya. Tidak ada yang dapat berbicara ketika itu kecuali para Rasul. Doa para Rasul ketika itu adalah : “Ya Allah. Selamatkanlah, selamatkanlah.” (Bukhari Muslim)

Saudaraku, kita tidak segan segan berdoa semoga Allah selalu memberikan petunjuk yang baik kepada kita agar supaya tetap beramal baik dan beristiqamah dalam melakukan segala yang dianjurkan Allah dan Rasul-Nya dan dimapuni dosa dosa kita dan diberikan rahmatNya yang luas agar kita selamat di akhirat nanti dan bisa menyebrangi jembatan shirath bersama sama Nabi saw. Karena beliau adalah satu satunya manusia yang bisa membatu dengan syafaatnya dari kedahsyatan hari hari akhirat. Amin.

Arsy & Kursi

ARSY DAN KURSI

Arasy dan Kursi adalah perkara yang hak atau benar yang wajib diimani keberadaanya oleh setiap muslim. Iman kepada Arsy dan Kursi merupakan cabang dari rukun iman yang keenam yaitu beriman kepada hari akhirat.

Sekarang apa itu Arsy dan Kursi?

Arsy atau Singgasana Allah merupakan makhluk besar bercahaya dan berkilau yang meliputi seluruh makhluk. Arsy adalah makhluk yang paling tinggi dan paling besar dari besarnya sehingga tidak ada yang mampu mengukurnya kecuali Allah sendiri. Arsy terdiri dari 4 tiang yang dipikul oleh 4 malikat. ”Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.(al- Mu’minuun, 116)

Sedangkan Malaikat Pemikul Arsy, telah disifatkan dalam hadist yang diriwatkan oleh Ibnu Hatim dengan sanadnya dari Jabir bahwa Rasulullah bersabda: :”Telah dizinkan kepadaku untuk bercerita tentang seorang dari Malaikat-Malaikat Allah yang bertugas sebagai pemikul ‘Arsy, bahwa jarak antara daun telinganya sampai ke bahunya adalah sejauh perjalanan 700 tahun. (dalam riwayat lain:700 tahun burung terbang dengan cepat) (Hadits Shahih Riwayat Abu Daud dari Shahabat Jabir bin Abdillah ra).

Hadits ini menunjukkan bahwa Arsy merupakan makhluk Allah yang besar bercahaya dan berkilau, dan perlu diketahui bahwa nanti di hari kiamat Arsy ini akan dijunjung oleh beberapa malaikat (8 malaikat) sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya ketika beliau menafsirkan surat Al Haaqqah:

”Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah.Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al Haaqqah,15-17)

Tentu kita akan bertanya dimana Arsy dan Kursi Allah berada? Allah berfirman ”Arsy Allah berada diatas air”. Rasulallah saw dalam haditsnya yang diriwatkan oleh Abu Dawud bersabda. ”Arsy itu di atas air, sedangkan Allah di atas ‘Arsy” (Hadits Shahih riwayat Abu Daud).

Jadi ‘Arsy adalah singgasana Allah yang berada di atas air. Sedangkan Kursi berada diatas langit ke tujuh dan diatas kursi itu ada air dan diatas air ada Arsy. Sebuah hal yang sangat mengagumkan, bahwa jarak antara langit dengan langit, langit ke tujuh dengan kursi, kursi dengan air dan air dengan arsy-Nya adalah 500 tahun perjalanan (Hadits Shahih Riwayat Ibnu Khuzaimah, Thabrani dan Ibnu Mahdi). Subhanallah. Anda bisa bayangkan betapa jauhnya jarak tsb!

Adapun Kursi adalah makhluk besar bercahaya dan berkilau terdapat dibawah Arsy dan diatas langit yang 7. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah, 255 (ayat Kursi) “Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”.

Ada satu hadits yang menerangkan kehebatan Kursi dan Arsy Allah yang diriwaykan Muhammad bin Syaibah dalam kitabul ‘Arsy dari Abu Dzar al-Ghifari  “Perumpamaan langit yang tujuh dibandingkan dengan Kursi seperti cincin yang dilemparkan di padang sahara yang luas, dan keunggulan ‘Arsy atas Kursi seperti keunggulan padang sahara yang luas itu atas cincin tersebut.”

Hikmah Dan Atsar

Dari keterangan diatas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa semakin kita mengetahui ilmu Tauhid, semakin banyak kita mengetahui tentang kebesaran dan keagungan Allah, dan semakin membuat diri kita menjadi kerdil, kecil dan hina dihadapan Allah yang Maha Maha Maha besar.

Jelaslnya,  bahwa akal manusia tak akan mampu memecahkan rahasia kebesaran Allah. Allh berfirman: ”Maha Suci Tuhan-Mu Tuhan Yang Maha Memiliki Kemegahan dari apa – apa yang mereka sifatkan, maka salam sejahtera lah bagi para Rasul, dan segala puji atas Tuhan sekalian alam” . ( Asshaffat : 180-182)

Kalam & Lauhul Fahfudh

QALAM DAN LAUHUL MAHFUDZ

Qalam dan Lauhul Mahfudh adalah perkara yang haq (benar) wajib diimani oleh setiap muslim karena merupakan cabang dari rukun iman, yaitu beriman kepada hari akhirat.

Qalam adalah makhluk besar yang diciptakan Allah bercahaya dan berkilau, lalu Allah menugaskan untuk mencatat sesuatu yang terjadi dan yang akan terjadi sampai hari kiamat.

Sedangkan Lauhul Mahfudh artinya lembaran yang terjaga. Ia adalah makhluk besar yang diciptakan Allah bercahaya. Dengan izin-Nya Qalam diperintahkan untuk mencatat sesuatu yang terjadi dan yang akan terjadi di dalam Lauhul Mahfudz atau lebaran yang terjaga.  

Jadi setiap muslim wajib mengimani dengan keimanan yang benar bahwa Allah mengetahui sesuatu yang terjadi dan yang akan terjadi. Tidak ada sesuatupun yang ada di bumi dan di langit, baik itu merupakan perkara yang ghaib atau tersembunyi, atau perkara yang telah berlalu dan yang akan datang, tidak ada yang tidak diketahui oleh Allah. Tidak ada sesuatu yang samar bagi-Nya, semuanya sama, tidak ada perbedaan bagi-Nya antara yang samar dan yang nyata, semua berada dalam pengetahuan Allah.

ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُون

Allah berfirman, “Nun, demi Qalam dan apa yang mereka tulis” (al-Qalam, 1)

Dalam ayat diatas Allah telah memerintahkan Qalam untuk menulis takdir segala sesuatau dalam Lauhul Mahfudz atau lembaran yang terjaga. Sebagaimana telah diriwayatkan oleh kebanyakan ahli tafsir bahwa pertama tama makhluk diciptakan oleh Allah adalah Qalam (pena), lalu Dia berkata kepadanya: ”Tulislah!”. Qalam itu berkata: ”Apa yang saya tulis”. Dia berkata: “Tulislah sesuatu yang terjadi sampai hari Kiamat”.

Maha Suci Allah yang telah menciptakan Qalam dan memerintahkannya untuk menulis dalam Lauhul Mahfudz segala sesuatu yang terjadi dan akan terjadi sampai hari Kiamat, sebagaimana dalam firman-Nya:

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (AL Hadid, 22)

Penutup

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ * وَسَلاَمٌ عَلَىٰ ٱلْمُرْسَلِينَ * وَٱلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ

PENUTUP

SYARAH

”Maha Suci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.”. (As-shaffat, 180-182)

Sebagai penutup dari kitab ini, penulis Habib Abdurahman bin Saggaf Assagaf membawakan ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan kekuasaan dan keperkasaan Allah dari apa yang mereka sifatkan. Begitu pula penulis telah menutup tulisanya dengan puji dan syukur kepada Allah, sebagaimana pembukaan kitabnya dimulai dengan puji dan syukur pula.

Setelah menutup kitabnya dengan ucapan segala puji dan syukur bagi Allah, beliau tidak lupa mengucapkan salam sejahtera kepada para nabi dan rasul yang telah diutus Allah dengan membawa akidah keesaan terhadap Allah. Ayat Allah yang telah dibawakan diatas juga bermaksud sebagai do’a yang mengakui tentang kesucian Allah lalu mengharap pertolongan-Nya serta sekaligus merupakan pengakuan akan kebesaran Allah, serta puji syukur atas nikmat Allah yang telah diberikan kepada penulis. Tanpa pengakuan ini dan tanpa pertolongan-Nya, maka penulis tidak mungkin mampu untuk menyusun kitabnya yang sangat mudah untuk dimengerti dan difahami.

Wallahua’lam

Hasan Husen Assagaf